mengerjakan pekerjaan kantor, ketika di rumah pun suami masih sempat mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini berbeda dengan P2 yang
harus membagi waktu dan tenaganya untuk bisa menyelesaikan tuntutan sebagai ibu dan sebagai pekerja.
c. Regulasi emosi
Berdasarkan hasil analisis data pada P2, terlihat bahwa P2 melakukan regulasi emosi untuk mengatasi emosi negatif yang timbul
akibat konflik peran ganda yang dialaminya. Dari data tersebut terlihat bahwa P2 melakukan kelima bentuk regulasi emosi yang ada.
1 Situation selection
Bentuk regulasi emosi situation selection merupakan usaha yang dilakukan untuk mendekati, menjauhi atau menghindari
situasi atau individu yang dapat memicu munculnya emosi negatif dalam diri. Hal ini tercermin ketika P2 selalu mencoba menghadapi
segala kesulitan yang muncul akibat peran gandanya. Meskipun terkadang kondisi pelik akibat peran gandanya sangat berat, tetapi
P2 tetap berusaha menghadapinya dan tidak menyerah. Ketika anaknya rewel, dan kondisi P2 sedang sensitif, dan marah maka P2
akan memilih untuk pergi menjauh dari anaknya. 2
Situation modification Situation selection dilakukan partisipan dalam bentuk usaha
memodifikasi situasi atau lingkungan fisik maupun eskternal dengan tujuan agar emosi negatif yang dirasakannya dapat
teralihkan. Ketika anaknya rewel, P2 akan berusaha untuk memberikan nasihat pada anaknya. Tetapi jika nasihat dan
ucapannya tak didengarkan anaknya maka P2 akan melakukan tindakan. Misalnya, ketika anaknya bermain di tangga dan P2
sudah menasehati agar berhati-hati tetapi anaknya masih melakukan tindakan yang membahayakan maka P2 akan segera
menggendong anaknya serta memindahkan anaknya ke tempat yang aman.
Meskipun bekerja dan menitipkan anaknya pada mertua, P2 tidak lantas melepas tanggung jawab pengawasannya. P2 tetap
selalu berusaha menjalin komunikasi dengan anaknya melalui telepon. P2 selalu meluangkan waktunya ketika bekerja untu
sekedar menanyakan kabar dan keadaanya. Hal ini semakin sering dilakukan P2 ketika anaknya sakit.
Selain itu, P2 juga ketika di luar kota selalu menyempatkan menelpon anaknya untuk mengetahui kabarnya serta menawarkan
anaknya oleh-oleh. Hal ini dilakukan P2 untuk mengalihkan rasa bersalahnya karena telah meninggalkan anaknya bekerja ke luar
kota. P2 dan suami bekerja sama mengbackup pengasuhan dan
perawatan anak. Ketika bekerja di luar kota, P2 berkoordinasi dengan suami dalam pengasuhan anak. P2 meminta suami sebelum
pergi bekerja agar mengurusi keperluan anak. P2 juga meminta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suami untuk pulang lebih awal agar memiliki waktu bersama dengan anak ketika P2 tak bisa menemani anaknya.
Saat P2 sudah kelelahan dan tak lagi memiliki waktu serta tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, P2 meminta
suaminya untuk menbantu menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti melipat pakaian dan mengantarnya ke rumah orang tua P2 untuk
di-laundry. 3
Attention deployment Attention deployment merupakan usaha untuk mengarahkan
perhatian pada sebuah situasi untuk mengatur emosinya. Bentuk regulasi ini terbagi menjadi dua: distraksi dan konsentrasi.
Konsentrasi menitik beratkan pada ketertarikan serta pemusatan perhatian partisipan pada keistimewaan emosi yang ditimbulkan
akibat situasi tertentu. Hal ini tercermin melalui perilaku P2 yang meskipun selalu memikirkan dan khawatir dengan keadaan anak
tetapi P2 tetap berusaha untuk bekerja secara professional. P2 juga membuat prioritas untuk menyelesaikan tuntutan yang ada.
P2 lebih sering menyelesaikan tuntutan rumah tangga, seperti: menenangkan anak, membereskan pekerjaan rumah sebelum
mengerjakan pekerjaan kantor.
Bentuk kedua dari attention deployment adalah distraksi. Distraksi merupakan usaha memfokuskan perhatian pada aspek
berbeda dari sebuah situasi, atau memindahkan perhatian jauh dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
situasi yang tidak menyenangkan secara bersamaan. Bentuk distraksi terlihat ketika P2 merasa jenuh, stress dan bosan dengan
rutinitas serta pekerjaannya maka P2 akan refreshing atau sekedar pergi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan untuk mengalihkan atau
membuat perasaannya senang. 4
Cognitive change Cognitive change merupakan usaha partisipan dalam
merubah cara pandangnya ketika menilai sebuah situasi tidak menyenangkan yang dialaminya. Berdasarkan hasil analisis data
P2 terlihat adanya perubahan cara pandang yang membantunya meregulasi emosi negatif. Ketika meninggalkan anak untuk
bekerja, tentunya muncul perasaan berat dan khawatir, tetapi P2 tidak terlarut dalam perasaannya dan berpikir bahwa tindakan
tersebut tujuannya juga untuk menghasilkan uang yang nantinya bisa digunakan untuk membahagiakan anak serta keluarga. Ketika
marah karena anak rewel, P2 memilih untuk tidak memarahi dengan membentak atau memukul. Hal ini dilakukan karena P2
berpikir jika dirinya memarahinya hanya akan sia-sia karena anaknya tak akan paham.
Sebelum memilih untuk melakukan peran ganda, P2 sudah memikirkan apa saja dampak baik dan buruk yang akan
diterimanya. Sehingga, ketika muncul konflik yang berasal dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tuntutan-tuntutan yang berbenturan, dimaknai P2 sebagai konsekuensi yang harus diterimanya.
P2 berusaha untuk menanamkan pemikiran yang positif dalam diri. Ternyata, hal ini memberikannya dampak positif
ketika menghadapi perasaan-perasaan negatif yang muncul karena konflik peran gandanya. Dengan pemikiran positif, P2 mampu
menemukan sisi positif dalam situasi keluarganya. Keberadaan mertua di rumah, dipandang P2 memiliki keuntungan juga bagi
dirinya karena dapat membantunya mengasuh dan menjaga anaknya ketika sedang bekerja. Keadaan tersebut membuat P2
menjadi lebih tenang dan dapat fokus bekerja. P2 dengan pemikiran yang lebih positif membuatnya
mampu menemukan sisi positif dari kejadian tidak menyenangkan yang menimpanya. Selain itu, dengan pemikiran yang lebih positif
dalam diri P2, membuatnya mampu memotivasi dirinya ketika putus asa dalam menjalani peran gandanya. Motivasi diri tersebut
mampu membangkitkan P2 dari keputus-asaanya sehingga dapat mulai menjalani peran gandanya dengan lebih optimal serta tanpa
merasa terbebani. 5
Response modulation Response modulation merupakan usaha yang dilakukan
partisipan untuk mengontrol emosinya agar tidak ditampilkan secara berlebihan. Berdasarkan hasil analisis data pada P2, terlihat
partisipan mencoba untuk menampilkan emosi marah dan jengkelnya pada suami dengan tidak marah-marah dengan
menggunakan kata-kata yang kasar. P2 mencoba untuk menjawab pertanyaan suami ketika marah dengan jawaban singkat.
d. Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi