Konflik peran ganda Analisis P3

membahu membantu mengasuh dan menjaga anak P2 ketika ditinggal bekerja. 2 Kognitif Kognitif atau proses kognitif mampu membantu P2 dalam mengatur dan menjaga emosi negatif yang dirasakan P2. Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada P2, terlihat bahwa ada proses berpikir yang dialami P2 sebelum memilih untuk melakukan sesuatu untuk mengatur atau mengalihkan emosi negatif yang dirasakannya. P2 juga selalu berusaha berpikir logis ketika harus memilih sebuah langkah dalam menjalankan peran gandanya. P2 mencoba memikirkan baik atau buruknya tindakan yang dilakukannya bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Pikiran positif yang dimiliki P2 juga merupakan langkah P2 untuk mengatur dan menjaga emosi negatifnya agar tidak meluap atau tidak terlihat berlebihan didepan umum.

3. Analisis P3

a. Konflik peran ganda

Berdasarkan hasil analisis data P3, muncul beberapa konflik peran ganda dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus pekerja. Konflik peran ganda muncul karena adanya keinginan untuk memenuhi tuntutan peran satu yang terkadang bertentangan dengan pemenuhan tuntutan peran lainnya. Konflik peran ganda ini mulai dirasakan partisipan mulai pagi hari. P3 harus bisa membagi waktu dan tenaganya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, mengurus anak, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menyiapkan bekal dan keperluan anak sebelum menyiapkan dirinya ke kantor. Kemudian, konflik peran ganda pada P3 muncul ketika P3 meninggalkan anaknya bekerja pertama kali. Besar dorongan dalam diri P3 untuk tetap bersama anak. Akan tetapi, P3 menyadari bahwa tuntutan ekonomi mengharuskannya untuk membantu suami bekerja untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Konflik peran ganda pada P3 juga semakin kuat terasa ketika anaknya sakit. Di satu sisi, dirinya merasa sangat ingin bersama dengan anaknya di rumah sakit untuk merawat dan menemani. Akan tetapi, tuntutan pekerjaan membuat P3 tidak bisa terlalu lama meninggalkan pekerjaan. Tuntutan pekerjaan, dirasa P3 membebani ketika orang tua P3 sakit dan mendorong P3 untuk bisa mengunjungi, merawat dan menemani orang tuanya. Akan tetapi, deadline kerja yang tak bisa ditunda dan tidak ada orang lain yang bias menghandle pekerjaannya membuat atasan P3 mendesaknya untuk segera masuk kerja. Ketika tiba di rumah pun, waktu dan tenaga P3 tidak dicurahkan selalu hanya untuk mengurusi kebutuhan rumah tangga. Pekerjaan kantor yang tidak terselesaikan di kantor terkadang P3 bawa pulang ke rumah. Karena P3 merasa bertanggung jawab dan memiliki loyalitas yang tinggi dengan perusahaannya maka P3 membawa pulang pekerjaannya dan diselesaikan di rumah setelah P3 selesai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kondisi lelah fisik P3 akibat bekerja, tak membuatnya bersantai di rumah. Tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga menunggu di rumah. Ketika sampai rumah, P3 masih harus membereskan rumah, menjemput anak dan mengasuh anak hingga sang anak tertidur. Pekerjaan tersebut terkadang membuat P3 semakin lelah dan memicu pertengkaran P3 dengan suami.

b. Emosi negatif yang timbul