Bentuk Partisipasi Macam-macam Partisipasi

15 kegiatan pada kegiatan amal bagi masyarakat yang menyandang masalah sosial seperti anak yatim piatu, penderita cacat, dan orang lanjut usia. LSM generasi ini disebut dengan istilah “relief and walfare”. Generasi kedua, kegiatan LSM di generasi ini lebih memfokuskan perhatian pada upaya untuk membangunkan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Peran LSM generasi kedua, bukan bagi pelaku langsung, tetapi mereka hanya sebagai penggerak. Orientasi kegiatan adalah proyek-proyek pengembangan masyarakat. LSM generasi kedua juga sering disebut dengan small scale, self reliance local development. Generasi ketiga dapat dikatakan mempunyai pandangan yang lebih jauh dari genarsi-generasi sebelumnya. LSM generasi ini berpandangan bahwa masalah-masalah yang terjadi di tingkat lokal. Masalahnya mencakup regional, nasional, dan masalah mikro dalam masyarakat. Semua persoalan itu tidak dapat dipisahkan dengan masalah politik pembangunan nasional. Oleh sebab itu, penanggulangan mendasar hanya bisa dimungkinkan apabila ada perubahan struktural. LSM generasi ketiga sering disebut sebagai sustainable system development. Generasi keempat, adalah generasi LSM yang termasuk bagian dari gerakan masyarakat people movement. LSM di generasi keempat ini seperti berusaha agar ada transformasi struktur sosial dalam masyarakat dan di setiap sektor pembangunan yang mempengaruhi kehidupan orang banyak. Visi dasarnya adalah mencita-citakan terciptanya dunia baru yang lebih baik. Oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan semua penduduk. 16 Masih menurut Korten Bastian, 2007: 34, cikal bakal munculnya LSM di Indonesia dapat dilacak sejak pra-kemerdekaan. Cikal bakal ini dapat dilihat dengan munculnya lembaga-lembaga keagamaan dan bersifat sosial atau amal. Selanjutnya pada awal tahun 1950-an mulai muncul LSM yang kegiatannya bersifat alternatif terhadap program pemerintah dengan pertimbangan pada kemanusiaan. Kronik LSM selanjutnya ditapak pada tahun 1960. Karakteristik LSM yang lahir di era ini berfokus pada pembangunan pedesaan. Gerakan LSM pada tahun-tahun ini tertuju pada proyek-proyek skala mikro, terutama yang menyangkut aspek sosial ekonomi pedesaan dan sudah mulai merintis jaringan kerja nasional. Satu dekade kemudian, pada 1970-an, LSM yang muncul dipengaruhi oleh represifnya rezim Orde Baru Orba. Banyak LSM yang hadir untuk merespon atas kebijakan pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Perkembangan LSM di Indonesia

Semakin lama keberadaan LSM semakin berkembang. Ranah geraknya makin luas dan kompleks. Philip Eldridge Fakih, 1996:120, membagi LSM menjadi dua kategori. Pertama adalah LSM dengan label pembangunan. Kategori dengan label pembangunan ini berkaitan organisasi yang memusatkan perhatiannya pada program pengembangan masyarakat konvensional seperti irigasi, air minum, pusat kesehatan, pertanian, peternakan, kerajinan, dan bentuk pembangunan ekonomi lainnya. Kategori kedua adalah LSM yang berlabel mobilisasi. LSM ini memusatkan perhatian