64
ditiadakan. Ketika Dikpora diharuskan untuk membuat keputusan secara cepat misalnya.
Sampai saat ini, Dikpora masih bisa menjaga relasi yang baik dengan pihak LSM, masyarakat, dan media. Dikpora masih bisa memberikan tempat
untuk menyampaikan aspirasi. Selain itu, penyampaian aspirasi juga tidak terlalu kaku, bila tidak sampai untuk menunggu forum yang diadakan oleh
Dikpora, penyampaian aspirasi dapat langsung menemui kepala bagian yang bersangkutan, atau langsung ke pada kepala dinas. Beberpa LSM pendidikan
pun juga memberikan apresiasi kepada keterbukaan yang deberikan oleh Dikpora DIY.
2. Pola Gerak LSM untuk Mempengaruhi Kebijakan di Dikpora
Menurut Philip J. Eldrige yang disadur ulang oleh Fakih Mansour 1996: 120, sebuah LSM memiliki tiga peran pokok: memberdayakan
masyarakat dalam bentuk organisasinya sendiri sesuai dengan kebutuhanya, mewujudkan nilai-nilai dan pendekatan patisipatoris dalam pengembangan
masyarakat. Kemudian peran ketiga adalah menjadi wakil masyarakat dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingannya advokasi.
Jika merujuk dari apa yang dikemukakan oleh Philip, dapat dilihat pola gerak dari LSM pendidikan yang ada di Yogyakarta. LSM di Yogyakarta
tidak semua bergerak dalam ranah pengawasan dan advokasi terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat. Dari beberapa LSM yang masif
berinteraksi dengan Dikpora, hanya LSM Sarang Lidi yang menjalankan
65
peran advokasi dan pengawasan terhadap masyarakat. Sedangkan LSM Titian Foundation menjalankan peran pemberdayaan masyrakat.
Peran advokasi dan pengawasan yang dilakukan oleh Sarang Lidi, adalah dengan memantau setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Dikpora,
dan akan langsung bergerak di ternyata kebijakan tersebut tidak berpihak kepada masyarakat. Dalam hal ini, Sarang Lidi pernah memprotes keras
Perda Pemerintah Bantul yang memberikan izin kepada sekolah untuk memungut biaya kepada siswa. Menyikapi hal tersebut, Sarang Lidi langsung
berkordinasi dengan Dikpora guna mementahkan Perda tersebut. Sedangkan peran pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
Titian Foundation, adalah dengan mengadakan pelatihan bagi guru, dan membangun fasilitas dan infrastruktur pendidikan, pelatihan kewirausahaan
dan membangun pusat belajar masyarakat.
3. Partisipasi LSM dalam Perumusan Kebijakan di Dikpora
Kemudian jika dilihat apa yang disampaikan oleh H.A.R Tilaar 2009: 130, secara harfiah H.A.R Tilaar mejelaskan, bahwa partisipasi mayarakat
harus dilakukan sejak awal perencaan hingga akhir dan tidak hanya sepotong- saja, maka apa yang terjadi di Dikpora masih jauh dari yang diharapkan.
Karena apa yang terjadi di Dikpora, ruang untuk masyarakat berpartisipasi masihlah ditentukan oleh Dikpora, sebagai eksekutif. Masyarakat dan LSM
belum dilibatkan secara utuh. Dengan kata lain, dalam hal ini eksekutif masih sangat mendominasi dalam pembentukan sebuah kebijakan, mulai dari tahap
pemunculan isu hingga evaluasi.