48
Pada tahun 2006, ketika gempa bumi melanda Jawa Tengah, ia sadar inilah kesempatan lain untuk mengulurkan bantuan. Maka ia pun mendirikan Titian
Foundation, dengan tujuan membantu sesama, terutama selama masa bencana dan kondisi darurat, demi memperkuat mata pencaharian mereka untuk
melanjutkan hidup. Titian Foundation didirikan sebagai respons atas gempa bumi yang melanda Jawa Tengah tahun 2006, yakni membangun kembali
tiga sekolah yang hancur di sebuah desa terpencil di Bayat.
6. VISI dan MISI Titian Foundation
Visi Titian Foundation adalah meningkatkan pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan masyarakat
Indonesia, demi
mendayagunakan, membangkitkan kepercayaan diri, serta mendukung perkembangan
masyarakat dan warisan kebudayaan mereka. Dengan menjalin kerja sama dengan berbagai LSM, pemerintah,
perusahaan lokal dan multinasional, serta perorangan, Titian menyediakan dukungan jangka panjang dan berkelanjutan kepada masyarakat korban
bencana atau konflik. Titian Foundation terlibat dalam menyediakan sarana bagi stabilitas dan kemandirian yang berkelanjutan melalui:
a Pembangunan sekolah,
perpustakaan, dan
pusat belajar
masyarakat Community Learning Centres—CLCs b Menyediakan peralatan sekolah dan buku
c Program keterampilan dan pendidikan untuk orang dewasa d Menggalakkan ekonomi mikro yang berkelanjutan
49
e Program melek
komputer melalui
Teknologi Informasi
Komunikasi Information and Communication Technology—ICT f Membangun jejaring Teknologi Informasi antarsekolah di dalam maupun
di luar negeri
7. Perencaaan Strategis
Untuk mencapai misi Titian Foundation, Titian Foundation perlu menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah, organisasi lain yang
memiliki visi yang sama dengan Titian Foundation, juga mitra dari sektor swasta. Titian Foundation menyadari pentingnya menjalin jejaring dengan
berbagai institusi tersebut. Oleh karena itu salah satu usaha Titian Foundation adalah menjaring mitra. Titian Foundation berharap bersama-sama kita dapat
berkarya mencapai visi bersama yakni melihat masyarakat kurang mampu meraih kesejahteraan dan hidup secara mandiri.
Melalui mitra dan kawan, Titian ingin terus maju dengan rencana- rencana lain demi membantu masyarakat. Berbagai perencanaan ini
diharapkan terwujud dalam bentuk bengkel kerja yang menggalakkan kewiraswastaan, dan program-program yang menyediakan pendampingan
pendanaan mikro
kepada masyarakat.
Titian Foundation
pernah melakukannya di daerah seperti Aceh, tetapi Titian Foundation berkeyakinan
kuat dapat mengulang kesuksesan program ini bagi masyarakat kurang beruntung di wilayah lain Indonesia.
50
Titian Foundation berusaha meraih misinya dengan cara: Menjalin jejaring dengan berbagai organisasi nasional maupun
internasional, di antaranya, dengan perusahaan yang memiliki program CSR, Lembaga Donor, Instansi Pendidikan, Institusi Nirlaba, Lembaga Pemerintah
Terkait, Sukarelawan Profesional, dan Pemimpin Masyarakat. Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan. Strategi
yang dijalankan di antaranya: membangun fasilitas dan infrastruktur pendidikan
bangunan sekolah,
perpustakaan, gedung
olahraga; mengembangkan, mendayagunakan, dan melaksanakan Program Pendidikan
dan Pengajaran; mengembangkan Pusat Belajar Masyarakat. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui Program Pelatihan Kewirausahaan, lokakarya
Prasarana dan Pendampingan Pendanaan Mikro.
8. Profil LSM Sarang Lidi
Konsep Otonomi Sekolah, Managemen Berbasis Sekolah MBS ternyata berdampak pada tingginya pungutan sekolah yang membebani orang
tua siswa, dan mengarah pada komersialisasi pendidikan. Ironisnya justru fenomena itu terjadi di sekolah-sekolah negeri yang notabene biaya
operasional dan gaji karyawangurunya ditanggung oleh pemerintah. Hal ini terus terulang pada penerimaan peserta didik baru di Yogyakarta.
Isu sentral tentang komersialisasi pendidikan, yang meliputi dugaan mark up pengadaan seragam sekolah; RAPBS yang tidak transparan, tidak
rasional, tidak akuntabel maupun tidak kredibel; label Komite Sekolah sebagai bemper manajemen sekolah; serta ketidakberdayaan orang tua siswa