Pola Hubungan Antara Dikpora dan LSM Pendidikan

62 pengawasan, itu sudah tugas Sarang Lidi. Kalau ada yang tidak bener sedikit saja, Sarang Lidi akan langsung angkat bi cara,” jelas YU, Sekjend Sarang Lidi. 632015 Jika ada suatu masalah dan itu sifatnya urgen, maka mereka akan segera mendesak Dikpora untuk mengambil keputusan. Cara yang mereka lakukan adalah dengan memasifkan intensitas pertemuan dengan dinas. Namun jika masalah yang diahadapi tidak terlalu mendesak mereka melakukan pertemuan dengan dinas dengan intensitas sewajarnya saja.

C. Pembahasan 1. Relasi LSM dalam Perumusan Kebijakan di Dikpora

Pada umumnya landasan teori perumusan kebijakan di Dikpora DIY dapat digambarkan seperti di bawah: Proses kebijakan Evaluasi Kebijakan Proses politik Isu Kebijakan Formulasi Kebijakan Implementasi Kebijakan Kinerja Kebijakan Lingkungan kebijakan Gambar: III . IV Pada dasarnya gambar di atas menjelaskan adanya hubungan saling mempengaruhi antar sub-proses dalam perumusan kebijakan. Secara teori, proses kebijakan ini merupakan proses kebijakan yang disarankan oleh H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho 2009: 189. Dari semua tahapan proses 63 perumusan kebijakan di Dikpora tidak semua melibatkan stakeholder. Hanya pada tahap tertentu LSM dilibatkan, dan sisinya dieksekusi oleh Dikpora, selaku eksekutif. Dalam membuat sebuah kebijakan, Dikpora DIY telah membuka partisipasi dari masyarakat, walaupun partisipasi tersebut masih dibatasi oleh Dikpora. Padahal menurut H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho 2009: 130, seharusnya masyarakat dilibatkan dalam setiap aspek. Pembatasan tersebut dilakukan dengan alasan bahwa, ada beberapa bagian dalam pembentukan sebuah kebijakan yang menjadi tanggung jawab dan wewanang pernuh Dikpora, selaku eksekuitf. Selain itu, meski Dikpora sendiri telah membuka ruang untuk berpartisipasi dalam proses perumusan kebijakan – dalam taraf penjaringan aspirasi – namun, belum semua pihak memanfaatkan dengan maksimal. Untuk LSM pendidikan, hanya beberapa LSM saja yang secara intens berinteraksi dengan Dikpora. Dalam menyampaikan aspirasinya, kedua LSM tersebut lebih sering menghubungi dan berdialog langsung dengan kepala dinas atau Kabag Perencaan. Dalam menjaring aspirasi dari masyarakat atau pihak dari luar pemerintahan, Dikpora memberi kesempatan dengan mengadakan forum diskusi. Forum ini berfungsi untuk menjaring aspirasi yang dari masyarakat. Pihak Dikpora mengklaim bahwa forum ini rutin diadakan setiap akan memunculkan kebijakan baru. Namun dalam keadaan tertentu, forum ini 64 ditiadakan. Ketika Dikpora diharuskan untuk membuat keputusan secara cepat misalnya. Sampai saat ini, Dikpora masih bisa menjaga relasi yang baik dengan pihak LSM, masyarakat, dan media. Dikpora masih bisa memberikan tempat untuk menyampaikan aspirasi. Selain itu, penyampaian aspirasi juga tidak terlalu kaku, bila tidak sampai untuk menunggu forum yang diadakan oleh Dikpora, penyampaian aspirasi dapat langsung menemui kepala bagian yang bersangkutan, atau langsung ke pada kepala dinas. Beberpa LSM pendidikan pun juga memberikan apresiasi kepada keterbukaan yang deberikan oleh Dikpora DIY.

2. Pola Gerak LSM untuk Mempengaruhi Kebijakan di Dikpora

Menurut Philip J. Eldrige yang disadur ulang oleh Fakih Mansour 1996: 120, sebuah LSM memiliki tiga peran pokok: memberdayakan masyarakat dalam bentuk organisasinya sendiri sesuai dengan kebutuhanya, mewujudkan nilai-nilai dan pendekatan patisipatoris dalam pengembangan masyarakat. Kemudian peran ketiga adalah menjadi wakil masyarakat dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingannya advokasi. Jika merujuk dari apa yang dikemukakan oleh Philip, dapat dilihat pola gerak dari LSM pendidikan yang ada di Yogyakarta. LSM di Yogyakarta tidak semua bergerak dalam ranah pengawasan dan advokasi terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat. Dari beberapa LSM yang masif berinteraksi dengan Dikpora, hanya LSM Sarang Lidi yang menjalankan