Identifikasi Masalah Batasan Masalah
9
bertujuan agar konsep tentang partisipasi tidak mengarah pada bentuk partisipasi pasif. Sehigga dibutuhkan definisi yang mengarahkan pada bentuk
partisipasi yang aktif dan kreatif. Untuk menjawab kebutuhan tentang definisi partisipasi yang lebih komprehensif, maka dapat berpijak dari definisi yang
diajukan oleh Paul:
Participation refers to an active process whereby beneficiaries influence the direction and execution of development projects rather than merely receive
share of project benefits.
Vidhyandika Moeljarto 1996 melalui Randy R. W. Riant Nugroho 2007: 114
menjelaskan bahwa konsep partisipasi tersebut melihat
keterlibatan masyarakat mulai dari pembuatan keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi. Partisipasi seharusnya mendukung masyarakat untuk mulai sadar
akan situasi dan masalah yang dihadapainya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka. Hal serupa
didefinisikan Cohen dan Uphoff 1979 yang menjelaskan bahwa partisipasi merupakan keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaan
program, memperoleh kemanfaatan, dan mengevaluasi program. Definisi yang diajukan Paul Cohen dan Uphoff 1979 mengarah pada
pemahaman tentang konsep partisipasi yang lebih komprehensif bahwa partisipasi masyarakat tidak hanya soal pelaksanaan, namun juga merambah
pada tahap perencanaan hingga evaluasi. H.A.R. Tilaar 1998: 402 juga mengajukan teori di mana partisipasi masyarakat atau pemberdayaan
masyarakat diikutsertakan secara aktif sejak tahap awal hingga akhir dan tidak hanya sepotong-sepotong. Adapun yang disebut dengan masyarakat madani
10
civil society tidak lain adalah suatu masyarakat di mana para anggotanya menyadari akan tanggung jawabnya baik perorangan maupun sosial serta
masyarakatnya yang mengetahui juga akan hak-hak sosial atau kebersamaan dari anggota masyarakat.
Menengahi era desentralisasi ini, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan ataupun perencanaan tingkat daerah. Adanya
partisipasi masyarakat dalam setiap lini mulai dari perencanaan hingga evaluasi, diharapkan dapat menyerap segala aspirasi dan kebutuhan
masyarakat dari tingkat paling bawah serta dapat menjamin setiap hak dan kewajiban masyarakat. Desentralisasi seharusnya tidak hanya mengajarkan
masyarakat pada hak-haknya, namun juga mengajarkan masyarakat dalam memahami tanggung jawabnya.
Salah satu inti dari partisipasi masyarakat di daerah ialah
mengembangkan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia pada pada tingkat daerah menjadi kunci keberhasilan pada tingkat nasional.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Tilaar 1998: 402 bahwa seluruh sistem, terlebih lagi dalam bidang pendidikan dari tingkat pendidikan kanak-
kanak sampai Perguruan Tinggi harus menjadi tanggung jawab daerah. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan nasional timbul dari bawah.
Pembangunan di setiap bidang, terlebih lagi dalam bidang pendidikan, dimulai dari bawah sesuai dengan kebutuhan tingkatan daerah. Selain itu,
pengembangan sumber daya manusia di tingkat daerah harus ditopang oleh semua unsur kehidupan daerah melalui jalur-jalur pendidikan serta kehidupan