21
q. Lobi Fenomena ini telah menjadi proporsi utama di Uni Eropa, di mana
organisasi tersebut terlah menjadi ppenggerak utama untuuk memberikan “konsultasi” bagi masyarakat luas; tidak ada lobi, berarti tidak ada
konsultasi. Lobi merupakan bentuk LSM yang menjadi penggerak utama “konsultasi” bagi masyarakat luas.
r. Partai Poltik Partai politik adalah sebuah LSM, meskipun para perwakilannya ada yang
duduk di dalam pemerintahan, baik sebagai pihak berkuasa, maupun sebagai oposisi, meskipun tidak ditunjukan selayaknya sebuah LSM.
s. Klub Elit Perkumpulan ini didefinisikan sebagai LSM, meskipun perwakilannya
ada juga yang melabelkannya sebagai non-LSM. t. Masyarakat Khusus
Masyarakat khusus yang bergabung dalam suatu wadah, dapat dikatakan sebagai LSM.
u. Kelompok Keagamaan dan Kepercayaan Agama dan kepercayaan dapat bersatu atau berkelompok menjadi sebuah
LSM. v. Lingkar Kejahatan Internasional
Dewan Eropa
menganggap bahwa
sekelompok penjahat
yang berkelompok, seperti halnya mafia dapat disebut LSM. Meski begitu,
pendapat ini masih dipertimbangkan.
22
w. Kelompok Teroris dan Pergerakan Kebebasan Kelompok teroris dapat juga dimasukkan sebagai
LSM secara internasional
dengan keanggotaan,
pendanaan, dan
dukungan internasional.
x. LSM Internasional LSM jenis ini adalah LSM yang dibentuk oleh gabungan dari beberapa
negara yang menyediakan status legal pada pendirian LSM. y. Jaringan Organisasi Informal
Banyak asosiasi individu dan kelompok telah dengan sengaja ditempatkan secara internasional, sehingga bentuk organisasi menjadi terstruktur.
z. Organisasi Elektronik: Internet Organisasi elektronik internet sebagai LSM sangat terlibat dalam
pengordinasian tanggapan atas bencana secara internasional. aa. Pergerakan Sosial Antarnegara
Pergerakkan transnasional saat ini bahkan sudah melebih organisasi konvensional. Pergerakkan ini
meliputi pergerakkan perempuan, pergerakkan damai, pergerakkan lingkungan, pergerakkan hak-hak warga
sipil, dan pergerakkan pemuda. bb. Masyarakat Internasional
Masyarakat internasional beiasanya terdiri dari orang-orang yang terlibat dalam komunitas diplomatik, organisasi internasional, dan kegiatan
budaya internasional.
23
cc. Organisasi Hibrid Organisasi hibrid merupakan kombinasi dari beberapa karakteristik yang
bertentangan dalam bentuk dimensi pemerintah dan badan nonpemerintah. dd. Organisasi berperingkat
Meski berbentuk LSM, organisasi ini cenderung menunjukkan dirinya sebagai uni, federasi, komite, atau istilah khusus lainnya.
Beberapa hal di atas merupakan definisi bentuk LSM menurut Dewan Eropa. Namun bentuk-bentuk LSM menurut Dewan Eropa tersebut masih
menjadi perdebatan, karena memang tidak semua ahli dan pengamat LSM setuju dengan pendapat Dewan Eropa.
4. Peran LSM di Indonesia
Menurut Loekman Soetrisno 1995 ada dua pendapat yang ada pada kalangan penjabat di Indonesia mengenai LSM dan peranannya dalam
pembangunan di Indonesia. Pertama melihat LSM di Indonesia adalah sebuah organisasi yang senang membuat ribut-ribut dengan cara mendukung kegiatan
yang sifatnya menuntut pemerintah agar lebih demokratis, mengakui hak-hak azasi manusia, dan lebih memperhatikan kelestarian lingkungan dalam
membangun. Kedua merupakan pandangan yang melihat LSM sebagai sebuah organisasi masyarakat yang dapat “digunakan” pemerintah untuk mencapai
tujuan dari pembangunan yang direncanakan. Namun
perlu diingat dalam “kemitraan” ini LSM merupakan
perpanjangan tangan pemerintah. Bagaimanapun pandangan yang kedua ini merupakan dari pihak para pemerintah nasional maupun pusat yang sudah
24
banyak mendapatkan kritik. Terlepas dari berbagai lontaran kritik yang ditujukan, LSM merupakan salah satu bagian masyarakat sipil yang masih
setia untuk bersikap kritis dan bersuara lantang terhadap berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah Sirajuddin dan Solehoddin,
2010 : 62. Kehadiran LSM atau NGO dalam sebuah masyarakat tidak dapat dipisahkan. Hal itu terjadi karena bagaimanapun juga, kapasitas pemerintah
terbatas. Tidak semua kebutuhan warga masyarakat dapat dipenuhi oleh pemerintah, apalagi di negara-negara yang sedang membangun seperti
Indonesia Afan, 2002 : 202.
5. LSM Pendidikan
LSM Pendidikan
merupakan organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau kelompok yang berdiri secara independen, tidak tergabung
dalam struktur pemerintahan yang berfokus pada pendidikan. Jatna Supriatna, 2008: 445.
C. Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan merupakan salah satu bentuk dari kebijakan publik. Menurut Thomas R. Dye Soeharto, 2007: 108, kebijakan publik
adalah apapun yang pemerintah pilih untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Kebijakan publik mungkin mengatur perilaku, mengorganisasi birokrasi,
mendistribusikan manfaat, atau melakukan semuanya sekaligus. Dengan demikian, kebijakan pendidikan pada hakekatnya merupakan kebijakan publik
dalam bidang pendidikan.
25
Seperti halnya yang diungkap oleh H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho 2008: 140, kebijakan publik meliputi aneka macam, salah satunya adalah
kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan adalah keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari
visi, misi pendidikan, dalam mewujudkan tercapainya pendidikan dalam masyarakat.
Kemudian, kebijakan pendidikan diwujudkan dalam Undang-Undang Pendidikan, instruksi presiden, peraturan pemerintah, keputusan pengadilan,
peraturan menteri, dan sebagainya yang menyangkut pendidikan Solichin, 1997:64.
1. Teori-teori Dalam Perumusan Kebijakan
Sebuah perumusan kebijakan merupakan pondasi awal kebijakan publik. Secara teoritis, menurut H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho 2009: 190
dalam proses perumusan kebijakan dikenal setidaknya ada 13 jenis teori perumusan kebijakan:
a. Teori Kelembagaan Teori kelembagaan merupakan teori yang paling sempit dan sederhana.
Teori ini menjelaskan bahwa tugas membuat kebijakan merupakan kewajiban pemerintah.
b. Teori Proses Sebuah kebijakan tidak bisa lepas dari proses politik. Politik sendiri
mempunyai proses yang cukup panjang. Oleh karena itu, kebijakan merupakan proses politik yang menyertakan tahapan sebagai berikut:
26
1 Indentifikasi masalah 2 Menata agenda formulasi kebijakan
3 Legitimasi kebijakan 4 Implementasi kebijakan
5 Evaluasi kebijakan c. Teori Kelompok
Inti dari teori ini, adalah menciptakan sebuah keseimbangan. Dalam teori ini, individu dalam kelompok kepentingan melakukan interaksi baik secara
formal atau informal. Interaksi yang dilakukan bisa secara langsung atau melalui media massa untuk menyampaikan tuntutan dan aspirasinya
kepada pemerintah, untuk membentuk sebuah kebijakan publik yang diperlukan.
d. Teori Elit Teori ini membagi masyarakat dalam dua kelompok, yaitu kelompok
pemegang kekuasaan elit dan masyarakat tanpa kekuasaan massa. Masyarakat dianggap sebagai kelompok yang sengaja dimanipulasi
sedemikian rupa agar tidak dapat masuk dalam proses formulasi kebijakan sehingga kebijakan dibuat hanya berdasarkan kelompok elit yang
mempunyai kekuasaan untuk meraih keuntungan kelompok. e. Teori Rasional
Teori ini menganggap bahwa pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih kebijakan yang memberikan manfaat optimum bagi masyarakat.
Teori ini juga mengatakan bahwa keputusan yang dibuat oleh pemerintah