Keabsahan Data Penelitian METODE PENELITIAN

65 Yogyakarta” atau yang disebut juga sebagai Catur Tunggal. Pola tata kota Kasultanan Yogyakarta ini mencakup 4 aspek, yaitu Keraton Yogyakarta yang digunakan sebagai pusat pemerintahan, alun-alun kota yang digunakan sebagai ruang publik, masjid yang digunakan sebagai tempat ibadah dan Pasar yang berguna bagi pusat transaksi ekonomi. 2 Struktur Bangunan Pasar Beringharjo Pasar Beringharjo terbagi menjadi dua gedung, yaitu sisi barat dan sisi timur. Bangunan utama Pasar Beringharjo ialah bangunan yang berada di sisi barat dengan pintu utama yang menghadap barat atau menghadap jalan Malioboro. Pintu masuk para pengunjung maupun wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang datang di Pasar Beringharjo ialah di bangunan utama yang berada di barat dan menghadap jalan Malioboro. Di bagian luar gedung utama, tepatnya diatas pintu masuk pengunjung terdapat tulisan Pasar Beringharjo yang dituliskan dengan menggunakan aksara jawa dan aksara latin. Bangunan utama ini memiliki 2 dua lantai. Bangunan ke 2 Pasar Beringharjo adalah gedung yang berada di sebelah timur dengan 3 tiga lantai. Arsitektur Pasar Beringharjo merupakan perpaduan antara arsitektur jawa tradisional dan kolonial. 66

b. Buruh Gendong

Buruh gendong adalah suatu pekerjaan yang tidak dapat lepas dari kegiatan ekonomi yang berada di pasar-pasar tradisional, termasuk di Pasar Beringharjo. Definisi buruh gendong itu sendiri ialah orang yang bekerja dengan menjual jasa angkut barang dengan cara digendong di punggungnya. Pasar Beringharjo memiliki julukan tersendiri bagi para perempuan penjual jasa angkat barang dengan cara menggendong yaitu dengan julukan endong-endong . Menurut Amin Muftiyah dalam buku Profil Endong-endong Pasar Beringharjo yang diterbitkan oleh Yayasan Annisa Swasti, sekitar pukul 5 dini hari, endong-endong sudah berdatangan di Pasar Beringharjo, berganti pakaian, menyampirkan jarit pada bahunya sebagai pelengkap pakaian kerjanya serta mengambil “srumbung” milik mereka masing-masing. Mereka mengenakan kebaya dan jarit tanpa make-up dan aksesoris, tetapi ada juga yang mengenakan rok Amin Muftiyah, dkk, 2003: 76. Pemakai jasa endong-endong yaitu para pedagang dan pembeli di Pasar Beringharjo, mereka lebih senang menggunakan jasa endong- endong karena upah mereka yang masih rendah. Dalam aktifitas kerjanya, buruh gendong atau endong-endong terbagi atas beberapa kelompok yang jumlah anggotanya berbeda-beda, tetapi mereka sudah memiliki bagian tersendiri sehingga tidak akan berebut untuk mengambil order. Setiap kelompok memiliki ketuanya masing-