29
terdapat dalam lingkungan keluarga dengan sifat yang kuat dan murni, sehingga tidak ada sistem pendidikan lain yang dapat menyamainya.
Nilai yang dikenal anak akan melekat pada orang-orang yang cenderung disenangi dan dikagumi oleh anak. Melalui cara ini lah anak
mengenal nilai. Tingkah laku, cara bertindak dan berbicara orang yang disenangi anak cenderung akan ditirukan oleh si anak. Hal ini penting
dalam rangka pembentukan pribadi individu. d.
Memberikan dasar pendidikan sosial Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan
lembaga sosial yang resmi. Hal ini menjadi basis yang penting bagi peletak dasar pendidikan sosial anak. Melalui kehidupan keluarga, jiwa
kesadaran sosial pada anak akan dipupuk sedini mungkin, lewat rasa tolong menolong, gotong royong, menolong tetangga sakit, hingga
menjaga ketertiban, kedamaian dan keserasian melalui kehidupan keluarga dan dengan cara kekeluargaan.
e. Peletak dasar-dasar keagamaan
Keluarga memiliki peran yang besar dalam proses internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan ke dalam pribadi individu.
Semasa kecil anak sebaiknya dibiasakan ikut beribadah, mendengarkan khutbah, ceramah-ceramah keagamaan, yang dapat berpengaruh dalam
kehidupan anak, karena masa ini merupakan masa yang paling baik untuk menanamkan nilai keagamaan terhadap anak. Kenyataannya,
anak yang semasa kecil tidak diberikan bekal tentang keagamaan,
30
maka sewaktu dia dewasa, diapun tidak memiliki perhatian dalam bidang keagamaan.
Jadi, pendidikan dalam lingkungan keluarga memiliki fungsi dan peran sebagai pengalaman utama dan pertama bagi anak, pemenuhan
kehidupan emosional anak, penanaman dasar pendidikan moral, sosial dan sebagai peletak dasar keagamaan bagi anak. Ke empat fungsi tersebut
sangat penting bagi pemenuhan pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi anak, karena fungsi tersebut akan menjadikan karakter atau pribadi
seorang anak agar menjadi anak yang memiliki pribadi baik.
6. Tanggung Jawab Keluarga
Keluarga memiliki tangungjawab-tanggungjawab terhadap anak, terlebih tanggungjawab kedua orangtua. Tanggungjawab tersebut adalah
tanggungjawab dalam pemberian pendidikan kepada anak. Hasbullah 2011: 44-45 menyatakan tanggungjawab orangtua terhadap pendidikan
anak, yaitu: a.
Terdapat motivasi atau dorongan cinta dan kasih yang menjiwai hubungan antara orangtua dan anak. Adanya rasa cinta dan kasih
menimbulkan sikap rela menerima tanggungjawab untuk rela memberikan pertolongan kepada anak.
b. Memberikan motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi
kedudukan orangtua dengan keturunannya. Pada anak usia 3 sampai 6 tahun adalah masa yang sangat baik untuk menanamkan nilai
31
keagamaan pada diri anak. Dimasa inilah penanaman agama dapat betul-betul tertanam dan mebekas pada diri anak.
c. Tanggungjawab sosial. Terjalinnya hubungan antara orangtua dan anak
berdasarkan rasa kasih sayang dan rela berkorban merupakan bentuk melindungi dan memberikan pertolongan kepada anak, agar menuntun
mereka untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang diharapkan. Pelatihan sikap mandiri dan mampu mengambil keputusan
dalam hidupnya juga merupakan proses untuk tumbuh dan berkembang.
d. Memelihara dan membesarkan anak. Tanggungjawab ini merupakan
tanggungjawab alami. Makan, minum dan perawatan bagi anak merupakan tanggung jawab orangtua agar anak dapat hidup secara
berkelanjutan. Tanggungjawab dalam hal melindungi dan menjamin kesehatan anak baik itu jasmani maupun rohani juga menjadi
tanggungjawab yang harus diemban oleh orangtua. e.
Memberikan pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi masa depan anak, sehingga anak
mampu mandiri di usia dewasa. Orangtua memiliki tanggungjawab untuk mendidik anaknya, baik
itu pendidikan moral, sosial, memberikan perlindungan serta memberikan bekal pendidikan dan keterampilan yang akan berguna bagi anak di masa
mendatang. Kesadaran orangtua untuk mendidik anaknya perlu dikembangkan. Orangtua juga harus memahami teori pendidikan yang
32
sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak harus terus dikembangkan oleh
orangtua itu sendiri, supaya dalam mendidik anak di era yang semakin modern ini tidak di pandang kuno dan membosankan.
7. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Pendidikan Anak
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap pendidikan anak dari satu keluarga berbeda dengan keluarga yang lainnya. Setiap keluarga memiliki
cara tersendiri untuk mendidik anak-anaknya. Keadaan dalam lingkungan keluarga akan membawa pengaruh terhadap pendidikan anak. Ngalim
Purwanto 2011: 85 mengemukakan: a.
Apabila dalam lingkungan keluarga anak sering ditertawakan dan diejek jika tidak berhasil dalam melakukan sesuatu maka dengan tidak
sadar anak akan selalu berhati-hati dan ragu dalam melakukan hal-hal baru.
b. Apabila anak dianggap masih kecil, tidak sanggup, tidak mampu, tidak
berdaya dalam mengerjakan suatu hal, maka anak akan menjadi orang yang bersifat masa bodoh dan kurang mempunyai perasaan harga diri.
Berbeda apabila: a.
Anak dibesarkan dan dididik oleh orangtua dan lingkungan keluarga yang mengetahui kehendak serta berdasar atas kasih sayang
kepadanya, ia akan menjadi anak yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungannya orangtua, keluarga dan teman-temannya.
33
Watak anak menjadi berkembang tanpa mengalami kesulitan yang besar.
Oleh karena itu, lingkungan keluarga menentukan kepribadian anak melalui pola asuh yang diberikan oleh orangtua kepada anak. Diri pribadi
anak dipengaruhi oleh bagaimana cara dalam lingkungan keluarga mendidiknya.
8. Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Agus Prasetyo dan Emusti Rivasintha dalam Syamsul Kurniawan, 2013: 30 ialah sebagai suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil
. Syamsul Kurniawan 2013: 39-42 Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia berasal dari empat sumber, yaitu
agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan keempat sumber tersebut diidentifikasikan nilai-nilai untuk pendidikan
karakter, sebagai berikut: a.
Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.