Siswa Sekolah Dasar KAJIAN PUSTAKA

31 Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikaji bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dapat membangun penguasaan terhadap materi matematika sehingga meningkatkan pengetahuan tentang matematika. Dalam pembelajaran matematika Sekolah Dasar guru berperan sebagai fasilitator yang berperan memberi penguatan kepada siswa sehingga siswa senantiasa termotivasi untuk terus belajar dan dapat mengaplikasikan konsep matematika yang telah dipelajari dan dikuasai dalam kehidupannya sehari-hari.

D. Siswa Sekolah Dasar

Ahmad Susanto 2013: 70 mengatakan bahwa anak yang berada di Sekolah Dasar masih tergolong anak usia dini, terutama di kelas awal, adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Dasar merupakan masa transisi dari sekolah taman kanak-kanak TK ke Sekolah Dasar. Lebih lanjut Ahmad Susanto 2013: 86 menyatakan bahwa masa usia Sekolah Dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk 32 kelompok sebaya. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya suasana yang kondusif dan menyenangkan. Sejalan dengan Mgs. Nazarudin 2007: 45 yang menyatakan bahwa dalam psikologi perkembangana usia peserta didik Sekolah Dasar SD berada dalam periode „late childhood‟ akhir masa kanak-kanak, yakni kira-kira berada dalam rentan usia antara enamtujuh samapai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual sekitar usia tiga belas tahun. Sementara itu perkembangan mental pada anak Sekolah Dasar, yang paling menonjol meliputi perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral keagamaan. Pada perkembangan intelektual, anak usia Sekolah Dasar usia 6- 12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis, dan menghitung, Ahmad Susanto 2013: 72-73. Menurut Syamsu Yusuf Ahmad Susanto, 2013: 73, pada anak usia 6- 12 tahun ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan mengelompokkan, menyusun, dan mengasosiasikan menghubungkan atau menghitung angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah problem solving yang sederhana. 33 Dengan mengacu pada teori penahapan perkembangan kognitif Piaget, maka dapat diketahui bahwa anak usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasional konkret usia 7-11 tahun. Dimana pada rentang usia ini anak mulai menunjukkan perilaku belajar yang berkembang, yang ditandai dengan ciri-ciri berikut: 1. Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak. 2. Anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti: volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek. Anak juga mampu memahami tentang peristiwa- peristiwa yang konkret. 3. Anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasi benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya. 4. Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat. 5. Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat. Pada usia siswa Sekolah Dasar 7-8 tahun hingga 12-13 tahun, menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia Sekolah Dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh 34 siswa Sekolah Dasar pada umumnya Ahmad Susanto, 2013: 184. Menurut Kardi Pitadjeng, 2006: 9, sifat anak SD-MI dikelompokkan menjadi 2 yaitu, pada umur 6-9 tahun anak SD tingkat rendah dan pada umur 9-12 tahun anak SD tingkat tinggi. Adapun penjabarannya sebagai berikut. 1. Sifat anak SD kelompok umur 6-9 tahun. Anak kelompok umur ini sifat fisiknya sangat aktif sehingga mudah merasa letih dan memerlukan istirahat. Koordinasi otot-otot kecil masih belum sempurna, karena itu masih ada yang belum bisa memegang pensil dengan baik. Untuk dapat menciptakan proses belajar matematika yang efektif dan hidup guru harus dapat menentukan suasana yang tepat dengan kondisi siswa. hindari anak menulis atau mengerjakan soal matematika yang berkepanjangan karena dapat menyebabkan anak jemu, bosan, lelah dan keterampilan menulisnya semakin menurun. Sifat sosial anak SD-MI kelompok umur ini antara lain mereka mulai memilih kawan yang disukai, mulai senang membentuk kelompok bermain yang anggotanya kecil, sering bertengkar, dan kompetisi diantara mereka sangat menonjol. Sifat emosional anak pada kelompok ini adalah mereka mulai menaruh perhatian terhadap apa yang dirasakan temannya. Sedangkan sifat mental anak kelompok usia ini adalah senang sekali belajar. 2. Sifat anak SD kelompok umur 9-12 tahun Salah satu sifat fisik anak kelompok umur ini adalah senang dan sudah dapat mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. Sifat sosialnya mereka mulai dipengaruhi oleh tingkah laku kelompok dan mulai terjadi 35 persaingan antara kelompok anak laki-laki dengan kelompok anak perempuan dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah maupun kompetensi dalam permainan. Sedangkan sifat mental anak kelompok umur ini adalah mereka mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, lebih kritis, ada yang mempunyai rasa percaya diri yang berlebihan, dan ingin lebih bebas. Novan Ardy Wiyani 2013: 70 menyatakan bahwa peserta didik yang berada pada periode Sekolah Dasar SD berada dalam periode late childhood atau akhir masa kanal-kanak, yaitu kurang lebih berada dalam rentang usia antara enamtujuh tahun hingga tiba saatnya peserta didik menjadi individu yang matang secara seksual sekitar usia tiga belas tahun. Periode SD ini ditandai dengan kondisi yang sangat berpengaruh terhadap penyesuaian pribadi serta penyesuaian sosial peserta didik SD. Sigmund Freud Novan Ardy Wiyani, 2013: 70 memberi nama fase usia SD dengan fase latent, yang mana dorongan-dorongan pada diri peserta didik seakan-akan mengendap laten, tidak menggelora seperti masa-masa sebelumnya dan sesudahnya. Masa SD ini dapat diperinci menjadi dua fase, antara lain: a. Masa kelas rendah SD, saat peserta didik berada pada kelas 1, 2, dan 3 di usia sekitar 6 sampai dengan 9 tahun; b. Masa kelas atas SD, saat peserta didik berada pada kelas 4, 5, dan 6 di usia sekitar 9 hingga 13 tahun. 36 Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dikaji bahwa siswa Sekolah Dasar merupakan anak usia dini usia 6-13 tahun yang sedang berada pada tahap perkembangan belajar, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pada masa-masa ini lingkungan di sekitar siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Jika dalam pembelajaran tercipta suasana yang menyenangkan bagi siswa tentunya siswa akan lebih menikmati pembelajaran tersebut, namun begitu pula sebaliknya.

E. Penelitian yang Relevan