Pembelajaran Matematika KAJIAN PUSTAKA

27 datang dari dalam diri peserta didik, bukan “dipaksakan” oleh pihak luar, walaupun motivasi dari luar diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti setuju dengan pendapat Hamzah B. Uno 2010: 10 mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut: 1 adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, 2 adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, 3 adanya harapan dan cita-cita, 4 penghargaan dan penghormatan atas diri, 5 adanya lingkungan yang baik, dan 6 adanya keinginan yang menarik.

C. Pembelajaran Matematika

Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah, Ahmad Susanto, 2013: 184. Menurut Depdiknas Ahmad Susanto, 2013: 184, matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ahmad Susanto 2013: 184-185 menyatakan bahwa matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar 28 asumsi kebenaran konsistensi. Selain itu matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Ahmad Susanto 2013: 185. Lebih lanjut Ahmad Susanto 2013: 183 menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Matematika menurut Ruseffendi Heruman, 2008: 1 adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjati Heruman, 2008: 1, yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesempatan, dan pola pikir yang deduktif. Heruman 2008: 2 menegaskan bahwa dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan 29 melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, kerana hal ini akan mudah dilupakan siswa. Lebih lanjut Heruman 2008: 3 memaparkan pembelajaran matematika menekankan pada konsep-konsep matematika yakni: a. Pemahaman Konsep Dasar Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran suatu konsep baru metematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. b. Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. c. Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Ahmad Susanto, 2013: 186-187 menyatakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Menurut Wragg Ahmad Susanto, 2013: 188, menyebutkan bahwa proses pembelajaran matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya. Selain itu, juga dapat dipahami bahwa pembelajaran matematika bukan hanya sebagai transfer of knowledge, yang mengandung makna bahwa siswa merupakan objek dari belajar, namun hendaknya siswa menjadi subjek dalam belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang 30 dikatakan belajar matematika apabila pada diri seseorang tersebut terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Heruman 2008: 5 menyatakan bahwa pada pembelajar an matematika harus terjadi pula belajar secara “konstruktivisme” Piaget. Dalam konstruktivisme, konstruksi pengetahuan dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif. Ahmad Susanto 2013: 189 menyatakan secara umum tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Lebih lanjut Ahmad Susanto 2013: 183 memaparkan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika, tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dengan tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat di mana ia tinggal. Pitadjeng 2006: 70 berpendapat bahwa jika ada anak didik yang tidak punya motif untuk belajar matematika, guru dapat memberikan motivasi pada anak untuk belajar matematika, misalnya dengan hadiah bagi yang berhasil, atau memberi poin untuk dapat menjawab hadiah, mendapat poin, mendapat nilai baik, dapat mengungguli nilai teman, mendapat pujian dari guru atau orang tua, semua itu dapat menjadi motif bagi anak untuk belajar matematika. 31 Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikaji bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dapat membangun penguasaan terhadap materi matematika sehingga meningkatkan pengetahuan tentang matematika. Dalam pembelajaran matematika Sekolah Dasar guru berperan sebagai fasilitator yang berperan memberi penguatan kepada siswa sehingga siswa senantiasa termotivasi untuk terus belajar dan dapat mengaplikasikan konsep matematika yang telah dipelajari dan dikuasai dalam kehidupannya sehari-hari.

D. Siswa Sekolah Dasar