Penelitian yang Relevan Kerangka Berpikir

36 Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dikaji bahwa siswa Sekolah Dasar merupakan anak usia dini usia 6-13 tahun yang sedang berada pada tahap perkembangan belajar, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pada masa-masa ini lingkungan di sekitar siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Jika dalam pembelajaran tercipta suasana yang menyenangkan bagi siswa tentunya siswa akan lebih menikmati pembelajaran tersebut, namun begitu pula sebaliknya.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan antara lain: 1. “Pengaruh Reinforcement dan Media Pengajaran Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas Tinggi Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Danurejan Yogyakarta” yang disusun oleh Herning Tyas Sarwastuti pada tahun 2011. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pemberian reinforcement dan penggunaan media pengajaran dapat mempengaruhi motivasi berprestasi siswa secara signifikan pada mata pelajaran matematika kelas tinggi SD Negeri Kecamatan Danurejan tahun ajaran 20102011 dengan pembuktian diperoleh harga F sebesar 26,880 dengan harga peluang ralat p sebesar 0,000, nilai korelasi R sebesar 0,413 dan R 2 sebesar 0,170. Bobot sumbangan efektif kedua variabel secara bersama-sama sebesar 17. 2. “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Semangat Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Galur Tahun ajaran 20 102011” 37 yang disusun oleh Rian Ika Maryani tahun 2011. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubunga positif dan signifikan anatara kecerdasan emosi dengan semangat belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Galur tahun ajaran 20101011 yang ditunjukkan dengan r sebesar 0,766.

F. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika Sekolah Dasar bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan konsep matematika yang telah dipelajari dan dikuasai dalam kehidupannya sehari-hari. Matematika merupakan ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran. Maka dari itu, proses pembelajaran sangat memerlukan penguatan dari guru sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian siswa tidak merasa jenuh atau bosan dengan matematika. Apabila siswa merasa senang dengan matematika maka siswa akan termotivasi sehingga pembelajaran dapat berjalan secara maksimal, begitu juga sebaliknya. Motivasi belajar siswa dapat dibangun dengan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan. Dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dapat melalui pemberian penguatan reinforcement yang tepat. Penguatan reinforcement merupakan tanggapan positif guru terhadap perilaku yang dilakukan siswa sehingga memunculkan kembali perilaku tersebut. Reinforcement dapat berupa penghargaan baik secara verbal maupun nonverbal sehingga siswa akan merasa senang dan termotivasi karena 38 hasilnya dihargai. Dengan demikian akan mendorong adanya motivasi belajar dan memunculkan kembali perilaku siswa tersebut. Berdasarkan paparan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan positif antara reinforcement dengan motivasi belajar matematika. Penelitian ini merumuskan reinforcement dan motivasi belajar matematika sebagai dua variabel yang berhubungan positif, sebagaimana Sardiman 2007: 94 menyatakan bahwa salah satu bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah dengan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Hubungan antara reinforcement dengan motivasi belajar matematika digambarkan di bawah ini. Gambar 2. Hubungan antara Reinforcement dengan Motivasi Belajar Matematika

G. Hipotesis Penelitian