138 memecahkan permasalahan memiliki rata-rata persentase sebesar 78,54,
yang berarti bahwa dalam memahami permasalahan yang dihadapi siswa memiliki kinerja yang baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam dimensi guru
sebagai pembimbing memiliki kinerja baik dengan persentase kinerja sebesar 78,35. Apabila diwujudkan dalam bentuk diagram maka menghasilkan diagram
berikut.
Gambar 11. Diagram Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Pembimbing
c. Kinerja guru sebagai evaluator
Proses belajar mengajar selain berisi kegiatan pembimbingan dan pengajaran, juga tidak terlepas dari proses evaluasi. Fungsi evaluasi sendiri adalah
untuk melihat ketercapaian tujuan dari sebuah pembelajaran. Fungsi evaluasi yaitu sebagai sarana pembenahan atau peningkatan untuk hal-hal yang kurang baik
1 2
3 4
5 6
7 Indikator
82,50 79,00
74,58 89,58
74,37 69,86
78,54 0,00
10,00 20,00
30,00 40,00
50,00 60,00
70,00 80,00
90,00 100,00
P er
sent a
se Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi
Guru sebagai Pembimbing
139 dalam sistem ataupun dalam hal penyampaian guru selama proses belajar
mengajar. Berikut ini adalah deskripsi kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik yang dilihat dalam dimensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru
sebagai evaluator yang ada sekolah dasar di Kecamatan Mantrijeron.
140 Tabel 23. Deskripsi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan
Tupoksi Guru sebagai Evaluator
No Indikator
Sub Indikator
S SS
SR J
TP F
f f
f F
a Menyusun
instrumen penilaian tes
dan instrumen
penilain lain non-tes.
1. Menyusun prosedur penilaian
22 34,9
30 47,6
11 17,5
- -
- -
2. Pengembangan instrumen penilaian
15 23,8
37 58,7
11 17,5
- -
- -
3. Kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP
31 49,2
23 36,5
9 14,3
- -
- -
4. Kesesuaian metode penilaian dengan objek
yang akan dinilai 30
47,6 23
36,5 10
15,9 -
- -
-
b Penilaian
terhadap siswa secara
objektif 5.
Kesesuaian antara perolehan nilai dengan
prestasi 39
62 17
27 7
11 -
- -
- 6.
Tidak menggunakan unsure
kedekatanhubungan kerabat dalam penilaian
29 46
10 15,9
10 15,9
4 7
10 15,9 7.
Menilai dari berbagai aspek
37 58,7
23 36,5
3 4,8
- -
- -
8. Relevansi antara
penilaian dengan tujuan 33
52,4 24
38,1 6
9,5 -
- -
- 9.
Menggunakan keberagaman bentuk dan
jenis penilaian 26
41,3 28
44,4 9
14,3 -
- -
-
c Pemanfaatan
hasil penilaian dan
evaluasi 10. Pemanfaatan hasil
penilaian untuk merancang remedial
atau pengayaan 26
41,3 18
28.6 18
28,6 -
- 1
1,6 11. Mengkomunikasikan
hasil penilaian dengan stakeholder
24 38,1
23 36,5
12 19
3 4,8
1 1,6
12. Pemanfaatan hasil penilaian untuk
peningkatan kualitas pembelajaran
30 47,6
28 44,4
5 8
- -
- -
d Mengadakan
remedial 13. Penetapan standar
minimal keikutsertaan remedial
28 44,4
25 39,7
10 15,9
- -
- -
14. Mengadakan tindak lanjut program remedial
24 38,1
24 38,1
15 23,8
- -
- -
e Mengadakan
program pengayaan
15. Perencanaan program pengayaan
20 31,8
26 41,3
11 17,5
5 7,9 1
1,6 16. Penetapan standar
minimal keikutsertaan program pengayaan
26 41,3
26 41,3
11 17,5
- -
- -
17. Tindak lanjut program pengayaan
28 44,4
19 30,2
14 22,2
2 3,2 -
-
f Melakukan
tindakan refleksi untuk
meningkatka n kualitas
KBM 18. Melakukan tindakan
refleksi 21
33,3 27
42,9 14
22,2 1 1,6
- -
19. Pemanfaatan hasil refleksi terhadap PBM
22 34,9
29 46
11 17,5
1 1,6 -
- 20. Melakukan penelitian
tindakan kelas 16
25,4 14
22,2 16
25,4 10 16
7 11
Rata-rata -
41,8 -
37,6 -
16,9 - 2,1
- 1,6
141 Berdasarkan pada tabel mengenai kinerja guru sekolah dasar bersertifikat
pendidik dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai evaluator, berikut adalah pemaparannya.
1 Menyusun instrumen penilaian tes maupun non-tes a Menyusun prosedur penilaian tes maupun non-tes
Penilaian dilakukan secara tes maupun non-tes yang sebelum mengadakan penilaian, terlebih dahulu guru menyusun prosedur penilaian
tersebut. Berdasarkan pada tabel bahwa sebanyak 22 guru 34,9 memiliki kinerja 100 yang artinya guru selalu menyusun prosedur
penilaian tes maupun non-tes sebelum melakukan penilaian. Sebanyak 30 guru 47,6 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti
bahwa guru tersebut sangat sering menyusun prosedur penilaian baik tes maupun non-tes terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian, yang
selebihnya guru tidak menyusun prosedur penilaian yang baru dan menggunakan prosedur penilaian lama dengan pertimbangan masih dalam
materi dan kurikulum yang sama. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki kinerja 60-79 yang artinya guru sering menyusun prosedur penilaian tes
maupun non-tes terlebih dahulu sebelum mengadakan penilaian yang selebihnya guru tidak menyusun prosedur penilaian yang baru dan
menggunakan prosedur penilaian yang lama dengan pertimbangan masih dalam lingkup materi dan kurikulum yang sama.
142 b Pengembangan instrumen penilaian
Pengembangan instrumen penilaian dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk menilai aspek lain yang masih terkait dengan materi tersebut.
Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 15 guru 23,8 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 100 yang berarti bahwa guru selalu
melakukan pengembangan instrumen penilaian. Sebanyak 23 guru 58,7 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang berarti
bahwa guru sangat sering melakukan pengembangan instrumen penilaian tetapi ada kalanya tidak melakukan pengembangan instrumen karena
mempunyai pertimbangan terkait kematangan materi yang dimiliki siswa.. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79
yang berarti bahwa guru sering melakukan pengembangan instrumen penilaian, tetapi selebihnya tidak melakukan pengembangan instrumen
tersebut dengan pertimbangan terkait kondisi kematangan dan kesiapan materi yang dimiliki siswa.
c Kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP Instrumen penilaian disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat,
sehingga terdapat kesesuaian antara instrumen penilaian dengan RPP. Sesuai dengan pemaparan data dalam tabel bahwa sebanyak 31 guru
49,2 memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang berarti bahwa penyusunan instrumen penilaian selalu memiliki kesesuaian dengan RPP
yang telah disusun sebelumnya. Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang berarti bahwa dalam
143 penyusunan instrumen penilaian guru sangat sering memiliki kesesuaian
dengan RPP yang disusun sebelumnya walapun ada kalanya tidak sesuai dengan RPP karena ada mata pelajaran yang tidak menggunakan RPP
baru melainkan menggunakan RPP lama sehingga kesesuaian instrumen penilaian pun sesuai dengan RPP yang lama tersebut, dan sebanyak
sembilan 9 guru 14,3 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa sering menyusun instrumen yang memiliki kesesuaian dengan
RPP, tetapi selebihnya tidak sesuai dengan RPP yang terbaru karena terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak menggunakan RPP terbaru
melainkan menggunakan RPP yang lama sehingga mata pelajaran tersebut sesuai dengan RPP yang lama dan bukan sesuai dengan RPP yang terbaru.
d Kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan dinilai Berdasarkan data pada tabel disebutkan bahwa sebanyak 30 guru
47,6 yakni selalu memperhatikan kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan dinilai. Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki persentase
kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering dalam memperhatikan kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan
dinilai, walaupun ada kalanya hal tersebut tidak menjadi prioritas karena guru cenderung memperhatikan aspek pemahaman materi siswa sebelum
melakukan penilaian, dan sebanyak 10 guru 15,9 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering memperhatikan
kesesuaian antara metode penilaian yang digunakan dengan objek yang akan dinilai, tetapi selebihnya guru tidak memperhatikan kesesuaian
144 tersebut dan cenderung memperhatikan kematangan siswa dalam
memahami materi sebelum mengadakan penilaian. 2 Penilaian siswa secara objektif
a Kesesuaian antara perolehan nilai dengan prestasi Berdasarkan tabel tersebut dijelaskan bahwa sebanyak 39 guru 62
memiliki kinerja sebesar 100 yang berarti bahwa guru tersebut selalu memperhatikan kesesuaian antara prestasi siswa dengan perolehan nilai
yang didapat. Sebanyak 17 guru 27 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering memperhatikan kesesuaian antara
prestasi yang diraih siswa dengan perolehan nilai yang didapat, tetapi ada kalanya guru juga memperhatikan aspek diluar prestasi siswa dalam
penilaian. Sebanyak 7 guru 11 memiliki presentasi kinerja sebesar 60- 79 yang berarti bahwa guru sering memperhatikan kesesuaian terhadap
prestasi yang diraih siswa dengan perolehan nilai yang didapat, tetapi selebihnya guru memperhatikan aspek lain untuk dipertimbangkan dalam
pemberian nilai. b Tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan saat penilaian
Ranah pendidikan khususnya di lembaga pendidikan terkadang menemui kondisi ketika guru memiliki siswa yang mempunyai hubungan
darah atau hubungan kekerabatan. Walaupun demikian guru dituntut untuk profesional dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar. Tabel 25
tersebut memaparkan sejumlah data mengenai keprofesional guru dalam menilai dengan tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan saat
145 penilaian dan menghasil data sebagai berikut, bahwa sebanyak 29 guru
46 memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang artinya bahwa guru selalu profesional dengan tidak menggunakan unsur hubungan
kekerabatan saat melakukan penilaian. Sebanyak 10 guru 15,9 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru
sangat sering bertindak profesional dengan tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan dalam penilaian siswa, tetapi ada kalanya guru
bertindak demikian apabila mengetahui siswa tersebut mempunyai hubungan kekerabatan dengan guru. Sebanyak jumlah 10 guru 15,9
memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya guru sering bertindak profesional dengan tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan
dalam penilaian siswa, tetapi selebihnya guru menggunakan aspek kekerabatan dalam memberikan penilaian terhadap siswa. Sebanyak
jumlah 4 guru 7 memiliki persentase kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang bertindak profesional dengan tidak menggunakan unsur
hubungan kekerabatan dalam penilaian siswa, dan sebanyak 10 guru 15,9 yang mengaku tidak pernah tidak menggunakan unsur
kekerabatan dalam penilaian siswa. hal tersebut bermakna bahwa guru tersebut menggunakan unsur hubungan kekerabatan dalam menilai siswa-
siswanya. c Menilai dalam berbagai aspek
Penilaian guru kepada siswa dilakukan dalam berbagai aspek untuk mengetahui perkembangan siswa dalam segala sisinya. Berdasarkan data
146 dalam tabel bahwa sebanyak 37 guru 58,7 memiliki persentase kinerja
sebesar 100 yang artinya bahwa guru selalu melakukan penilaian siswa dari berbagai aspek. Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja sebesar
80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering menilai siswa dari berbagai aspek, tetapi ada kalanya guru hanya menilai siswa dari aspek
kemampuan materi siswa saja, dan sebanyak 3 guru 4,8 memiliki persentase sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering melakukan
penilaian dalam berbagai aspek, tetapi selebihnya guru menilai siswa berdasarkan aspek pemahaman materinya.
d Relevansi antara penilaian dengan tujuan Ketika proses belajar mengajar selesai dilaksanakan maka selanjutnya
adalah mengadakan proses penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan data dalam
tabel bahwa sebanyak 33 guru 52,4 memiliki kinerja 100 yang artinya guru selalu melakukan penilaian yang memiliki relevansi dengan
tujuan pembelajaran. Sebanyak 24 guru 38,1 memiliki kinerja dengan persentase 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering melakukan
penilaian siswa dengan memperhatikan relevansi antara pengadaan penilaian dengan tujuan pembelajaran, tetapi ada kalanya relevansi
penilaian tersebut sedikit tidak diprioritaskan guru tetapi masih dalam batasan ruang lingkup pembelajaran, dan sebanyak enam 6 guru 9,5
memiliki kinerja dengan persentase sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering memperhatikan relevansi pengadaan penilaian dengan tujuan
147 pembelajaran,
tetapi selebihnya
guru memperhatikan
proses penyelenggaraan penilaian tersebut agar dapat melihat ketercapaian tujuan
pembelajaran. e Variasi penilaian
Pemaparan dalam tabel tersebut menyebutkan bahwa sebanyak 26 guru 41,3 memiliki kinerja dengan persentase 100 yang artinya guru
selalu menggunakan keberagaman bentuk penilaian. Sebanyak 28 guru 44,4 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa
guru sangat sering menggunakan keberagaman bentuk penilaian, tetapi ada mata pelajaran yang menggunakan metode yang sama saat
diadakannya penilaian, dan sebanyak sembilan 9 guru 14,3 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering menggunakan
bentuk penilaian yang beragam, tetapi selebihnya menggunakan bentuk penilaian yang biasa digunakan.
3 Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi a Pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan tindak lanjut berupa
program remedial atau pengayaan Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 26 guru 41,3
memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan tindak lanjut berupa remedial atau
pengayaan bagi siswa. Sebanyak 18 guru 28,6 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering
memanfaatkan hasil dari penilaian untuk melakukan tindakan selanjutnya
148 yakni dengan program remedial atau pengayaan, tetapi ada kalanya guru
tidak memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan tindak lanjut. Sebanyak 18 guru 28,6 memiliki persentase kinerja guru sebesar 60-
79 yang berarti bahwa guru sering memanfaatkan hasil penilaian untuk mengadakan program tindak lanjut, tetapi selebihnya guru memanfaatkan
hasil penilaian tersebut untuk dianalisis, dan sebanyak satu 1 guru 1,6 tidak pernah memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan
tindakan selanjutnya yang berupa remedial ataupun pengayaan. b Mengkomunikasikan hasil penilaian dengan stakeholder
Menjalin komunikasi dengan kepala sekolah terkait dengan hasil penilaian yang diperoleh bertujuan untuk meninjau lebih dalam tentang
hasil penilaian yang diperoleh tersebut. Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 24 guru 38,1 memiliki persentase sebesar 100 yang
artinya bahwa guru selalu mengkomunikasikan hasil penilaian yang didapat dengan stakeholder . Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja
80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering menjalin komunikasi dengan stakeholder atas hasil dari penilaian, tetapi ada kalanya guru
hanya menjalin komunikasi dengan kepala sekolah terkait hasil penilaian ketika guru mengalami kondisi yang tidak biasa saat mengetahui hasil
dari penilaian yang telah dilakukan. Sebanyak 12 guru 19 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering
menjalin komunikasi dengan stakeholder dalam kaitan dengan hasil penilain yang didapat, tetapi ada kalanya katika guru mengkomunikasikan
149 hasil penilaian siswa kepada kepala sekolah ketika guru menemui
kejanggalan dari hasil penilaian siswa yang didapat. Sebanyak tiga 3 guru 4,8 memiliki kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang
menjalin komunikasi siswa dengan kepalas sekolah mengenai hasil penilaian siswa, dan sebanyak satu 1 guru 1,6 tidak pernah
berkomunikasi dengan stakeholder perihal hasil dari penilaian siswa yang diperoleh.
c Pemanfaatan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas Hasil penilaian yang diperoleh juga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas baik kualitas siswa, kualitas pembelajaran ataupun segala aspek yang terkait dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
dalam tabel mengenai pemanfaatan hasil penilaian dalam meningkatkan kualitas siswa menghasilkan data bahwa sebanyak 30 guru 47,6
memiliki kinerja 100 yang artinya guru selalu memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas siswanya ke depannya. Sebanyak 28
guru 44,4 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering memanfaatkan hasil dari penilaian yang
bertujuan untuk peningkatan kualitas siswa, tetapi ada kalanya hasil penilaian tersebut digunakan juga untuk meningkatkan sistem
pembelajaran yang dapat dianalisis menggunakan hasil dari perolehan penilaian siswa. Sebanyak jumlah lima 5 guru 8 memiliki persentase
kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering memanfaatkan perolehan nilai siswa untuk mengembangkan kualitas siswa, tetapi
150 selebihnya perolehan nilai tersebut digunakan sebagau acuan perbaikan
dalam sistem pembelajaran. 4 Mengadakan program remedial
a Penetapan standar keikutsertaaan remedial Program remedial merupakan salah satu program tindak lanjut dari
pemanfaatan penilaian untuk memperbaiki kompetensi siswa. Sebelum melaksanakan program remedial, guru menetapkan terlebih dahulu
standar minimal perolehan nilai siswa yang harus menjalani program remedial. Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 28 guru 44,4
mempunyai persentase kinerja 100 yang artinya bahwa guru selalu menetapkan standar minimal bagi siswa yang harus mengikuti program
remedial. Sebanyak 25 guru 39,7 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering menetapkan standar minimal nilai
siswa untuk mengikuti remedial, tetapi ada kalanya standar tersebut tidak ditetapkan terlebih dahulu karena penyelenggaraan remedial yang
dilakukan secara kondisional, dan sebanyak 10 guru 15,9 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering
menetapkan standar minimal keikutsertaan siswa dalam program remedial, tetapi selebihnya dalam mengadakan remedial guru tidak
menetapkan standar minimal terlebih dahulu bagi siswa untuk mengikuti remedial karena program remedial dilaksanakan secara kondisional.
151 b Mengadakan tindak lanjut program remedial
Tabel 24 menyebutkan bahwa sebanyak 24 guru 38,1 memiliki kinerja dengan persentase 100 yang artinya bahwa guru selalu
mengadakan tindak lanjut program remedial bagi siswa. Sebanyak 24 guru 38,1 memiliki persentase kinerja 80-99 yang artinya bahwa
guru sangat sering mengadakan tindak lanjut program remedial siswa, tetapi ada kalanya program ini dilakukan ketika terjadi situasi yang
mendesak yang terjadi ketika hasil perolehan nilai siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebanyak 15 guru 23,8 memiliki presentase
kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering mengadakan tindak lanjut program remedial, tetapi selebihnya guru memberikan tugas
tambahan secara kondisional bagi siswa tertentu dan dijadikan nilai tambahan untuk memenuhi standar kelulusan suatu mata pelajaran.
5 Mengadakan program pengayaan a Perencanaan program pengayaan
Ketika akan melaksanakan program pengayaan, terlebih dahulu guru merencanakan program tersebut terlebih dahulu. Program pengayaan
sendiri adalah program tindak lanjut yang ditujukan bagi siswa yang sudah mencapai standar kelulusan suatu mata pelajaran dan diberikan
pelatihan berupa pengembangan soal-soal yang bertujuan untuk menambahkan variasi bentuk soal. Pemaparan dalam tabel menyebutkan
bahwa sebanyak 20 guru 31,8 memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu merencanakan program pengayaan siswa. Sebanyak 26
152 guru 41,3 memiliki kinerja dengan presentase sebesar 80-99 yang
berarti bahwa guru sangat sering merencanakan program pengayaan siswa sebelum pelaksanaan program pengayaan tersebut, tetapi ada kalanya
pengayaan dilakukan tanpa merencanakannya terlebih dahulu. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti
bahwa guru sering merencanakan program pengayaan siswa, tetapi selebihnya pengayaan dilakukan secara kondisional karena disesuaikan
dengan aktivitas pembelajaran di kelas. Sebanyak lima 5 guru 7,9 memiliki presentase kinerja sebesar 60 yang berarti bahwa guru jarang
merencanakan program pengayaan terlebih dahulu sebelum dilaksakannya program pengayaan. Sebanyak satu 1 guru 1,6 mengaku jarang
merencanakan program
pengayaan siswa
dan cenderung
menyelenggarakan program pengayaan tanpa perencanaan sebelumnya.
b Penetapan standar keikutsertaan program pengayaan Berdasarkan data pada tabel bahwa sebanyak 26 guru 41,3
memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang berarti bahwa guru selalu menetapkan standar keikutsertaan program pengayaan bagi siswa.
Sebanyak 26 guru 41,3 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering menetapkan standar keikutsertaan
siswa dalam program pengayaan, tetapi ada kalanya penetapan standar tersebut ditentukan ketika mengetahui perolehan nilai siswa, sehingga
ketetapan standar bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan materi. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki kinerja sebesar 60-
153 79 yang berarti bahwa guru sering menetapkan standar keikutsertaan
siswa dalam program pengayaan, tetapi selebihnya standar ditetapkan berdasarkan kesesuaian dengan materi dan keadaan kemampuan siswa.
c Tindak lanjut dari program pengayaan Tindak lanjut setelah mengadakan program pengayaan adalah dengan
mengadakan evaluasi perihal program pengayaan tersebut apakah berhasil dengan baik atau masih membutuhkan pelatihan secara teratur.
Berdasarkan data yang memaparkan perihal tindak lanjut dari program pengayaan, sebanyak 28 guru 44,4 memiliki persentase kinerja
sebesar 100 yang berarti bahwa guru selalu melakukan tindak lanjut setelah mengadakan program pengayaan. Sebanyak 19 guru sebesar
30,2 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering melakukan tindak lanjut dari program
pengayaan, tetapi ada kalanya ketika guru tidak melakukan tindak lanjut dari program pengayaan yang dilakukan. Sebanyak 14 guru 22,2
memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering melakukan tindak lanjut dari program pengayaan, tetapi selebihnya guru
melakukan tindak lanjut dari program pengayaan apabila menemui kondisi yang mengharuskan dalam mengadakan tindak lanjut dari
program pengayaan tersebut. Sebanyak dua 2 guru 3,2 mengaku tidak pernah melakukan tindak lanjut setelah diadakannya program
pengayaan siswa.
154 6 Melakukan tindakan refleksi untuk meningkatkan kualitas KBMPBM
a Melakukan tindakan refleksi Pemaparan dalam tabel disebutkan bahwa sebanyak 21 guru 33,3
memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru tersebut selalu melakukan tindakan refleksi secara rutin dan terencana. Sebanyak 27 guru
42,9 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering melakukan tindakan refleksi secara rutin dan
terencana, tetapi ada kalanya refleksi ini dilakukan secara tidak terencana dan menyesuaikan dengan keadaan. Sebanyak 14 guru 22,2 memiliki
persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering melakukan tindakan refleksi, tetapi selebihnya dalam melakukan refleksi
dilakukan secara tidak terencana. Sebanyak satu 1 guru 1,6 memiliki persentase kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang melakukan
tindakan refleksi secara rutin dan terencana. b Pemanfaatan hasil refleksi terhadap PBM
Berdasarkan data pada tabel bahwa sebanyak 22 guru 34,9 memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu memanfaatkan
hasil refleksi yang didapat untuk memperbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar. Sebanyak 29 guru 46 memiliki persentase kinerja 80-99
yang berarti bahwa guru sangat sering memanfaatkan hasil refleksi untuk memperbaiki proses belajar mengajar, dan juga hasil refleksi ini
dimanfaatkan pula sebagai bahan untuk memperbaiki kinerja guru. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja 60-79 yang
155 berarti bahwa guru sering memanfaatkan hasil refleksi yang digunakan
untuk kemajuan proses belajar mengajar, dam selebihnya dimanfaatkan pula untuk bahan memperbaiki kinerja guru. Sebanyak satu 1 guru
1,6 memiliki persentase kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang dalam memanfaatkan hasil refleksi untuk pengembangan proses belajar
mengajar maupun digunakan sebagai bahan perbaikan kualitas kinerja guru itu sendiri.
c Melakukan penelitian tindakan kelas Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 16 guru 25,4
memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu melakukan penelitian untuk menetapkan tindakan kelas. Sebanyak 14 guru 22,2
memiliki persentase sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering melakukan penelitian untuk menetapkan tindakan kelas, tetapi ada
kalanya guru tidak menggunakan penelitian terlebih dahulu untuk melakukan tindakan kelas. Sebanyak 16 guru 25,4 memiliki
persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering melakukan penelitian untuk melakukan tindakan kelas, tetapi selebihnya
guru tidak melakukan penelitian terlebih dahulu untuk melakukan tindakan kelas. Sebanyak 10 guru 16 memiliki persentase kinerja
60 yang berarti bahwa guru jarang melakukan penelitian sebelum mengadakan tindakan kelas. Serta sebesar tujuh 7 guru 11
menyatakan tidak pernah melakukan penelitian untuk menetapkan tindakan kelas.
156 Berdasarkan pemaparan deskripsi dari kinerja guru bersertifikat pendidik
yang dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai evaluator, maka menghasilkan kategori kinerja guru sebagai evaluator sebagai berikut.
157 Tabel 24. Kategori Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam
Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Evaluator
No Indikator
Sub Indikator Skor
Peroleh an
Skor Max
Rata- rata
Kateg ori
a Menyusun
instrumen penilaian tes
dan instrumen
penilaian lain non-tes
1. Menyusun prosedur
penilaian 200
240 83
84,68 Sangat
baik 2.
Pengembangan instrumen penilaian
193 240
80 3.
Kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP
211 240
87,9 4.
Kesesuaian metode penilaian dengan objek
yang akan dinilai 209
240 87
b Penilaian
terhadap siswa secara
objektif 5.
Kesesuaian antara perolehan nilai dengan
prestasi 221
240 92
86,33 Sangat
baik 6.
Tidak menggunakan unsur kedekatanhubungan
kerabat dalam penilaian 170
240 71
7. Menilai dari berbagai
aspek 223
240 92,9
8. Relevansi antara penilaian
dengan tujuan 216
240 90
9. Menggunakan
keberagaman bentuk dan jenis penilaian
206 240
85,8
c Pemanfaatan
hasil penilaian dan
evaluasi 10. Pemanfaatan hasil
penilaian untuk merancang remedial atau pengayaan
194 240
81 83,33
Sangat Baik
11. Mengkomunikasikan hasil penilaian dengan
stakeholder 192
240 80
12. Pemanfaatan hasil penilaian untuk
peningkatan kualitas pembelajaran
214 240
89,2
d Mengadakan
remedial 13. Penetapan standar minimal
keikutsertaan remedial 207
240 86,3
84,37 Sangat
baik 14. Mengadakan tindak lanjut
program remedial 198
240 83
e Mengadakan
program pengayaan
15. Perencanaan program pengayaan
185 240
77 81,67
Sangat Baik
16. Penetapan standar minimal keikutsertaan program
pengayaan 204
240 85
17. Tindak lanjut program pengayaan
199 240
83
f Melakukan
tindakan refleksi
untuk meningkatka
n kualiatas KBM
18. Melakukan tindakan refleksi
194 240
80,8 75
Baik 19. Pemanfaatan hasil refleksi
terhadap PBM 198
240 83
20. Melakukan penelitian tindakan kelas
148 240
61,67
Total
3982 4800
Sangat Baik
Rata- Rata 82,56
158 Berdasarkan pada data dalam tabel mengenai kategori kinerja guru dalam
dimensi guru sebagai evaluator, maka berdasarkan indikator kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
guru sebagai evaluator dijelaskan sebagai berikut. 1 Menyusun instrumen penilaian tes dan non-tes
Indikator penyusunan instrumen penilaian tes dan non-tes terdiri dari beberapa sub-indikator yaitu menyusun prosedur penilaian tes dan non-tes
memiliki persentase sebesar 83 masuk pada kategori sangat baik, pengembangan instrumen penilaian memiliki persentase sebesar 80
masuk dalam kategori baik, kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP memiliki persentase sebesar 87,9 yang masuk dalam kategori sangat
baik, dan kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan dinilai memiliki persentase sebesar 87 yang masuk dalam kategori sangat baik.
Rata-rata indikator penyusunan instrumen penilaian adalah 84,68, yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja baik dalam menyusun
instrumen penilaian. 2 Penilaian terhadap siswa secara objektif
Kegiatan penilaian siswa secara objektif menjadi salah unsur penting dalam melakukan program penilaian. Sub-indikator yang terkait dengan
penilaian secara objektif yaitu, kesesuaian antara perolehan nilai dengan prestasi yang diraih memiliki persentase sebesar 92 yang terdapat dalam
kategori sangat baik, tidak menggunakan unsur kekerabatan dalam penilaian memiliki persentase sebesar 71 yang masuk dalam kategori
159 baik, menilai dalam berbagai aspek memiliki persentase sebesar 92,9
yang masuk dalam kategori sangat baik, relevansi antara penilaian dengan tujuan pembelajaran memiliki persentase sebesar 90 yang masuk dalam
kategori sangat baik, dan variasi penilaian memiliki persentase sebesar 85,8 yang masuk dalam kategori sangat baik. Rata-rata dalam indikator
penilaian siswa secara objektif yaitu sebesar 86,33, yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja sangat baik dalam penilaian siswa
secara objektif. 3 Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi
Indikator pemanfaatan hasil penilaian memiliki beberapa sub-indikator yaitu mengenai pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan remedial
atau pengayaan memiliki persentase sebesar 81 yang masuk dalam kategori sangat baik, mengkomunikasikan hasil penilaian dengan
stakeholder memiliki persentase sebesar 80 yang masuk dalam kategori sangat baik, pemanfaatan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas
memiliki persentase sebesar 89,2 yang masuk dalam kategori sangat baik. Rata-rata indikator sebesar 83,33, yang berarti bahwa guru-guru
tersebut memiliki kinerja baik dalam memanfaatkan penilaian dan evaluasi untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar.
4 Mengadakan remedial Terdapat beberapa hal yang masuk didalam kegiatan pengadaan
remedial yaitu mengenai penetapan standar keikutsertaan remedial memiliki persentase sebesar 86,3 yang termasuk dalam kategori sangat
160 baik dan mengadakan tindak lanjut program remedial memiliki persentase
sebesar 83 yang terdapat dalam kategori baik. Rata-rata indikator pengadaan remedial yakni 84,37, yang berarti bahwa dalam
melaksanakan remedial guru-guru tersebut dalam kategori sangat baik. 5 Mengadakan program pengayaan
Mengadakan pengayaan memiliki hal-hal yang harus dilakukan yaitu perencanaan program pengayaan memiliki persentase sebesar 77 yang
terdapat dalam kategori baik, penetapan standar keikutsertaan program pengayaan memiliki persentase sebesar 85 yang terdapat dalam kategori
sangat baik, dan tindak lanjut program pengayaan memiliki persentase sebesar 83 yang terdapat dalam kategori sangat baik. Rata-rata indikator
yakni 81,67, yang berarti bahwa dalam mengadakan program pengayaan guru-guru tersebut memiliki kinerja dalam kategori sangat baik.
6 Melakukan tindakan refleksi untuk meningkatkan kualitas Tindakan refleksi adalah tindakan perwujudan adanya kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu antara lain mengenai tindakan refleksi yang dilakukan memiliki persentase
sebesar 80,8 yang terdapat dalam kategori sangat baik, pemanfaatan hasil refleksi terhadap PBM memiliki persentase sebesar 83 yang
terdapat dalam kategori sangat baik, dan melakukan penelitian tindakan kelas memiliki persentase sebesar 61,67 yang terdapat dalam kategori
baik. Indikator dalam melakukan tindakan refleksi ini menghasilkan rata-
161 rata sebesar 75, yang berarti bahwa dalam melakukan tindakan refleksi
memiliki kinerja yang baik. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja guru
sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru sebagai evaluator termasuk dalam kategori baik dengan persentase 82,56.
Berikut adalah wujud diagram batang dari kategori kinerja guru bersertifikat pendidik dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai
evaluator.
Gambar 12. Diagram Kinerja Guru SD Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Evaluator
d. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan