Sertifikasi guru dan era baru profesionalisme guru di Indonesia Dampak sertifikasi guru

43 sekolah semakin berkurang, sekolah-sekolah lebih diberikan otonomi untuk mengelola proses pendidikan dan pembelajarannya serta membuat kebijakan - kebijakan yang lebih relevan dengan kondisi sekolah.

2. Tujuan dan manfaat sertifikasi

Melalui sertifikasi terdapat jaminan dan kepastian tentang status profesionalisme guru dan juga menunjukan bahwa pemegang lisensi atau sertifikat memiliki kemampuan tertentu dalam memberikan layanan profesional kepada masyarakat. a. Tujuan sertifikasi guru Marselus 2011: 76 mengemukakan bahwa tujuan sertifikasi yaitu: 1 sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, 2 sertifikasi dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, 3 sertifikasi untuk meningkatkan martabat guru, 4 sertifikasi untuk meningkatkan profesionalisme guru. b. Manfaat sertifikasi guru Manfaat sertifikasi menurut Marselus 2011: 77, yakni: 1 melindungi profesi guru dari praktik – praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra guru, 2 melindungi masyarakat dari praktik – praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, 3 meningkatkan kesejahteraan guru.

3. Sertifikasi guru dan era baru profesionalisme guru di Indonesia

Perubahan yang terjadi baik dalam latar pendidikan dan pengajaran maupun dalam tuntutan-tuntutan baru dalam masyarakat semakin tidak terkontrol, 44 sehingga membutuhkan kesiapan ekstra guru untuk menghadapinya secara cerdas. Pihak lain dibalik perubahan-perubahan itu tersirat adanya ketidakpastian dalam mengantisipasinya. Perubahan-perubahan dan ketidakpastian tersebut membawa persoalan-persoalan baru yang semakin kompleks. Berkaitan dengan tuntutan- tuntutan imperatif semacam itu guru harus terus-menerus memperbarui wawasan, pengetahuan, dan keterampilannya agar bisa memecahkan masalah secara kreatif. Tuntutan profesionalisme guru dimasa yang akan datang setidaknya harus mengantisipasi adanya hal-hal sebagai berikut. a. Kemandirian untuk bertindak menurut kaidah-kaidah profesional dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat atau khususnya kepada siswa secara fleksibel. b. Keterbukaan dipihak guru untuk selalu mengembangkan diri, mengembangkan inovasi-inovasi baru secara kreatif dan berani meninggalkan cara lama yang tidak sesuai lagi dengan zaman out of date. c. Adanya dukungan dan komitmen dari sekolah, untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi guru untuk mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran secara kreatif.

4. Dampak sertifikasi guru

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik guru dan dosen harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan 45 mengajar dalam pasal 42 ayat 1 UU Sisdiknas. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 menyebutkan pengertian kualifikasi akademik yaitu ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Sertifikat pendidik bagi guru bukan hanya untuk memenuhi persyaratan sebuah profesi yang menuntut adanya kualifikasi minimal, hal tersebut bertujuan agar guru dapat memperoleh tunjangan profesi yang selanjutnya tunjangan tersebut dapat digunakan untuk pemenuhan hidup yang layak. Sertifikasi pendidik bagi guru diatur dalam pasal 11 ayat 2 dan 3 UU Guru dan Dosen, yang menyebutkan bahwa sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan pendidikan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Pihak pemerintah baik pusat maupun daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik pasal 13 ayat 1 UU Guru dan Dosen agar sertifikasi pendidik dapat diperoleh guru yang berstatus PNS dan non-PNS tanpa mengalami hambatan.

F. Penelitian yang Relevan