67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
Penelitian dilakukan di seluruh sekolah dasar SD baik negeri maupun swasta yang terdapat di wilayah Kecamatan Mantrijeron, Kota Jogja, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Mantrijeron ini memiliki 11 sekolah dasar baik negeri maupun swasta, yaitu.
a. SD Negeri Gedongkiwo, g. SD Kanisius Kumendaman,
b. SD Negeri Minggiran, h. SD Kanisius Pugeran I,
c. SD Negeri Suryodiningratan I, i. SD Muh Suryowijayan
d. SD Negeri Suryodiningratan II, j. SD Muh Danunegaran,
e. SD Negeri Suryodiningratan III, k. SD Muh Jogokaryan. f. SD Negeri Suryowijayan,
Berdasar data dari UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Selatan, di Kecamatan Mantrijeron terdapat sekolah dasar yang tidak memiliki guru
bersertifikat pendidik. Sekolah tersebut adalah sekolah swasta yakni SD Kanisius Pugeran I dan SD Kanisius Kumendaman, sehingga sekolah tersebut tidak diteliti.
Total sekolah yang diteliti di Kecamatan Mantrijeron pun berubah dari 11 sekolah menjadi sembilan 9 sekolah dasar.
68 Subjek dalam penelitian ini yaitu guru sekolah dasar yang telah
bersertifikat pendidik. Guru sekolah dasar bersertifikat pendidik yang ada di Kecamatan Mantrijeron sebanyak 63 guru baik PNS maupun Non-PNS dengan
rincian sebagai berikut. a. SD Negeri Gedongkiwo sebanyak 12 guru,
b. SD Negeri Minggiran sebanyak delapan 8 guru, c. SD Negeri Suryodiningratan I sebanyak tujuh 7 guru,
d. SD Negeri Suryodiningratan II sebanyak lima 5 guru, e. SD Negeri Suryodiningratan III sebanyak 14 guru,
f. SD Negeri Suryowijayan sebanyak tujuh 7 guru, g. SD Muhammadiyah Danunegaran sebanyak empat 4 guru,
h. SD Muhammadiyah Suryowijayan sebanyak satu 1 guru, dan i. SD Muhammadiyah Jogokaryan sebanyak lima 5 guru.
B. Penyajian Data
Responden dalam penelitian ini adalah guru bersertifikat pendidik yang ada di sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang terdapat di wilayah Kecamatan
Mantrijeron yang meliputi sembilan 9 sekolah dengan jumlah guru bersertifikat pendidik sebanyak 63 guru baik PNS maupun Non-PNS.
1. Deskripsi Data Karakteristik Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik
Penelitian ini mengungkap beberapa fakta lapangan yang terkait dengan karakteristik guru
– guru tersebut. Karakteristik dikelompokkan berdasarkan jenis
69 kelamin,
pengalaman mengajar,
status kepegawaian,
jumlah jam
mengajarminggu, latar belakang pendidikan, asal perguruan tinggi negeri atau swasta, program studi, dan kuantitas guru dalam melakukan penelitian. Berikut
rincian karakteristik guru sekolah berdasarkan jenis kelamin. Tabel 11. Data Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Jenis Kelamin
No Nama Sekolah
Jenis Kelamin Jumlah
laki-laki Perempuan
1 SD N Gedongkiwo
2 10
12 2
SD N Minggiran 3
5 8
3 SD N Suryodiningratan 1
1 6
7 4
SD N Suryodiningratan 2 1
4 5
5 SD N Suryodiningratan 3
4 10
14 6
SD N Suryowijayan 2
5 7
7 SD Muh Danunegaran
4 4
8 SD Muh Suryowijayan
1 1
9 SD Muh Jogokaryan
3 2
5 Jumlah
17 46
63
Berdasarkan tabel tersebut, maka akan menghasilkan diagram berikut.
2 4
6 8
10 12
14
Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan Laki -laki
70 Gambar 2. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan
Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 2 dan tabel tersebut, maka diketahui bahwa guru di SD N Gedongkiwo sebagian besar guru yang bersertifikat pendidik berjenis
kelamin perempuan dengan jumlah 10 guru. SD N Minggiran sebagian besar guru bersertifikat pendidik berjenis kelamin perempuan dengan jumlah lima 5 guru.
SD N Suryodiningratan 1, guru bersertifikat pendidiknya hampir semuanya perempuan yakni dengan jumlah enam 6 dari tujuh 7 guru bersertifikat
pendidik di sekolah tersebut. SD N Suryodiningratan 2 sebanyak lima 5 guru bersertifikat pendidik, empat 4 diantaranya adalah perempuan. SD N
Suryodiningratan 3 sebagian besar guru bersertifikat pendidik berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 10 guru diantara 14 guru bersertifikat pendidik di
sekolah tersebut. SD N Suryowijayan sebagian besar guru bersertifikat pendidiknya berjenis kelamin perempuan dengan jumlah lima 5 guru. SD
Muhammadiyah Danunegaran semua guru bersertifikat pendidik berjenis kelamin perempuan sebanyak empat 4 guru. SD Muhammadiyah Suryowijayan hanya
terdapat satu 1 guru bersertifikat pendidik dan guru tersebut berjenis kelamin laki
– laki. SD Muhammadiyah Jogokaryan guru bersertifikat pendidik paling banyak laki
– laki yakni tiga 3 dari lima 5 guru bersertifikat pendidik. Berdasarkan data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah dasar di
Kecamatan Mantrijeron sebagian besar guru bersertifikat pendidiknya sebanyak 46 guru dari 63 guru berjenis kelamin perempuan.
71 Guru dikelompokkan berdasarkan pengalaman mengajar seperti yang
dipaparkan dalam tabel berikut. Tabel 12. Data Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Pengalaman Mengajar
Nama Sekolah Pengalaman Mengajar tahun
Jml 5-15 th
16-25 th 26-35 th
35 tahun SD N Gedongkiwo
3 1
6 2
12 SD N Minggiran
4 1
3 8
SD N Suryodiningratan 1 1
5 1
7 SD N Suryodiningratan 2
1 3
1 5
SD N Suryodiningratan 3 6
1 5
2 14
SD N Suryowijayan 3
1 3
7 SD Muh Danunegaran
4 4
SD Muh Suryowijayan 1
1 SD Muh Jogokaryan
5 5
Jumlah 27
5 25
6 63
Berdasarkan tabel 12 diatas, maka dapat membentuk diagram sebagai berikut.
Gambar 3. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikat Pendidik Berdasar
1 2
3 4
5 6
SD N Gedon
gkiwo SD N
Minggi ran
SD N Suryod
iningra tan 1
SD N Suryod
iningra tan 2
SD N Suryod
iningra tan 3
SD N Suryo
wijaya n
SD Muh
Danun egaran
SD Muh
Suryo wijaya
n SD
Muh Jogoka
ryan 5-15 th
3 4
1 6
3 4
1 5
16-25 th 1
1 1
1 1
26-35 th 6
3 5
3 5
3 35 th
2 1
1 2
ju mlah
g u
ru Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Pengalaman Mengajar
72 Pengalaman Mengajar
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 12 dan gambar 3 diatas, diketahui pengalaman mengajar guru bersertifikat pendidik paling banyak terdapat
dalam rentang waktu 5 – 15 tahun yakni sebanyak 27 guru dari total 63 guru
bersertifikat pendidik. Rentang pengalaman mengajar selanjutnya terdapat dalam rentang waktu 26
– 35 tahun yaitu terdapat 25 guru, yang kemudian disusul rentang pengalaman mengajar 35 tahun sebanyak enam 6 guru dan yang
terakhir terdapat pada rentang pengalaman mengajar 16 – 25 tahun sebanyak lima
5 guru. Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa paling banyak guru
bersertifikat pendidik memiliki pengalaman belajar selama 5-15 tahun yakni dengan jumlah guru sebanyak 27 guru dari total 63 guru bersertifikat pendidik.
Karakteristik guru bersertifikat pendidik lainnya dapat diklasifikasikan berdasarkan status kepegawaian yang dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 13. Data Guru Bersertifikat Pendidik Berdasar Status Kepegawaian No
Nama Sekolah Status
Kepegawaian Jumlah
PNS Non-PNS
1 SD N Gedongkiwo
12 12
2 SD N Minggiran
8 8
3 SD N Suryodiningratan 1
7 7
4 SD N Suryodiningratan 2
5 5
5 SD N Suryodiningratan 3
14 14
6 SD N Suryowijayan
7 7
7 SD Muh Danunegaran
4 4
8 SD Muh Suryowijayan
1 1
9 SD Muh Jogokaryan
5 5
Jumlah 53
10 63
73 Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 13, menghasilkan diagram
berikut.
Gambar 4. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikasi Pendidik Berdasarkan Status Kepegawaian
Berdasarkan gambar 4 dan tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa semua sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Mantrijeron yakni SD N
Gedongkiwo, SD N Minggiran, SD N Suryodiningratan 1, SD N Suryodiningratan 2, SD N Suryodiningratan 3, dan SD N Suryowijayan, memiliki guru
bersertifikasi pendidik dengan status kepegawaian sebagai PNS dengan jumlah guru sebanyak 53. Status kepegawaian untuk SD Muhammadiyah Danunegaran,
SD Muhammadiyah Suryowijayan, dan SD Muhammadiyah Jogokaryan memiliki guru bersertifikat pendidik dengan status kepegawaian sebagai Non-PNS dengan
jumlah 10 guru. Kesimpulan dari pemaparan tabel tersebut bahwa sebagian besar
2 4
6 8
10 12
14
juml a
h gur u
Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Status Kepegawaian
PNS Non - PNS
74 guru sekolah dasar bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron berstatus
sebagai guru PNS yakni dengan jumlah 53 guru dan sejumlah guru tersebut terdapat di sekolah dasar negeri.
Guru pada dasarnya memiliki tugas atau beban mengajar yang bervariasi antara satu guru dengan guru lainnya. Berikut klasifikasi guru bersertifikat
pendidik dengan karakteristik tugas mengajar tiap minggu guru yang ada di Kecamatan Mantrijeron yang tersaji dalam tabel.
Tabel 14. Data Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Beban Mengajar No
Nama Sekolah jamminggu
Jml 20-25 jam
26-30 jam 30 jam
1 SD N Gedongkiwo
4 8
12 2
SD N Minggiran 4
4 8
3 SD N Suryodiningratan 1
3 3
1 7
4 SD N Suryodiningratan 2
3 1
1 5
5 SD N Suryodiningratan 3
5 8
1 14
6 SD N Suryowijayan
4 3
7 7
SD Muh Danunegaran 2
2 4
8 SD Muh Suryowijayan
1 1
9 SD Muh Jogokaryan
2 2
1 5
Jumlah 28
31 4
63
Berdasarkan pada tabel 14, maka menghasilkan diagram berikut.
75 Gambar 5. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikat Pendidik Berdasar Beban
Mengajar Per-Minggu
Melihat gambar 5 dan tabel tersebut yang memaparkan data guru dengan karakteristik tugas mengajar guru bersertifikat pendidik yang diampu selama satu
minggu, maka hal tersebut terkait dengan Permendiknas No 39 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa guru memiliki beban kerja minimal 24 jam tatap muka per
minggu dan paling banyak 40 jam per minggu. Data lapangan menyebutkan bahwa rentang waktu mengajar 26-30 jamminggu memiliki jumlah terbanyak
yaitu 31 guru yang menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai beban kerja diatas standar minimal yang telah ditetapkan. Beban mengajar guru dalam
kategori 20-25 jamminggu menyebutkan mayoritas jawaban adalah 24 dan 25 jamminggu dengan jumlah 28 guru. Berdasarkan fakta menjelaskan bahwa beban
mengajar guru pada kategori 20-25 jamminggu dengan jumlah 28 guru dan telah sesuai dengan Permendiknas yang ditetapkan yakni minimal beban mengajar 24
1 2
3 4
5 6
7 8
20-25 jamminggu
26-30 jamminggu
30 jamminggu
Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Beban Mengajar Per-Minggu
SD N Gedongkiwo SD N Minggiran
SD N Suryodiningratan 1 SD N Suryodiningratan 2
SD N Suryodiningratan 3 SD N Suryowijayan
SD Muh Danunegaran SD Muh Suryowijayan
SD Muh Jogokaryan
76 jamminggu. Kategori terakhir yaitu kategori beban mengajar 30 jamminggu
sebanyak empat 4 guru. Hal tersebut menjelaskan bahwa beban mengajar empat guru tersebut telah melampaui standar minimal peraturan yang ditetapkan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan beban mengajar guru sekolah dasar bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron telah sesuai dengan
standar minimal yang ditetapkan dalam Permendiknas No 39 Tahun 2009 yakni beban mengajar minimal 24 jamminggu.
Seorang guru tentu tidak luput pada latar belakang pendidikan guru tersebut. Berikut ini adalah data mengenai latar belakang pendidikan guru
bersertifikat pendidik yang ada di Kecamatan Mantrijeron. Tabel 15. Data Guru Bersertifikat Pendidik Berdasar Latar Belakang Pendidikan
No Nama Sekolah
Latar Belakang Pendidikan Jumlah
S3 S2
S1 Belum
S1 1
SD N Gedongkiwo 10
2 12
2 SD N Minggiran
1 5
2 8
3 SD N Suryodiningratan 1
6 1
7 4
SD N Suryodiningratan 2 5
5 5
SD N Suryodiningratan 3 13
1 14
6 SD N Suryowijayan
7 7
7 SD Muh Danunegaran
4 4
8 SD Muh Suryowijayan
1 1
9 SD Muh Jogokaryan
5 5
Jumlah 1
56 6
63
Berdasarkan pada tabel 15, maka menghasilkan diagram karakteristik guru berdasar latar belakang pendidikan sebagai berikut.
77 Gambar 6. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Latar
Belakang Pendidikan
Berdasarkan data dari tabel 15 dan gambar 6, maka terlihat bahwa guru sekolah dasar bersertifikat pendidik yang ada di Kecamatan Mantrijeron baik guru
di sekolah negeri maupun swasta paling banyak berlatar belakang pendidikan strata satu S1 yakni sebanyak 56 guru dari total 63 guru, yang diikuti dengan
jumlah enam 6 guru bersertifikat pendidik yang belum S1 dan satu 1 guru bersertifikat pendidik dengan latar belakang pendidikan S2.
Berkaitan dengan latar belakang pendidikan, maka tidak akan terlepas dari latar belakang perguruan tinggi yang ditempuh. Berikut adalah klasifikasi guru
bersertifikat pendidik berdasarkan asal perguruan tinggi.
2 4
6 8
10 12
14 SD N Gedongkiwo
SD N Minggiran SD N Suryodiningratan 1
SD N Suryodiningratan 2 SD N Suryodiningratan 3
SD N Suryowijayan SD Muh Danunegaran
SD Muh Suryowijayan SD Muh Jogokaryan
Guru Bersertifikat Pendidik Berdasar Latar Belakang Pendidikan
Belum S1 S1
S2 S3
78 Tabel 16. Data Guru Bersertifikat Pendidik Berdasar Pada Asal Perguruan Tinggi
No Nama Sekolah
Perguruan Tinggi Jumlah
PTN PTS
1 SD N Gedongkiwo
6 6
12 2
SD N Minggiran 4
4 8
3 SD N Suryodiningratan 1
5 2
7 4
SD N Suryodiningratan 2 3
2 5
5 SD N Suryodiningratan 3
7 7
14 6
SD N Suryowijayan 4
3 7
7 SD Muh Danunegaran
2 2
4 8
SD Muh Suryowijayan 1
1 9
SD Muh Jogokaryan 2
3 5
Jumlah 34
29 63
Berdasarkan hasil lapangan yang menunjukkan data demikian, maka akan menghasilkan diagram berikut.
Gambar 7. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi
1 2
3 4
5 6
7
SD N Gedong
kiwo SD N
Minggir an
SD N Suryodi
ningrata n 1
SD N Suryodi
ningrata n 2
SD N Suryodi
ningrata n 3
SD N Suryowi
jayan SD Muh
Danuneg aran
SD Muh Suryowi
jayan SD Muh
Jogokar yan
PTN 6
4 5
3 7
4 2
1 2
PTS 6
4 2
2 7
3 2
3
ju mlah
g u
ru
Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Asal Perguruan Tinggi
79 Sekolah dasar yang terdapat di Kecamatan Mantrijeron memiliki asal
perguruan tinggi yang bervariasi. SD N Gedongkiwo guru bersertifikat pendidiknya sejumlah enam 6 guru berasal dari perguruan tinggi negeri PTN
dan enam 6 guru berasal dari perguruan tinggi swasta PTS. SD N Minggiran, guru bersertifikat pendidiknya sejumlah empat 4 guru berasal dari PTN dan
empat 4 guru berasal dari PTS. SD N Suryodiningratan 1 guru bersertifikat pendidik yang berasal dari PTN sejumlah lima 5 guru, dan dua 2 guru berasal
dari PTS. SD N Suryodiningratan 2 guru bersertifikat pendidik yang berasal dari PTN sejumlah tiga 3 guru, dan yang berasal dari PTS sejumlah dua 2 guru. SD
Suryodiningratan 3 memiliki jumlah yang sama antara guru yang lulusan PTN dan PTS, yakni tujuh 7 guru berasal dari PTN dan tujuh 7 guru pula yang berasal
dari PTS. SD N Suryowijayan memiliki guru bersertifikat pendidik dengan latar asal perguruan tinggi sejumlah empat 4 dari PTN dan tiga 3 dari PTS. Kondisi
di sekolah swasta yakni SD Muhammadiyah Danunegaran memiliki guru bersertifikat pendidik lulusan PTN sejumlah dua 2 guru dan dua 2 guru berasal
dari PTS, di SD Muhammadiyah Suryowijayan memiliki satu 1 guru bersertifikat pendidik yang berasal dari PTN, dan di SD Muhammadiyah
Jogokaryan dengan dua 2 guru bersertifikat pendidik yang berasal dari PTN dan tiga 3 guru bersertifikat pendidik yang lulusan dari PTS. Kondisi tersebut
menampakkan bahwa guru bersertifikat pendidik paling banyak merupakan lulusan PTN dengan jumlah 34 guru dari 63 guru sekolah dasar bersertifikat
pendidik di Kecamatan Mantrijeron.
80 Latar belakang program studi menjadi hal yang penting apabila terkait
kesesuaian dengan tugas sebagai guru sekolah dasar. Latar belakang program studi guru bersertifikat pendidik yang ada di Kecamatan Mantrijeron bervariasi.
Berikut adalah data latar belakang program studi guru bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron.
81 Tabel 17. Karakteristik Guru Bersertifikasi Pendidik Berdasarkan Program Studi
Nama Sekolah
Asal Program Studi JML
S1 PGSD
S1 Pend
Mtk S1
Pend IPA
S1 Pend
IPS S1
Pend B.Ind
S1 Pend
Pkn S1
Mtk S1
IPA non-
Pendd S1
IPS non
pend S1
Bhsa non
pendd S1 Kep
Lain2 SD N
Gedongkiwo 6
1 5
12 SD N Minggiran
3 1
1 1
2 8
SD N Suryodiningratan
1 4
3 7
SD N Suryodiningratan
2 1
3 1
5
SD N Suryodiningratan
3 5
2 1
6 14
SD N Suryowijayan
1 2
1 2
1 7
SD Muh Danunegaran
1 3
4 SD Muh
Suryowijayan 1
1 SD Muh
Jogokaryan 2
3 5
jumlah 22
2 3
1 2
1 8
24 63
82 Berdasarkan data yang dipaparkan dalam tabel 17, maka akan
menghasilkan diagram sebagai berikut.
Gambar 8. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Asal Program Studi
Berdasar gambar 8 dan tabel 17 akan diketahui bahwa guru bersertifikat pendidik paling banyak berasal dari program studi lain
– lain sebanyak 24 guru. Program studi lain
– lain yang dimaksud adalah segala program studi baik pendidikan maupun non-pendidikan, baik DII, DIII maupun S1 yang ada di luar
pilihan yang disediakan seperti DII PGSD, S1 PLS, S1 BK, S1 Teknologi Pendidikan, S1 Ekonomi, S1 Geografi, S1 Teknologi Pertanian dan lain
sebagainya. Program studi yang masuk dalam kategori lain-lain ini bisa mengajar karena telah mengikuti program akta empat yang kemudian diangkat menjadi PNS
ataupun non-PNS yayasan. Selanjutnya terbanyak kedua yakni program studi S1
1 2
3 4
5 6
7
jum la
h g
uru
Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Asal Program Studi
S1 PGSD S1 P.MTK
S1 P.IPS S1 P.Bhs Ind
S1 P.PKn S1 IPS Non-P
S1 Kependidikan Lain -Lain
83 PGSD yaitu sebanyak 22 guru, kemudian selanjutnya berasal dari S1 Pendidikan
Matematika sebanyak dua 2 guru, S1 Pendidikan IPS sebanyak tiga 3 guru, S1 Pendidikan Bahasa Indonesia satu 1 guru, S1 Pendidikan PKn dua 2 guru, S1
IPS non-Pendidikan satu 1, dan S1 Kependidikan sebanyak delapan 8 guru. Karakteristik guru bersertifikat pendidik juga dapat dilihat dari kuantitas
dalam mengadakan penelitian. Guru bersertifikat pendidik dalam melakukan penelitian dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 18. Data Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Kuantitas Penelitian No
Nama Sekolah Kuantitas
Jml tidak pernah
1x 1x
1 SD N Gedongkiwo
5 2
5 12
2 SD N Minggiran
4 2
2 8
3 SD N Suryodiningratan 1
4 3
7 4
SD N Suryodiningratan 2 3
1 1
5 5
SD N Suryodiningratan 3 10
3 1
14 6
SD N Suryowijayan 2
2 3
7 7
SD Muh Danunegaran 2
2 4
8 SD Muh Suryowijayan
1 1
9 SD Muh Jogokaryan
4 1
5 Jumlah
35 16
12 63
84 Berdasar pada tabel 18 tersebut, maka menghasilkan diagram berikut.
Gambar 9. Diagram Karakteristik Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Kuantitas Penelitian
Melihat tabel 18 dan gambar 9 tersebut terlihat bahwa dominasi jawaban ada pada pilihan tidak pernah yang artinya tidak pernah melakukan penelitian.
Guru bersertifikat pendidik di SD N Gedongkiwo yang melakukan penelitian 1x sebanyak dua 2, yang 1x berjumlah lima 5 dan yang tidak pernah melakukan
penelitian sebanyak lima 5. SD N Minggiran guru bersertifikat pendidik yang melakukan penelitian sebanyak 1x berjumlah dua 2, melakukan penelitian 1x
sebanyak dua 2 dan yang tidak pernah melakukan penelitian sebanyak empat 4. SD N Suryodiningratan 1, guru bersertifikat pendidik yang melakukan
penelitian 1x berjumlah tiga 3 guru, yang tidak pernah melakukan penelitian berjumlah empat 4 guru. SD N Suryodiningratan 2, guru bersertifikat pendidik
yang melakukan penelitian 1x terdapat satu 1 guru, melakukan penelitian 1x
SD N Gedon
gkiwo SD N
Mingg iran
SD N Suryod
iningra tan 1
SD N Suryod
iningra tan 2
SD N Suryod
iningra tan 3
SD N Suryo
wijaya n
SD Muh
Danun egaran
SD Muh
Suryo wijaya
n SD
Muh Jogoka
ryan Tidak Pernah
5 4
4 3
10 2
2 1
4 1x
2 2
3 1
3 2
2 1
1x 5
2 1
1 3
2 4
6 8
10 12
J um
la h
G uru
Guru Bersertifikat Pendidik Berdasarkan Kuantitas Penelitian
85 terdapat satu 1 guru dan yang tidak pernah melakukan penelitian sebanyak tiga
3 guru. Guru bersertifikat pendidik yang ada di SD N Suryodiningratan 3, yang melakukan penelitian 1x sebanyak tiga 3 guru, yang melakukan penelitian 1x
sebanyak satu 1 guru dan yang tidak pernah melakukan penelitian sebanyak 10 guru. SD N Suryowijayan, guru bersertifikat pendidik yang melakukan penelitian
sebanyak 1x terdapat dua 2 guru, yang melakukan penelitian 1x terdapat tiga 3 guru dan yang tidak permah melakukan penelitian sebanyak dua 2 guru.
Kondisi guru bersertifikat pendidik yang ada di sekolah swasta, yakni di SD Muhammadiyah Danunegaran, yang melakukan penelitian sebanyak 1x
terdapat dua 2 guru dan yang tidak pernah melakukan penelitian sebanyak dua 2 guru. SD Muhammadiyah Suryowijayan guru bersertifikat pendidiknya yaitu
satu 1 guru, tidak pernah melakukan penelitian, dan untuk SD Muhammudiyah Jogokaryan, guru bersertifikat pendidik yang melakukan penelitian sebanyak 1x
terdapat satu 1 guru, sedangkan yang tidak pernah melakukan penelitian sebanyak empat 4 guru.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebanyak 35 guru bersertifikat pendidikan di Kecamatan Mantrijeron tidak pernah melakukan penelitian, 16 guru
bersertifikat pendidik melakukan penelitian sebanyak 1x dan 12 guru bersertifikat pendidik melakukan penelitian 1x.
2. Deskripsi Data Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik
dalam Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Guru
Kinerja adalah hasil unjuk kerja. Diartikan pula bahwa kinerja adalah suatu hasil dari proses yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila dikaitkan
86 dengan kinerja guru maka kinerja guru adalah hasil dari unjuk kerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Guru dalam hal ini adalah guru sekolah dasar SD bersertifikat pendidik baik berstatus PNS maupun non-PNS, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik yaitu hasil unjuk kerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran. Kinerja guru bersertifikat pendidik yang dimaksud adalah kinerja guru
bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tupoksi guru yakni guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing dan guru sebagai
evaluator. Pelaksanaan tupoksi guru tersebut membutuhkan kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian serta
membutuhkan kualifikasi akademik yang memadai. Berdasarkan data karakteristik guru menurut asal program studi yang diambil, menunjukkan hasil
tabel 30 terlampir bahwa sebanyak 24 guru yang berasal dari program studi lain- lain berasal dari D-IV dan diluar program studi pendidikan memiliki kinerja
sangat baik dengan capaian persentase sebesar 85,4, sedangkan guru yang berasal dari program studi S1 PGSD sebanyak 22 guru tergolong dalam kategori
sangat baik pula dengan capaian persentase sebesar 81,82. Terkait dengan kinerja guru sekolah dasar yang dilihat berdasarkan asal program studi yang
ditempuh, menunjukkan bahwa kinerja guru lulusan program studi lain-lain D-IV dan non-pendidikan memiliki kinerja yang lebih baik, daripada kinerja guru yang
berasal dari S1 PGSD. Mengacu pada Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa kualifikasi akademik guru SDMI, atau bentuk lain yang
87 sederajat harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IVS1
bidang pendidikan SDMI atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi, apabila dikaitkan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja guru dengan program lain-lain memiliki kinerja lebih baik daripada kinerja guru dengan progam studi S1 PGSD. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru S1
PGSD secara kualifikasi akademik telah memenuhi syarat yang ditentukan, tetapi disamping kualifikasi akademik, seorang guru juga harus memenuhi standar
kompetensi guru seperti yang tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, memiliki kompetensi pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian, memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani rohani, serta mampu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kinerja guru bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tupoksi dilihat berdasar status kepegawaiannya menunjukkan bahwa, guru sekolah dasar
bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron memiliki 53 guru berstatus PNS dan 10 guru berstatus non-PNS. Dipaparkan dalam tabel 31 terlampir bahwa
sebanyak 53 guru PNS di kecamatan tersebut memiliki kinerja sangat baik dengan capaian persentase 83,96, sedangkan 10 guru dengan status kepegawaian non-
PNS memiliki kinerja dengan kategori sangat baik dengan capaian persentase 92,5. Perbedaan kinerja yang dihasilkan antara kinerja guru PNS dengan guru
non-PNS tersebut diperjelas dengan pendapat Sholihah 2014: 2 bahwa dari segi kesejahteraan antara guru PNS dengan guru non-PNS memiliki perbedaan karena
gaji bulanan terpaut jauh, tetapi dari segi kualitas, kedisiplinan dan kompetensi kerja seringkali guru non-PNS lebih baik dibandingkan dengan guru PNS. Hal
88 tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara guru berstatus PNS dan
non-PNS, karena di tengah kenaikan anggaran pendidikan dan kenaikan kesejahteraan guru PNS, kualitas dan kompetensinya belum ada perbaikan yang
signifikan. Kinerja guru bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi guru dilihat berdasarkan jenis kelamin tabel 32 terlampir menunjukkan bahwa kinerja guru berjenis kelamin laki-laki memiliki capaian persentase sebesar
85,29, yang berarti bahwa kinerja guru laki-laki bersertifikat pendidik dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pengajar, pembimbing dan
evaluator di kecamatan tersebut memiliki kinerja yang sangat baik. Kinerja guru perempuan dalam pelaksanaan tupoksi guru sebagai pengajar, pembimbing dan
evaluator pun memiliki kategori sangat baik dengan capaian persentase sebesar 84,78. Faktor jenis kelamin merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi kinerja guru, seperti yang dijelaskan Indrafachrudin 2000: 52 bahwa faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri yang dapat
mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, antara lain yaitu motivasi dan minat, bakat, watak, sifat, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
pengalaman. Guru dengan jenis kelamin perempuan memiliki jumlah lebih banyak daripada guru laki-laki, tetapi bukan berarti kinerja guru perempuan lebih
baik. Hal tersebut dikarenakan faktor internal yang mempengaruhi kinerja selain faktor jenis kelamin juga meliputi motivasi, minat, bakat, pengalaman, watak, usia
dan lain sebagainya, serta didukung dengan faktor eksternal seperti lingkungan sekitar, sarana prasarana dan lain sebagainya.
89 Pemaparan lebih rinci mengenai kinerja guru dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi guru sebagai pengajar, pembimbing dan evaluator adalah sebagai berikut.
a. Kinerja guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar dalam melaksanakan pembelajaran tidak hanya mengajar melainkan juga bertugas menyusun RPP, melakukan penyampaian
materi, pelatihan siswa dan mengadakan penilaian. Aspek – aspek tersebut
merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan berkesinambungan supaya pembelajaran dapat berjalan lancar dan berhasil maksimal.
Berikut adalah tabel deskripsi kinerja guru sebagai pengajar.
90 Tabel 19. Deskripsi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan
Tupoksi Guru sebagai Pengajar
No Indi-
kator Sub
Indikator S
SS SR
J TP
F F
f F
F A
Meranc ang
Pembel ajaran
1. Menyusun RPP 46
73 13
21 4
6 -
- 2. Format penyusunan
RPP 53
84 7
11 3
5 -
-
B Menya
mpaika n ilmu
pengeta huan
3. Pemutakhiran ilmu
21 33
30 48
12 19
- -
- -
4. Inovasi guru dalam
penyampaian materi
23 37
25 40
14 22
1 2
- -
5. Pemberian acuan
bahan belajar 22
35 30
48 8
13 1
2 2
3
C Pemanf
aatan sumber
media belajar
6. Guru terampil
menggunakan media terkini
4 7
19 30
31 49
9 14
- -
7. Melibatkan siswa
dalam pembuatan dan pemanfaatan
media belajar 19
30 20
32 16
25 8
13 -
-
D Melaks
anakan pembel
ajaran 8.
Menyajikan materi sesuai dengan RPP
38 60
21 33
4 7
- -
- -
9. Pembelajaran
secara runtut sesuai RPP
40 63,5
15 23,8
8 12,7
- -
- -
10. Tepat dalam pengalokasian
waktu 9
14 11
18 20
32 21 33
2 3
11. Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa 43
68 14
22 5
8 -
- 1
2 12. Refleksi materi di
akhir PBM 29
46 25
40 9
14 -
- -
- 13. Memberi waktu
murid bertanya 49
77,8 13
20,6 1
1,6 -
- -
- 14. Memberikan tugas
kepada siswa 37
58,7 23
36,5 2
3,2 1
1,6 -
-
e Menilai
15. Penentuan prosedur penilaian
19 30,1
25 39,7
18 28,6
- -
1 1,
6 16. Pengembangan
instrumen penilaian 20
32 29
46 14
22 -
- -
- 17. Penyusunan lembar
penilaian 7
11 36
57 19
30 1
2 -
- 18. Kesesuaian
penilaian dengan aktivitas siswa
18 28,6
33 52,4
12 19
- -
- -
19. Keragaman bentuk penilaian
17 27
31 49
15 24
- -
- -
20. Menganalisis hasil penilaian
17 27
31 49
14 22
1 2
- -
21. Evaluasi 29
46 22
34,9 11
17,5 -
- 1 1,6
Rata- rata
- 42,3
- 35,8
- 18
- 3,3
- 0,5
91 Berdasarkan data pada tabel 19 perihal deskripsi kinerja guru sekolah dasar
bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pengajar maka menghasilkan penjelasan sebagai berikut.
1 Indikator merancang pembelajaran a Menyusun RPP
Penyusunan RPP Rencana Penyelenggaraan Pembelajaran adalah langkah awal yang dilakukan guru sebelum mengadakan pembelajaran
yang berfungsi sebagai acuan dalam menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar. Perencanaan penting dilakukan
dalam pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP dijadikan bahan pertimbangan
dalam program sertifikasi guru. RPP adalah jantung dalam sebuah pembelajaran di kelas, sehingga penyusunan RPP wajib dilakukan
seorang guru untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan dapat menghasilkan pembelajaran
yang kondusif. Namun, berdasarkan pada tabel 20, menjelaskan bahwa guru sekolah dasar bersertifikat pendidik yang selalu menyusun RPP
sebelum melakukan pembelajaran hanya sebanyak 46 guru 73 dari 63 guru, yang artinya 46 guru tersebut selalu menyusun RPP baru untuk
setiap mata pelajaran disetiap tahun ajaran. 13 guru 21 masuk dalam kategori sangat sering yang artinya melakukan penyusunan RPP tetapi ada
mata pelajaran tertentu yang tidak dibuat RPP yang baru. Fakta lapangan juga menjelaskan bahwa berjumlah 4 empat guru 6 masuk dalam
92 kategori sering yang berarti bahwa guru menyusun RPP dengan
persentase kinerja sebesar 60-79 dan selebihnya tidak menyusun RPP baru di mata pelajaran tertentu.
b Format dalam penyusunan RPP Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar menghasilkan pembelajaran yang inspiratif dan dapat mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan PP 19
Tahun 2005 Pasal 20 menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, penilaian hasil belajar. Format dalam
penyusunan RPP tersebut juga diimbangi dengan pengembangannya yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Data penggunaan format
baku dalam penyusunan RPP di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 53 guru 84 selalu menggunakan format yang sesuai dengan ketentuan.
Sebanyak 7 guru 11 guru masuk dalam kategori sangat sering yang berarti bahwa guru memiliki kinerja 80-99 dalam menggunakan format
baku untuk penyusunan RPP tetapi ada kalanya menggunakan format RPP yang dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Sebanyak 3 tiga guru 5 masuk dalam kategori sering yang berarti bahwa dalam menggunakan format baku penyusunan RPP memiliki
persentase kinerja 60-79, dan selebihnya mengembangkan penyusunan
93 RPP yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku yang disesuaikan
pula dengan kondisi kebutuhan pembelajaran. 2 Indikator penyampaian ilmu pengetahuan
a Pemutakhiran ilmu Pemutakhiran
ilmu merupakan
kegiatan pembaharuan
dan peningkatan kompetensi guru yang dilakukan sebagai upaya dalam
mewujudkan guru yang profesional, sehingga dapat ikut serta dalam mengembangkan potensi penerus bangsa. Pemutakhiran ilmu dalam
meningkatan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan baik dari sekolah maupun diluar
sekolah. Guru profesional dituntut untuk selalu melakukan pemutakhiran ilmu pengetahuan karena pemutakhiran ilmu tersebut mampu
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum yang berlaku ke dalam proses belajar di kelas. Terkait dengan
pemutakhiran ilmu, data lapangan memaparkan dalam tabel 20 bahwa guru sekolah dasar bersertifikat pendidik yang selalu melakukan
pemutakhiran ilmu sebanyak 21 guru 33 yang dilakukan di setiap kesempatan untuk meingkatkan kompetensi yang dimilikinya. Sebanyak
30 guru 48 sangat sering melakukan pemutakhiran ilmu walaupun ada masanya yakni sekitar guru tersebut kurang memperhatikan pemutakhiran
ilmu karena beberapa sebab. Sebanyak 12 guru 19 bersertifikat pendidik melakukan pemutakhiran ilmu dengan persentase kinerja sebesar
94 60-79 dan selebihnya kurang memperhatikan pemutakhiran ilmu
dengan beberapa sebab yang melatarbelakanginya. b Inovasi guru
Inovasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran dibutuhkan untuk menemukan cara yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik dari
proses pembelajaran. Inovasi dapat diwujudkan dalam berbagai hal yakni inovasi dalam penyampaian ilmu, inovasi dalam memberikan tugas dan
lain sebagainya. Inovasi tersebut dilakukan agar pembelajaran tidak membosankan dan materi yang disampaikan guru juga akan diserap baik
oleh siswa. Berdasarkan pemaparan data dalam tabel, guru bersertifikat pendidik yang selalu melakukan inovasi disetiap mata pelajaran sebanyak
23 guru 37. 25 guru 40 melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan persentase kinerja 80-99 yang berarti 25 guru tersebut hampir
setiap kali menyelenggarakan pembelajaran dengan melakukan inovasi agar pembelajaran di kelas tidak menjemukan bagi siswa, walaupun ada
kalanya guru tersebut kurang memperhatikan aspek inovasi saat proses belajar mengajar. Sejumlah 14 guru 22 memiliki persentase kinerja
sebesar 60-79 dalam melakukan inovasi di saat menyampaikan materi dan selebihnya guru tidak menggunakan inovasi dalam penyampaian
materi. Terdapat pula kondisi satu guru 2 dari 63 guru bersertifikat pendidik mengaku jarang melakukan inovasi pembelajaran dan memiliki
persentase kinerja 60. Hal tersebut berarti bahwa guru tersebut melakukan
inovasi pembelajaran,
tetapi hanya
ketika inovasi
95 pembelajaran dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dan intensitasnya
jarang. c Pemberian acuan bahan belajar
Pemberian acuan belajar memiliki maksud untuk memberikan kajian ilmu yang akan dipelajari. Bahan pembelajaran tersebut dapat dipelajari di
rumah sebelum nantinya dibahas ketika pembelajaran di kelas. Bahan acuan belajar ini dapat berupa materi pokok atau uraian materi secara
garis besar, yang dapat dikembangkan oleh siswa sesuai dengan sudut pandang masing-masing, yang pada akhirnya akan menjadi bahan diskusi
bersama saat belajar di kelas. Terkait dengan pemberian acuan bahan belajar tersebut data lapangan menyebutkan bahwa sebanyak 22 guru
35 bersertifikat pendidik selalu memberikan acuan bahan belajar disetiap pembelajaran bagi siswa. Sebanyak 30 guru 48 memiliki
kinerja 80-99 dalam memberikan acuan bahan belajar kepada siswa disetiap pelaksanaan pembelajaran, yang artinya bahwa 30 guru tersebut
sangat sering memberikan acuan bahan belajar walaupun ada kalanya tidak memberikan karena mata pelajaran yang tidak terlalu membutuhkan
bahan acuan belajar seperti mata pelajaran kesenian atau olahraga. Sebanyak 8 guru 13 sering memberikan acuan bahan belajar bagi
siswa dan memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru tersebut memberikan bahan acuan belajar kepada murid,
tetapi terdapat mata pelajaran tertentu tidak memberikan bahan acuan karena mata pelajaran yang akan dipelajari tidak terlalu membutuhkan
96 pengembangan materi, sehingga materi tertentu tersebut seutuhnya
diberikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Sebanyak satu 1 guru 2 menyatakan jarang memberikan acuan bahan belajar dengan
persentase kinerja sebesar 60 karena guru tersebut lebih mengutamakan pemberian materi secara utuh di saat pembelajaran di
kelas, sehingga siswa akan memiliki perkembangan pengetahuan yang searah dan apabila terdapat kekeliruan materi, pengajar guru akan
langsung membenarkannya. Sebanyak dua 2 guru 3 menyatakan tidak pernah melakukan pemberian acuan bahan belajar kepada siswa
selama proses belajar mengajar. Hal tersebut berarti bahwa guru sepenuhnya akan mencurahkan segala materi kepada siswa saat
pembelajaran di kelas berlangsung dan tidak memberikan materi secara garis besar untuk dikembangkan sendiri oleh siswa agar materi yang
disampaikan dapat
disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran.
Pengembangan materi akan diwujudkan dalam bentuk latihan soal-soal. 3 Indikator pemanfaatan sumbermedia untuk pembelajaran
a Terampil dalam penggunaan media terkini Terampil dalam menggunakan media terkini adalah keterampilan guru
dalam menggunakan media terkini sebagai sarana pendukung pembelajaran. Media terkini yang dimaksud adalah seperti laptop, LCD,
komputer, dan sebagainya. Berdasarkan data dalam tabel mengenai keterampilan guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam penggunaan
media terkini yakni sejumlah 4 guru 7 selalu terampil dalam
97 penggunaan media terkini untuk proses belajar mengajar. Terdapat faktor
mengapa hanya empat guru saja yang selalu terampil dalam menggunakan media terkini, antara lain karena terdapat kondisi beberapa sekolah yang
terbatas memiliki media terkini yang disediakan untuk dapat digunakan sebagai pendukung pembelajaran, sehingga tingkat keterampilan guru
dalam penggunaan media terkini untuk pembelajaranpun terbatas. Apabila akan menggunakan media yang diusahakan secara pribadi, akan
membutuhkan biaya yang relatif banyak. Sebanyak 19 guru 30 memiliki persentase keterampilan dalam menggunakan media terkini
yaitu sebesar 80-99 yang artinya bahwa 30 guru tesebut sangat sering menggunakan media terkini dalam pembelajaran karena di sekolah
tersebut memfasilitasi media terkini untuk pembelajaran. Sejumlah 31 guru 49 yang memiliki keterampilan kinerja dengan persentase
sebesar 60-79 dalam penggunaan media terkini sebagai sarana penunjang KBM, dan untuk sembilan 9 guru 14 dengan persentase
keterampilan kinerja sebesar 60 dalam menggunakan media terkini. Hasil yang bervariasi dalam hal keterampilan dalam penggunaan media
terkini tidak hanya disebabkan karena kurangnya keterampilan guru saja, tetapi karena kondisi sekolah yang terbatas dalam penyediaanya. Namun
ada juga yang sekolahnya cukup memadai dalam penyediaan media terkini bagi pembelajaran, tetapi penggunaannya tidak bisa secara intensif
dilakukan karena harus bergantian dengan kelas lain.
98 b Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan media belajar
Media belajar adalah alat bantu dalam pembelajaran. Bentuk media belajar pun bervariasi seperti buku, poster, peta, komputer, video, dan lain
sebagainya. Pemanfaatan media dalam pembelajaran salah satunya untuk mempermudah proses pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan
menarik dan dapat membantu konsentrasi siswa. Mengikutsertakan siswa dalam penggunaan dan pemanfaatan media belajar sangat bermanfaat bagi
siswa karena dapat dijadikan salah satu cara pembelajaran yang efektif yang akan melatih keaktifan dan kreativitas siswa. Namun tidak semua
guru melibatkan siswa dalam membuat atau memanfaatkan media belajar. Sebanyak 19 guru 30 selalu melibatkan siswa untuk memanfaatkan
media atau dalam pembuatan media belajar, yang artinya 19 guru tersebut selalu mengutamakan keaktifan dan pengembangan kreativitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran di kelas baik dalam pembuatan media belajar maupun dalam pemanfaatan media belajar. Sebanyak 20 guru
32 sangat sering dalam melibatkan siswa dalam memanfaatkan dan pembuatan media belajar dengan persentase kinerja 80-99, yang artinya
guru memberikan ruang gerak yang luas bagi siswa untuk berkontribusi dalam penggunaan dan pemanfaatan media belajar, walaupun ada kalanya
guru yang mengambil alih pembuatan media belajar. Sebanyak 16 guru 25 guru sering dalam melibatkan siswa dalam memanfaatkan atau
menggunakan media belajar dengan persentase kinerja 60-79, yang artinya keaktifan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan media
99 belajar tetap dilakukan, tetapi siswa tidak bisa dilepas begitu saja
sehingga selebihnya guru melakukan pembuatan media belajar tanpa melibatkan siswa. Sebanyak delapan 8 guru 13 masuk dalam
persentase kinerja 60 dengan kategori jarang dalam melibatkan siswa dalam pemanfaatan atau pembuatan media belajar untuk proses belajar
mengajar di kelas, yang berarti guru sendiri yang membuat media belajar yang akan digunakan, tetapi juga tetap melatih siswa dalam menggunakan
atau membuat media belajar yang dilakukan dibawah pengawasan oleh guru tersebut.
4 Indikator pelaksanaan proses belajar mengajar a Kesesuaian materi dengan RPP
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik adalah pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya.
Sesuai pemaparan data dalam tabel, tampak bahwa 38 guru 60 selalu melakukan kesesuaian materi dengan RPP, sehingga pelaksanaan
pembelajaran 38 guru tersebut sesuai dengan apa yang telah disusun dalam RPP. Berjumlah 21 guru 33 memiliki persentase kinerja 80-
99 sesuai dengan RPP dalam hal penyampaian materi yang artinya bahwa 21 guru tersebut hampir selalu melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP walaupun ada kalanya guru tersebut melakukan pembelajaran yang tidak sesuai dengan isi RPP sebagai tindakan
pengembangan materi secara kondisional di kelas. Begitu pula yang terjadi dengan 4 guru 7 yang memiliki persentase kinerja sebesar 60-
100 79 dalam hal kesesuaian dengan RPP yang disusun, yang selebihnya
merupakan tindakan pengembangan materi yang terjadi karena kondisi di kelas.
b Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai RPP RPP disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran agar
pembelajaran dapat berjalan lancar dan runtut karena RPP disusun dengan mengacu kurikulum yang berlaku yang disesuaikan dengan tujuan
pendidikan. Berdasarkan data dalam tabel, sebanyak 40 guru 63,5 menyatakan selalu melakukan pembelajaran secara runtut sesuai dengan
RPP yang telah disusun sebelumnya. Sebanyak 15 guru 23,8 sangat sering melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan persentase
kinerja sebesar 80-99, tetapi ada kalanya saat guru tersebut melakukan pembelajaran yang tidak runtut. Sebanyak delapan 8 guru 12,7
sering melakukan proses belajar mengajar secara runtut dengan persentase kinerja 60-79, tetapi selebihnya dalam pelaksanaan pembelajaran
diselingi dengan pelaksanaan yang tidak runtut karena faktor kondisional saat
pelaksaan pembelajaran.
Secara keseluruhan
pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara runtut sesuai dengan RPP, apabila
terdapat pelaksanaan yang tidak runtut maka hal tersebut disebabkan karena faktor kondisional saat pelaksanaan pembelajaran di kelas.
c Tepat dalam pengalokasian waktu Acuan guru ketika melaksanakan proses belajar mengajar yakni RPP
yang di dalamnya memuat mengenai alokasi waktu disetiap mata
101 pelajaran. Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak sembilan 9
guru 14 selalu mengalokasikan waktu dalam pembelajaran dengan tepat ditiap mata pelajaran sehingga sembilan guru tersebut dapat
mengalokasikan waktu sesuai dengan yang tertuang dalam RPP. Sebanyak 11 guru 18 memiliki kinerja dalam pengalokasian waktu
pembelajaran secara tepat dengan persentase 80-99 yang artinya bahwa 11 guru tersebut hampir selalu mengalokasikan waktu dengan tepat,
walaupun ada kalanya dalam pengalokasian waktu tidak sesuai dengan yang seharusnya. Sebanyak 20 guru 32 memiliki persentase kinerja
sebesar 60-79 dalam hal ketepatan penggunaan alokasi waktu, yang artinya persentase tersebut mewakili tingkat ketepatan guru dalam
mengalokasikan waktu dalam pembelajaran. Sebanyak 21 guru 33 memiliki persentase ketepatan dalam pengalokasian waktu sebesar 60
yang tergolong dalam kategori jarang mengalokasikan waktu dengan tepat selama PBM, dan sebanyak dua 2 guru 3 tidak pernah tepat dalam
pengalokasian waktu saat KBM karena faktor kondisional saat di kelas. d Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
Menjadikan siswa yang aktif dalam pembelajaran adalah salah satu hal yang menjadi perhatian guru dalam mewujudkan partisipasi aktif
siswa yang dimulai dengan menumbuhkan keaktifan siswa saat di kelas. Data dalam tabel menyebutkan bahwa 48 guru 68 selalu melakukan
tindakan dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa. Sebanyak 14 guru 22 sangat sering melakukan tindakan dalam menumbuhkan partisipasi
102 aktif siswa dengan persentase kinerja 80-99 yang artinya persentase
tersebut adalah kisaran persentase yang dilakukan guru dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa saat di kelas, yang berarti bahwa 14
guru tersebut hampir selalu melakukan partisipasi aktif disetiap mata pelajaran. Sebanyak 5 guru 8 sering menumbuhkan partisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran dengan persentase 60-79 yang artinya kisaran persentase tersebut adalah kisaran persentase kinerja guru saat
melakukan aktivitas dalam menumbuhkan tingkat partisipasi siswa. Sebanyak satu 1 guru 2 mengaku tidak pernah melakukan kegiatan
yang bertujuan untuk menumbuhkan partisipasi aktif siswa saat di kelas, karena guru tersebut hanya fokus pada penyampaian materi saja.
e Refleksi materi di akhir PBM Refleksi materi bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian
siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan. Berdasarkan pemaparan data yang terdapat di tabel bahwa sebanyak 29 guru 46
selalu melakukan refleksi materi di akhir PBM. Sebanyak 25 guru 40 melakukan refleksi materi dengan persentase kinerja sebesar 80-99
yang artinya bahwa hampir setiap selesai memaparkan materi, guru tersebut melakukan refleksi di akhir pembelajaran. Sebanyak sembilan 9
guru 14 melakukan tindakan refleksi materi di akhir PBM dengan persentase
60-79 yang
berarti bahwa
persentase tersebut
menggambarkan kinerja guru dalam melakukan refleksi materi di akhir
103 pembelajaran dan selebihnya guru tersebut tidak melakukan tindakan
refleksi. f Memberikan waktu murid bertanya
Berdasarkan data yang diperoleh yang dipaparkan dalam tabel 21, sebesar 49 guru 77,8 selalu memberikan waktu murid untuk bertanya
dan mengemukakan pendapatnya. Sebanyak 13 guru 20,6 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa persentase tersebut
menggambarkan hampir di setiap kesempatan guru memberikan waktu siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Sebanyak satu 1
guru 1,6 memiliki persentase kinerja 60-79 dalam memberikan waktu siswa untuk bertanya, yang artinya bahwa dalam sebuah
pembelajaran yang berlangsung kesempatan yang diberikan guru untuk siswa bertanya adalah dengan kisaran persentase 60-79 tersebut, dan
selebihnya adalah kondisi ketika guru yang mengajukan pertanyaan kepada siswa terkait materi yang telah dijelaskan.
g Memberikan tugas untuk siswa baik tugas untuk di rumah maupun di kelas
Pemberian tugas bagi siswa bertujuan agar siswa dapat mengasah pengetahuan dengan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru baik
untuk dikerjakan di rumah atau di kelas. Pemberian tugas bagi siswa baik tugas untuk di kelas maupun di rumah selalu dilakukan oleh 37 guru
58,7. Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja sebesar 80-99 dalam pemberian tugas untuk siswa yang artinya bahwa persentase
104 tersebut menggambarkan bahwa tingkat pemberian tugas kepada siswa
baik tugas di kelas dan tugas di rumah terdapat pada persentase 80-99 yang dapat dikatakan bahwa hampir setiap pembelajaran guru
memberikan tugas tersebut. Sebesar dua 2 guru 3,2 memiliki persentase kinerja 60-79 dalam pemberian tugas siswa baik di rumah
ataupun di kelas yang berarti bahwa tingkatan persentase dalam pemberian tugas siswa terdapat pada persentase 60-79 dan selebihnya
adalah keadaan ketika guru kurang memperhatikan pemberian tugas untuk siswa dan lebih fokus pada pemberian materi kepada siswa, serta satu 1
guru 1,6 memiliki persentase kinerja 60 yang berarti guru jarang memberikan tugas bagi siswa untuk dikerjakan di rumah maupun di kelas
dan selebihnya guru memfokuskan dalam penyampaian materi. 5 Indikator penilaian
a Penentuan prosedur penilaian Penentuan prosedur penilaian dilakukan diawal sebelum diadakannya
pengembangan instrumen penilaian. Berdasarkan data pada tabel bahwa sebesar 19 guru 30,1 selalu melakukan penentuan prosedur penilaian
disetiap akan mengadakan program penilaian. Sebanyak 25 guru 39,7 memiliki kinerja 80-99 yang artinya dalam penentuan prosedur
penilaian sebanyak 25 guru tersebut hampir selalu melakukan penentuan prosedur penilaian, tetapi ada kalanya tidak menentukan prosedurnya
karena penilaian yang dilakukan secara mendadak dan diluar rencana. Sebanyak 18 guru 28,6 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79
105 yang artinya ketika akan melakukan penilaian, sebesar 60-79 nya
menyusun prosedur terlebih dahulu, dan untuk mata pelajaran tertentu menggunakan prosedur penilaian yang sudah lama. Sebesar satu guru
1,6 menyatakan tidak pernah menetukan prosedur penilaian karena menggunakan prosedur penilain yang lama.
b Pengembangan instrumen penilaian Berdasarkan data pada tabel, sebanyak tujuh 7 guru 11 selalu
mengembangkan instrumen penilaian sebelum menyusun instrumen penilaian. Sebanyak 36 guru 57 memiliki kinerja dalam
mengembangkan instrumen penilaian dengan persentase sebesar 80-99, yang artinya bahwa persentase tersebut merupakan persentase yang terkait
dengan pengembangan instrumen yang dilakukan guru sebelum menyusun instrumen penilaian. Sebanyak 19 guru 30 memiliki kinerja
60-79 dalam pengembangan instrumen penilaian yang berarti bahwa persentase tersebut adalah gambaran dari kegiatan pengembangan
instrumen yang dilakukan sebelum penyusunan instrumen, dan selebihnya tidak melakukan pengembangan instrumen penilaian dan hanya akan
membuat instrumen penilaian sesuai dengan apa yang menjadi komponen yang akan dinilai. Sebanyak satu 1 guru 2 memiliki kinerja 60
dalam mengembangkan instrumen penilaian yang artinya bahwa persentase tersebut adalah persentase kegiatan yang dilakukan dalam
pengembangan instrumen
penilaian yang
selebihnya kurang
memperhatikan dalam pengembangan instrumen dan menyusun prosedur
106 penilaian sesuai dengan standar penyusunan tanpa melakukan
pengembangan. c Penyusunan lembar penilaian
Berdasarkan tabel tersebut bahwa sebanyak 20 guru 32 selalu menyusun lembar penilaian dalam proses pembelajaran. Sebanyak 29
guru 46 memiliki kinerja 80-99 yang artinya bahwa hampir selalu guru melakukan penyusunan lembar penilaian, tetapi ada kalanya tidak
menyusun lembar penilaian karena terdapat beberapa aktifitas kondisional yang tidak menyusun lembar penilaian terlebih dahulu. Sebanyak 14 guru
22 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya dalam menyusun lembar penilaian memiliki persentase tersebut, dan selebihnya guru tidak
menyusun lembar penilaian terlebih dahulu melainkan menggunakan lembar penilaian lama yang digunakan kembali.
d Kesesuaian antara penilaian dengan aktivitas siswa Berdasarkan data pada tabel bahwa sebanyak 18 guru 28,6 selalu
melakukan kesesuaian antara penilaian dengan aktivitas yang dilakukan siswa. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam mengerjakan
soal-soal latihan dan aktivitas dalam mengikuti pembelajaran. Sebanyak 33 guru 52,4 memiliki kinerja 80-99 yang artinya hampir selalu
melakukan kesesuaian antara penilaian dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran, walaupun ada kalanya aspek tersebut sedikit terlupa tetapi
tingkat persentasenya tidak terlalu mencolok. Sebanyak 12 guru 19 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 60-79 yang artinya bahwa
107 dalam kesesuaian antara penilaian dengan aktivitas siswa, tingkat
persentase guru sebesar 60-79 dan selebihnya guru menilai dengan pengamatan yang dilakukan terhadap tingkat partisipasi siswa aktif dalam
pembelajaran. e Keragaman bentuk penilaian
Berdasarkan tabel tersebut bahwa dalam penggunaan variasi bentuk penilaian, sebanyak 17 guru 27 selalu menggunakan variasi penilaian
dalam PBM agar penilaian dapat dilakukan dalam berbagai aspek. Sebanyak 31 guru 49 memiliki kinerja 80-99 yang berarti bahwa
guru melakukan keragaman bentuk penilaian dengan tingkat persentase tersebut, tetapi terkadang penilaian dilakukan dengan cara yang sama
karena hal yang harus dinilai adalah aspek yang cenderung sama dengan yang lainnya. Guru berjumlah 15 24 memiliki kinerja dengan
persentase sebesar 60-79 yang artimya bahwa kinerja guru dalam menggunakan keragaman bentuk penilaian siswa terdapat dalam
persentase tersebut, dan selebihnya cenderung tidak menggunakan bentuk yang beragam karena aspek yang dinilai cenderung menggunakan bentuk
penilaian yang sama untuk menilai ketercapaian siswa dalam menguasai materi tersebut.
f Analisa hasil penilaian Analisa yang dilakukan terhadap hasil penilaian yang dicapai
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian siswa dalam menguasai materi. berdasarkan tabel dipaparkan bahwa dalam
108 menganalisa hasil penilaian dengan jumlah guru sebanyak 17 guru 27
menyatakan bahwa selalu menganalisa hasil penilaian. Sebanyak 31 guru 49 memiliki kinerja 80-99 yang berarti bahwa guru tersebut hampir
selalu menganalisa hasil penilaian, walaupun ada kalanya kurang memperhatikan hal tersebut. Sebanyak 14 guru 22 memiliki kinerja
sebesar 60-79 yang artinya bahwa tidak sepenuhnya guru melakukan penilaian, yaitu dengan persentase tersebut guru menganalisa hasil
penilaian, dan selebihnya guru tidak menganalisa hasil penilaian dengan sebab yang beragam yang dialami oleh masing-masing guru. Sebanyak
satu 1 guru 2 memiliki kinerja 60 dalam menganalisa hasil penilaian yang artinya bahwa sebesar persentase tersebut guru melakukan
analisa penilaian, tetapi guru juga menemui kendala dalam kondisi waktu untuk mengadakan analisa penilaian, sehingga guru tersebut jarang
melakukan analisa hasil penilaian. g Evaluasi
Berdasarkan pemaparan pada tabel menyebutkan bahwa sebanyak 29 guru 46 selalu mengadakan evaluasi dalam tahap akhir setelah
penilaian. Sebanyak 22 guru 34,9 memiliki kinerja 80-99 dalam mengadakan evaluasi yang artinya hampir selalu melakukan evaluasi
dalam penilaian walaupun terkadang tidak melakukan evaluasi. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki kinerja 60-79 yang artinya bahwa guru
dengan tingkat persentase tersebut melakukan kegiatan evaluasi, dan selebihnya tidak melakukan evaluasi karena mengalami kekurangan
109 waktu, dan sebanyak satu 1 guru 1,6 masuk dalam kategori tidak
pernah dalam hal kegiatan evaluasi yang artinya guru tersebut tidak pernah mengadakan evaluasi yang dilakukan setelah program penilaian
selesai. Terkait dengan deskripsi dan penjelasan mengenai kinerja guru dalam
dimensi guru sebagai pengajar, berikut adalah kategori kinerja guru bersertifikat pendidik dalam dimensi guru sebagai pengajar.
110 Tabel 20. Kategori Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik Dilihat
dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Pengajar
No Indikator
Sub Indikator Skor
Peroleh an
Skor Max
Rata2 Kategori
A Merancang
pembelajaran 1.
Menyusun RPP 231
240 96,3
97,9 Sangat
baik 2.
Format penyusunan RPP
239 240
99,6 B
Menyampaikan ilmu
pengetahuan 3.
Pemutakhiran ilmu 198
240 83
81,8 Sangat
Baik 4.
Inovasi guru dalam penyampaian materi
196 240
82 5.
Pemberian acuan bahan belajar
195 240
81
C Pemanfaatan
sumbermedia belajar
6. Guru terampil
menggunakan media terkini
144 240
60 66,67
Baik 7.
Melibatkan siswa dalam pembuatan
dan pemanfaatan media belajar
176 240
73,33
D Melaksanakan
pembelajaran 8.
Menyajikan materi sesuai dengan RPP
223 240
92,9
87,26 Sangat
baik 9.
Pembelajaran secara runtut sesuai RPP
221 240
92,1 10. Tepat dalam
pengalokasian waktu 130
240 54,2
11. Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa 224
240 93,3
12. Refleksi materi di akhir PBM
209 240
87,1 13. Memberi waktu
murid bertanya 237
240 98,8
14. Memberikan tugas kepada siswa
222 240
92,5
E Menilai
15. Penentuan prosedur penilaian
187 240
78
79,58 Baik
16. Pengembangan instrumen penilaian
175 240
73 17. Menyusun lembar
penilaian 195
240 81
18. Kesesuaian penilaian dengan aktivitas
siswa 195
240 81
19. Keragaman bentuk penilaian
191 240
80 20. Menganalisis hasil
penilaian 190
240 79
21. Evaluasi 204
240 85
Total 4182
5040 Sangat
Baik Rata- Rata
82,64
111 Berdasarkan pada tabel mengenai kategori kinerja guru bersertifikat
pendidik dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pengajar maka dapat dijelaskan berdasarkan indikatornya, yakni.
1 Merancang pembelajaran Merancang pembelajaran memuat penyusunan RPP pada kategori
sangat baik 96,3, dalam artian sangat baik bagi yang selalu menyusun RPP disetiap pembelajaran dan dalam menggunakan format penyusunan
RPP juga ada pada kategori sangat baik 99,6. Rata-rata kedua sub- indikator tersebut adalah 97,9 yang berarti dalam merancang
pembelajaran guru-guru tersebut memiliki kinerja yang sangat baik. 2 Menyampaikan ilmu pengetahuan
Kinerja dalam pemutakhiran ilmu dengan persentase 83 sangat baik, inovasi guru dengan persentase 82 sangat baik dan pemberian
acuan bahan belajar dengan persentase sebesar 81 sangat baik. Rata –
rata guru tersebut dalam menyampaikan ilmu pengetahuan sebesar 81,8 yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja yang sangat baik.
3 Pemanfaatan sumbermedia belajar Keterampilan dalam penggunaan media terkini guru bersertifikat
pendidik tergolong pada kategori baik yakni dengan persentase 60, sedangkan dalam hal melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan
media belajar termasuk pada kategori baik dengan persentase 73,33. Rata-rata dari indikator pemanfaatan sumbermedia adalah 66,67 yang
112 berarti bahwa secara umum kinerja dalam pemanfaatan sumber belajar
tergolong baik. 4 Melaksanakan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran memiliki sub-indikator dalam kesesuaian materi dengan RPP yang memiliki persentase sebesar 92,9 sangat baik,
pembelajaran secara runtut memiliki persentase sebesar 92,1 sangat baik, ketepatan dalam alokasi waktu sebesar 54,2 kurang baik,
menumbuhkan partisipasi aktif siswa memiliki persentase sebesar 93,3 sangat baik, melakukan refleksi materi diakhir PBM memiliki persentase
sebesar 87,1 sangat baik, memberi waktu murid bertanya memiliki persentase sebesar 98,8 sangat baik, dan dalam memberikan tugas
siswa baik saat di kelas maupun untuk dikerjakan di rumah memiliki persentase sebesar 92,5 sangat baik. Rata-rata untuk indikator
pelaksanaan pembelajaran yaitu sebesar 87,26 yang berarti bahwa guru- guru tersebut memiliki kinerja sangat baik.
5 Menilai aktivitas pembelajaran Kegiatan penilaian terdapat hal
–hal yang dilakukan yakni menentukan prosedur penilaian memiliki persentase sebesar 78 dengan kategori baik,
pengembangan instrumen penilaian memiliki persentase 73 dalam kategori baik, menyusun lembar penilaian memiliki persentase sebesar
81 yang terdapat dalam kategori sangat baik, kesesuaian penilaian dengan aktivitas siswa memiliki persentase sebesar 81 dalam kategori
sangat baik, variasi penilaian memiliki persentase sebesar 80 dalam
113 kategori baik, analisa hasil penilaian memiliki persentase sebesar 79
dalam kategori baik dan evaluasi memiliki persentase sebesar 85 dalam kategori sangat baik. Rata-tara dalam indikator penilaian memiliki
persentase sebesar 79,58 yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja baik dalam kegiatan penilaian.
Secara keseluruhan bahwa kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dilihat dalam dimensi guru sebagai pengajar tergolong dalam kategori sangat baik
dengan persentase rata-rata kinerja sebesar 82,64. Apabila indikator kinerja guru sebagai pengajar dijadikan diagram maka
menghasilkan diagram batang sebagai berikut.
Gambar 10. Diagram Kinerja Guru SD Bersertifikat Pendidik Dilihat dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Pengajar
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
100,00
1 2
3 4
5 Indikator
97,90 81,80
66,67 87,26
79,58
P er
se n
ta se
Kinerja Guru SD Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Pengajar
114
b. Kinerja guru sebagai pembimbing
Kegiatan belajar mengajar memuat unsur pengajaran dan unsur bimbingan yang menjadi suatu kesatuan yang berkesinambungan dalam mentransfer ilmu
kepada siswa. Guru sebagai pembimbing berkaitan dengan tugas dalam memahami karakter masing
– masing siswa yang dilanjutkan dengan memberikan arahan pada siswa mengenai pengelolaan bakat yang dimiliki, karena pada
dasarnya siswa memiliki bakat dan minat yang bervariasi, sehingga pembimbingan guru dilakukan seiring dengan pengajaran yang diberikan untuk
memaksimalkan potensi siswa. Terkait dengan kinerja guru sebagai pembimbing, berikut dipaparkan dalam tabel perihal kinerja guru bersertifikat pendidik dilihat
dalam dimensi guru sebagai pembimbing.
115 Tabel 21. Deskripsi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan
Tupoksi Guru sebagai Pembimbing
No Indikator
Sub- Indikator
S SS
SR J
TP F
f F
f f
a Memberi
bimbingan tentang gaya
pembelajaran 1. Merencanakan
variasi pembelajaran
28 45
26 41
9 14
- -
- -
2. Implementasi gaya pembelajaran
25 39,7
23 36,5
13 20,6
2 3,2
- 3. Pemberian
bimbingan khusus bagi siswa yang
membutuhkan 19
30 28
45 14
22 1
1,6 1
1,6
b Mencari
kekuatan dan kelemahan
siswa 4.
Pendalaman karakter siswa saat
KBM 25
39,7 31
49,2 6
9,6 1
1,6 -
- 5.
Berkomunikasi dengan orangtua
siswa 19
30 19
30 23
37 2
3 -
- 6.
Membimbing kelemahan siswa
18 28,6
23 36,5
21 33,3
1 1,6
- -
7. Menyalurkan
potensi siswa 17
27 29
46 16
25,4 1
1,6 -
-
c Memfasilitasi
pengembanga n potensi
siswa 8.
Mengadakan kegiatan yang
mendorong siswa untuk berprestasi
18 28,6
32 50,8
11 17,5
1 1,6
1 1,6
9. Mengadakan
kegiatan yang berkaitan dengan
pengaktualisasian potensi
9 14
24 38
23 37
7 11
- -
10. Pembelajaran yang melatih kreativitas
siswa 23
36,5 16
25,4 21
33,3 3
4,8 -
-
d Berkomunika
si efektif 11. Komunikasi efektif
baik lisan dan tertulis kepada
siswa 38
60,3 17
27 8
12,7 -
- -
- 12. Memancing siswa
merespon pertanyaan
32 50,8
22 34,9
8 12,7
1 1,6
- -
e Memberikan
latihan kepada siswa
13. Penyusunan tugas siswa
27 42,9
24 38,1
12 19
- -
- -
14. Pemberian tugas secara tertulis
maupun tidak tertulis
15 23,8
14 22,2
19 30,2
13 20,6
2 3,2
f Memberikan
penghargaan kepada siswa
15. Rancangan metode penghargaan siswa
15 23,8
18 28,6
25 39,7
5 7,9
- -
16. Standar perolehan penghargaan
11 17,5
24 38,1
22 34,9
6 9,5
- -
17. Wujud penghargaan
15 23,8
20 31,8
21 33,3
6 9,5
1 1,6
g Mengenal
masalah siswa dalam
belajar dan membantu
memecahkan 18. Pembimbingan
siswa bermasalah 18
29 24
38 19
30 2
3 -
- 19. Menjalin
komunikasi kepada orangtua siswa
untuk memecahkan masalah
23 36,5
24 38,1
14 22,2
1 1,6
1 1,6
Rata-rata -
33 -
36,6 -
25,5 -
4,4 -
0,5
116 Berdasarkan pada tabel 22 perihal deskripsi kinerja guru sekolah dasar
bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pembimbing maka menghasilkan penjelasan sebagai berikut.
1 Memberi bimbingan gaya pembelajaran a Merencanakan variasi pembelajaran
Berdasarkan tabel tersebut, sebanyak 28 guru 45 selalu merencanakan variasi yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
Sebanyak 26 guru 41 memiliki kinerja 80-99 dalam merencanakan variasi pembelajaran, tetapi ada kalanya tidak memiliki rencana dalam
variasi pembelajaran, dan sebanyak sembilan 9 guru 14 memiliki persentase dalam merencanakan variasi pembelajaran sebesar 60-79
yang berarti bahwa guru tersebut sering merencanakan variasi pembelajaran, tetapi dalam hal tertentu perencanaan variasi tersebut tidak
dilakukan. b Implementasi gaya pembelajaran
Berdasarkan pada pemaparan tabel bahwa sebanyak 25 guru 39,7 selalu mengimplementasi gaya pembelajaran saat proses belajar mengajar.
Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja dengan persentase 80-99 dalam pengimplementasian gaya pembelajaran di kelas yang berarti
bahwa hampir setiap pembelajaran guru mengimplementasikan gaya pembelajaran yang baik, walaupun ada kalanya hal tersebut tidak
dilakukan karena kondisi di kelas sedang tidak memungkinkan. Sebanyak 13 guru 20,6 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang artinya
117 guru sering mengimplementasikan gaya pembelajaran di kelas sebesar
persentase tersebut, dan selebihnya pembelajaran dilakukan dengan kondisi yang dihasilkan ketika mengikuti materi yang sedang diajarkan,
dan sebanyak dua 2 guru 3,2 memiliki kinerja pengimplementasian gaya pembelajaran 60 yang artinya guru tersebut jarang melakukan
implementasi gaya belajar yang baik dan selebihnya melakukan pembelajaran dengan mengikuti kondisi yang dihasilkan ketika sedang
terjadi proses belajar mengajar. c Pemberian bimbingan khusus bagi siswa yang membutuhkan
Kondisi siswa yang beragam menuntut guru untuk memberikan perhatian khusus bagi siswa tertentu yang mengalami kesulitan dalam
belajar atau mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pada tabel menjelaskan perihal pemberian bimbingan khusus bagi siswa yang membutuhkan
bantuan ekstra yakni sebanyak 19 guru 30 selalu memberikan pembimbingan khusus bagi siswa yang membutuhkan pembimbingan
lebih dalam hal belajar. Sebanyak 28 guru 45 memiliki kinerja sebesar 80-99 dan masuk kategori sangat sering yang artinya guru tersebut
hampir selalu melakukan pembimbingan khusus bagi siswa tertentu yang membutuhkan bimbingan lebih banyak, walaupun ada kalanya hal
tersebut tidak dilakukan. Sebanyak 14 guru 22 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya guru sering melakukan pembimbingan
khusus bagi siswa yang membutuhkan bimbingan lebih dalam, tetapi selebihnya dari persentase tersebut guru kurang memperhatikan aspek
118 pembimbingannya khusus secara personal dan lebih memprioritaskan
pembimbingan secara menyeluruh. Sebanyak satu 1 guru 1,6 memiliki persentase kinerja 60 dan masuk dalam kategori jarang yang
berarti bahwa guru tersebut jarang melakukan pembimbingan khusus bagi siswa secara personal dan cenderung melakukan pembimbingan secara
menyeluruh ketika pembelajaran berlangsung, serta dengan jumlah dan persentase yang sama yakni satu 1 guru 1,6 mengaku tidak pernah
melakukan pembimbingan khusus secara personal kepada siswa, melainkan melakukan pembimbingan kepada semua siswa sekaligus yang
dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. 2 Mencari kekuatan dan kelemahan siswa
a Pendalaman karakter siswa saat KBM Mendalami karakter siswa adalah salah satu hal yang dilakukan untuk
mencari kekuatan atau kelemahan siswa. Berdasarkan pada data dalam tabel tersebut, bahwa sebanyak 25 guru 39,7 selalu melakukan
pendalaman karakter siswa saat KBM. Sebanyak 31 guru 49,2 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang berarti bahwa
guru sangat sering mendalami karakter siswa saat PBMKBM, dan selebihnya pendalaman karakter dilakukan di luar KBM dengan menjalin
komunikasi dengan orangtua siswa perihal karakter yang dimiliki. Sebanyak enam 6 guru 9,6 memiliki kinerja dengan persentase
sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering mendalami karakter siswa saat KBM dan selebihnya pendalaman karakter siswa dilakukan di luar
119 KBM yang melibatkan orangtua siswa, dan sebanyak satu 1 guru 1,6
memiliki kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang mendalami karakter siswa saat KBM dan pendalaman karakter siswa lebih banyak
dilakukan di luar jam pelajaran seperti ketika bermain dan dapat juga dilakukan dengan mencari tahu karakter siswa melalui hubungan
komunikasi dengan orangtua siswa. b Berkomunikasi dengan orangtua siswa
Berdasarkan pada data yang dipaparkan dalam tabel, sebanyak 19 guru 30 selalu menjalin komunikasi dengan orangtua siswa untuk
mengetahui perkembangan siswa saat di rumah. Kondisi yang sama antara jumlah dan persentasenya yaitu sebanyak 19 guru 30 memiliki kinerja
80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering menjalin komunikasi dengan orangtua siswa untuk menciptakan kondisi yang sejalan antara
guru dengan orangtua siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebanyak 23 guru 37 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya
bahwa guru sering berkomunikasi dengan orangtua siswa untuk mengetahui perkembangan siswa saat di rumah, dan selebihnya guru
melakukan pengamatan sendiri untuk mengetahui perkembangan siswa yang dilakukan ketika KBM berlangsung. Sebanyak dua 2 guru 3
memiliki persentase sebesar 60 yang artinya guru mengaku jarang melakukan komunikasi dengan orangtua siswa dan cenderung melakukan
sendiri pengamatan perkembangan siswa ketika KBM atau ketika siswa sedang beraktivitas di lingkungan sekolah.
120 c Membimbing kelemahan siswa
Keberagaman siswa membawa guru dapat melihat sisi kelemahan siswa dalam belajar, sehingga pembimbingan terhadap kelemahan siswa
dapat dilakukan untuk menekan kelemahan siswa tersebut. Data yang dipaparkan dalam tabel tersebut menerangkan bahwa sebanyak 18 guru
28,6 selalu membimbing kelemahan siswa ketika menemui keadaan bahwa siswanya memiliki kelemahan tertentu dalam belajar. Sebanyak
23 guru 36,5 dengan kinerja sebesar 80-99 yang artinya guru sangat sering membimbing kelemahan siswa dalam belajar, dan selebihnya
pembimbingan dilakukan dengan menggunakan bantuan teman yang ada di kelas sebagai umpan pembimbingan yang dilakukan guru. Sebanyak 21
guru 33,3 memiliki kinerja sebesar 60-79 dalam pembimbingan terhadap kelemahan yang dimiliki siswa yang artinya guru sering
melakukan pembimbingan kelemahan siswa di kelas, tetapi juga melakukan pembimbingan melalui orangtua siswa dengan menjalin
komunikasi dengan orangtua siswa agar turut serta dalam pembimbingan kelemahan siswa di rumah. Sebanyak satu 1 guru 1,6 memiliki
persentase kinerja 60 yang artinya guru jarang melakukan pembimbingan kelemahan siswa di kelas karena keterbatasan waktu,
sehingga selebihnya guru menjalin kerjasama dengan orantua siswa untuk turut serta dalam pembimbingan kelemahan siswa ketika di rumah.
121 d Menyalurkan potensi siswa
Berdasarkan tabel menyebutkan bahwa 17 guru 27 selalu memberikan lahan untuk siswa dalam menyalurkan potensi yang dimiliki
dengan selalu membimbing potensi tersebut. Sebanyak 29 guru 46 memiliki kinerja dalam hal penyaluran potensi siswa sebesar 80-99
yang artinya bahwa guru sangat sering membimbing potensi siswa untuk terus dikembangkan, walaupun ada kalanya hal tersebut tidak bisa
dilakukan karena terbentur dengan tuntutan pemahaman materi yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Sebanyak 16 guru 25,4 memiliki
kinerja sebesar 60-79 dalam penyaluran potensi siswa yang berarti guru sering membimbing siswa dalam penyaluran potensi siswa, tetapi
selebihnya guru menyerahkan kebebasan siswa untuk mengembangkan secara mandiri potensi yang dimiliki. Sebanyak satu 1 guru 1,6
memiliki kinerja 60 yang artinya guru jarang memberikan bimbingan terhadap potensi yang dimiliki siswa dan selebihnya guru memberikan
kebebasan siswa untuk mengelola potensinya secara mandiri. 3 Memfasilitasi pengembangan potensi siswa
a Mengadakan kegiatan menarik yang mendorong siswa untuk berprestasi Pemaparan dalam tabel 23 menyebutkan bahwa sebesar guru
berjumlah 18 28,6 dengan tergolong dalam kategori selalu yang artinya guru tersebut selalu memfasilitasi siswa dalam pengembangan
potensi yang dimiliki dan selalu mengadakan kegiatan untuk mendorong siswa berprestasi. Sebanyak 32 guru 50,8 memiliki kinerja 80-99
122 yang artinya guru sangat sering dalam mengadakan kegiatan untuk
mendorong siswa berprestasi dalam rangka memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensinya, walaupun ada kalanya tidak dilakukan
karena guru mengalami keterbatasan waktu untuk memberikan ruang yang cukup bagi siswa dalam pengembangan potensi saat KBM.
Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang masuk dalam kategori sering yang artinya dengan persentase
tersebut guru sering memfasilitasi pengembangan potensi yang dimiliki siswa dengan mengadakan kegiatan yang mendorong siswa dalam
berprestasi, dan selebihnya guru tidak mengadakan kegiatan tersebut karena kondisi pembelajaran yang kurang mendukung untuk selalu
mengadakan kegiatan tersebut. Sebanyak satu 1 guru 1,6 memiliki kinerja 60 yang artinya guru tersebut jarang mengadakan kegiatan
yang bervariasi untuk mendorong siswa berprestasi, karena selebihnya guru memprioritaskan penyampaian pembelajaran sesuai dengan materi.
Sebanyak satu 1 guru 1,6 tergolong dalam kategori tidak pernah yang berarti guru tersebut tidak pernah mengadakan kegiatan yang
menarik yang dapat memicu siswa untuk berprestasi di kelas. b Mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan pengaktualisasian potensi
Berdasarkan pada tabel tersebut terkait pengadaan kegiatan pengaktualisasian potensi bahwa sebanyak sembilan 9 guru 14 selalu
mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan pengaktualisasikan potensi siswa. Sebanyak 24 guru 38 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang
123 berarti bahwa guru tersebut sangat sering mengadakan kegiatan yang
berkaitan dengan aktualisasi potensi siswa, walaupun ada kalanya guru tidak mengadakan kegiatan tersebut karena keterbatasan waktu untuk
melatih pengembangan potensi siswa. Sebanyak 23 guru 37 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang masuk dalam kategori sering yang artinya
bahwa dalam
persentase tersebut
guru mengadakan
kegiatan pengaktualisasian potensi siswa, dan selebihnya guru tidak memberikan
pelatihan tersebut karena keterbatasan waktu untuk pembimbingan. Sebanyak tujuh 7 guru 11 memiliki persentase kinerja sebesar 60
yang masuk dalam kategori jarang yang artinya bahwa guru jarang mengadakan
kegiatan yang
berkaitan dengan
membimbing pengaktualisasian potensi siswa, dan selebihnya guru menyarankan siswa
untuk melakukan pengembangan potensi secara mandiri karena keterbatasan waktu yang ada di sekolah untuk diadakannya
pembimbingan dalam pengaktualisasian potensi. c Pelatihan kreativitas siswa
Berdasarkan pada tabel bahwa sejumlah 23 guru 36,5 memiliki kinerja 100 dalam melatih kreativitas siswa dan tergolong dalam
kategori selalu yang artinya bahwa guru selalu melatih kekreativitasan siswa dengan mengadakan kegiatan yang bervariasi. Sebanyak 16 guru
25,4 memiliki kinerja 80-99 dan masuk dalam kategori sangat sering yang berarti bahwa guru sangat sering dalam pelatihan kreativitas
siswa dengan mengadakan kegiatan yang bervariasi, walaupun ada
124 kalanya variasi kegiatan ini tidak bisa dilakukan karena terbentur dengan
pembelajaran yang lainnya. Sebanyak 21 guru 33,3 memiliki kinerja sebesar 60-79 dalam pelatihan kreativitas siswa dan masuk dalam
kategori sering yang artinya bahwa guru sering mengadakan kegiatan yang bervariasi untuk mengembangkan kreativitas siswa, tetapi
selebihnya guru mengadakan kegiatan yang lebih berkaitan dengan materi yang harus dikuasai oleh siswa, dan sebanyak tiga 3 guru 4,8
memiliki kinerja 60 dan dalam kategori jarang yang artinya guru jarang memberikan kegiatan yang bervariasi kepada siswa karena guru
memprioritaskan kesesuaian kegiatan dengan kompetensi tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
4 Berkomunikasi efektif a Komunikasi lisan dan tertulis kepada siswa
Menjalin komunikasi tidak hanya secara lisan saja, tetapi juga tulisan yaitu dengan menggunakan tulisan yang ditulis guru kepada siswa melalui
buku tugas siswa yang dapat memotivasi siswa untuk semakin giat belajar atau giat dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan pada tabel bahwa
sebanyak 38 guru 60,3 memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu menjalin komunikasi lisan maupun tertulis terhadap siswa.
Sebanyak 17 guru 27 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa hampir setiap pembelajaran guru menjalin komunikasi baik lisan
maupun tertulis terhadap siswa dan selebihnya guru hanya berkomunikasi secara lisan saja tanpa berkomunikasi secara tertulis. Sebanyak delapan
125 8 guru 12,7 memiliki kinerja 60-79 yang berarti bahwa guru sering
berkomunikasi lisan dan tertulis kepada siswa, dan selebihnya guru memprioritaskan berkomunikasi lisan saja dalam menyampaikan
pembelajaran dan pesan kepada siswa. b Memancing siswa untuk merespon pertanyaan
Membimbing siswa untuk berani merespon pertanyaan guru dapat dilakukan dengan cara memancing siswa dengan pertanyaan yang
menggunakan tata bahasa menarik. Indikator kemenarikan penggunaan tata bahasa ketika melontarkan pertanyaan dapat dilihat dari antusiasme
siswa untuk berusaha menjawab pertanyaan tersebut. semakin banyak siswa yang berusaha menjawab semakin menarik pula pertanyaan yang
dilontarkan guru tersebut, begitu juga sebaliknya semakin sedikit siswa yang berusaha menjawab pertanyaan dari guru, berarti guru kurang
menggunakan tata bahasa yang menarik. Berdasarkan data dalam tabel disebutkan bahwa sebanyak 32 guru 50,8 memiliki kinerja 100 yang
berarti bahwa guru selalu menggunakan tata bahasa yang menarik dan mudah dipahami untuk memancing siswa merespon pertanyaan yang
diajukan guru. Sebanyak 22 guru 34,9 memiliki kinerja sebesar 80- 99 yang berarti bahwa dalam memancing siswa untuk merespon
pertanyaan, guru sangat sering menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami, walaupun ada kalanya guru kurang memperhatikan
aspek tersebut. Sebanyak delapan 8 guru 12,7 memiliki kinerja 60- 79 dan termasuk dalam kategori sering yang artinya guru sering
126 menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami ketika
mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan selebihnya guru kurang memperhatikan aspek kemenarikan dalam penggunaan tata bahasa
tersebut ketika akan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sebanyak satu 1 guru 1,6 memiliki kinerja sebesar 60 dan masuk kategori
jarang yang berarti bahwa guru tersebut jarang memperhatikan penggunaan tata bahasa yang menarik ketika mengajukan pertanyaan
kepada siswa. 5 Memberikan latihan kepada siswa
a Penyusunan tugas untuk siswa Data dalam tabel menyebutkan bahwa sebanyak 27 guru 42,9
tergolong dalam kategori selalu dalam melakukan penyusunan tugas untuk siswa. Sebanyak 24 guru 38,1 memiliki kinerja sebesar 80-99
yang masuk dalam kategori sangat sering yang berarti bahwa guru sangat sering menyusun tugas untuk siswa, tetapi ada mata pelajaran tertentu
tidak menyusun tugas baru dan menggunakan referensi lama. Sebanyak 12 guru 19 memiliki persentase kinerja 60-79 dan masuk dalam
kategori sering yang berarti bahwa guru sering menyusun tugas untuk siswa, tetapi selebihnya guru menggunakan referensi lama dalam
pemberian tugas siswa. b Pemberian tugas secara tertulis maupun tidak tertulis
Pemberian tugas adalah salah satu wujud pelatihan siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kreativitas siswa. Pemberian tugas
127 tidak hanya berupa tugas tertulis saja, tetapi juga tugas tidak tertulis.
Berdasarkan data dalam tabel dijelaskan bahwa 15 guru 23,8 termasuk pada kategori selalu yang berarti bahwa guru selalu
memberikan tugas kepada siswa baik secara tertulis maupun tidak tertulis secara bersamaan. Sebanyak 14 guru 22,2 memiliki kinerja 80-99
dan masuk kategori sangat sering yang artinya yaitu guru sangat sering melakukan pemberian tugas tertulis dan tidak tertulis bagi siswa, tetapi
ada kalanya guru tidak memberikan tugas dengan jenis tugas secara bersamaan karena tugas disesuaikan dengan materi pembelajaran.
Sebanyak 19 guru 30,2 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang tergolong kategori sering yang berarti bahwa guru sering
memberikan tugas tertulis dan tidak tertulis secara bersamaan, tetapi selebihnya guru tidak memberikan tugas secara bersamaan melainkan
bergantian yang disesuaikan dengan kondisi materi. Sebanyak 13 guru 20,6 memiliki kinerja 60 dan tergolong kategori jarang yang
artinya guru jarang melakukan pemberian tugas secara bersamaan dan menyesuaikan dengan kondisi materi pelajaran yang sedang berlangsung.
Sebanyak dua 2 guru 3,2 tergolong dalam kategori tidak pernah yang artinya guru tidak pernah memberikan tugas tertulis dan tugas tidak
tertulis siswa secara bersamaan, tetapi memberikan tugas secara bergantian.
128 6 Memberikan penghargaan kepada siswa
a Rancangan metode penghargaan siswa Berdasarkan pada data dalam tabel bahwa 15 guru 23,8 termasuk
dalam kategori selalu yang artinya guru selalu merancang metode penghargaan bagi siswa sebelum mengimplementasikannya. Sebanyak 18
guru 28,6 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 dan termasuk dalam kategori sangat sering yang berarti bahwa guru hampir selalu
membuat rancangan penghargaan bagi siswa, tetapi ada kalanya guru tidak merancang metode penghargaan yang baru karena menggunakan
metode penghargaan yang lama. Sebanyak 25 guru 39,7 memiliki kinerja 60-79 yang tergolong pada kategori sering yang berarti bahwa
guru sering merancang metode penghargaan baru bagi siswa, tetapi ada satu kondisi guru tidak merancang metode penghargaan karena
menggunakan metode yang pernah digunakan dalam tahun ajaran lalu. Sebanyak 5 guru 7,9 memiliki kinerja 60 sehingga masuk dalam
kategori jarang yang berarti bahwa guru jarang merancang metode penghargaan bagi siswa dan selebihnya menggunakan metode
penghargaan yang lama karena dengan pertimbangan masih dalam satu kurikulum yang sama sehingga tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan. b Standar perolehan penghargaan
Berdasarkan data pada tabel bahwa sebanyak 11 guru 17,5 memiliki kinerja 100 dan masuk dalam kategori selalu yang artinya
129 bahwa guru selalu menentukan standar minimal untuk siswa yang
memperoleh penghargaan. Sebanyak 24 guru 38,1 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering menentukan
standar minimal untuk siswa yang memperoleh penghargaan, dan selebihnya guru tidak menyusun standar baru untuk memberikan
penghargaan bagi siswa. Sebanyak 22 guru 34,9 memiliki kinerja 60- 79 yang berarti bahwa guru sering menentukan standar minimal siswa
untuk memperoleh penghargaan, tetapi selebihnya guru tidak menetapkan standar minimal tersebut dengan mempertimbangkan kondisi materi
dalam proses belajar di kelas, dan sebanyak enam 6 guru 9,5 memiliki kinerja 60 yang artinya bahwa guru jarang melakukan
standardisasi perolehan
penghargaan bagi
siswa dan
lebih memprioritaskan kesesuaian dengan kondisi kelas dalam penetapan
standarnya. c Wujud penghargaan
Berdasar pada data dalam tabel bahwa sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang artinya bahwa guru selalu
memberikan bentuk penghargaan yang bervariasi untuk siswa. Sebanyak 20 guru 31,8 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa
guru sangat sering melakukan variasi perwujudan penghargaan untuk siswa, tetapi dalam mata pelajaran tertentu guru tidak melakukan variasi
bentuk penghargaan karena menggunakan bentuk penghargaan yang sama dengan penghargaan lama. Sebanyak 21 guru 33,3 memiliki kinerja
130 dengan persentase sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering
memberikan wujud penghargaan yang bervariasi untuk memberikan motivasi siswa, tetapi selebihnya guru melakukan penghargaan seperti
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Sebanyak enam 6 guru 9,5 memiliki kinerja 60 yang artinya bahwa guru jarang
memberikan variasi penghargaan bagi siswa yang berprestasi dan cenderung memberikan penghargaan dalam bentuk yang sama dari ajaran
sebelumnya, dan sebanyak satu 1 guru 1,6 masuk dalam kategori tidak pernah yang artinya tidak pernah memberikan variasi dalam
perwujudan penghargaan bagi siswa, dan menggunakan bentuk penghargaan yang selalu sama kepada siswa yang berprestasi ketika
mengikuti pembelajaran. 7 Mengenal masalah siswa dalam belajar dan membantu dalam pemecahannya
a Pembimbingan bagi siswa yang bermasalah Ketika melakukan pembimbingan bagi siswa yang bermasalah,
berdasarkan pada tabel tersebut menerangkan bahwa sebanyak 18 guru 29 memiliki kinerja 100 yang artinya guru tersebut selalu
membimbing siswa bermasalah. Sebanyak 24 guru 38 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering
membimbing siswa yang bermasalah secara personal di kelas, tetapi ada kalanya tidak melakukan pembimbingan personal karena pembimbingan
dilakukan ketika pembelajaran berlangsung dan dilakukan secara bersamaan dengan siswa lainnya. Sebanyak 19 guru 30 memiliki
131 kinerja 60-79 yang artinya yakni guru sering membimbing siswa yang
mengalami masalah,
tetapi terkadang
tidak bisa
melakukan pembimbingan karena terkendala waktu sehingga pembimbingan
dilakukan secara bersama-sama dengan siswa yang lainnya, dan sebanyak dua 2 guru 3 memiliki kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang
membimbing siswa bermasalah secara personal dan cenderung melakukan bimbingan secara menyeluruh yang dilakukan ketika pembelajaran sedang
berlangsung. b Menjalin komunikasi kepada orangtua siswa untuk memecahkan masalah
Berdasar pada tabel bahwa sebanyak 23 guru 36,5 memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang berarti bahwa guru selalu menjalin
komunikasi dengan orangtua siswa dalam memecahkan masalah belajar siswa. Sebanyak 24 guru 38,1 memiliki persentase kinerja sebesar 80-
99 yang berarti bahwa guru sangat sering dalam menjalin komunikasi dengan orangtua siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa,
walaupun selebihnya guru tidak melakukannya karena kondisi kelas yang ada kalanya kurang mendukung untuk menjalin komunikasi dengan
orangtua siswa tersebut. Sebanyak 14 guru 22,2 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya guru sering menjalin komunikasi dengan
orangtua siswa dalam rangka membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa terkait masalah belajar, tetapi selebihnya guru kurang
memperhatikan karena kondisi KBM yang juga harus menjadi fokus secara keseluruhan guru tersebut. Sebanyak satu 1 guru 1,6 memiliki
132 kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang dalam berkomunikasi
kepada orangtua siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Sebanyak satu 1 guru 1,6 tidak pernah berkomunikasi dengan
orangtua siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam belajar.
Berkenaan dengan pemaparan deskripsi kinerja guru bersertifikat pendidik, berikut adalah kategori dari kinerja guru bersertifikat pendidik yang dalam
pelaksanaan tupoksi guru sebagai pembimbing.
133 Tabel 22. Kategori Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam
Pelaksanan Tupoksi Guru sebagai Pembimbing
No Indikator
Sub Indikator Skor
Pero- lehan
Skor Max
Rata- rata
Katego ri
a Memberi
bimbingan tentang gaya
pembelajaran 1.
Merencanakan variasi pembelajaran
208 240
87 82,5
Sangat Baik
2. Implementasi gaya
pembelajaran 197
240 82
3. Pemberian bimbingan
khusus bagi siswa yang membutuhkan
189 240
79
b Mencari kekuatan
dan kelemahan siswa
4. Pendalaman karakter
siswa saat KBM 206
240 85,8
79 Baik
5. Berkomunikasi dengan
orangtua siswa 181
240 75
6. Membimbing
kelemahan siswa 184
240 76,7
7. Menyalurkan potensi
siswa 188
240 78,3
c Memfasilitasi
pengembangan potensi siswa
8. Mengadakan kegiatan
yang mendorong siswa untuk berprestasi
191 240
79,6
74,58 Baik
9. Mengadakan kegiatan
yang berkaitan dengan pengaktualisasian
potensi 161
240 67
10. Pembelajaran yang melatih kreativitas
siswa 185
240 77
d Berkomunikasi
efektif 11. Komunikasi efektif lisan
dan tertulis kepada siswa
219 240
91,3 89,58
Sangat baik
12. Memancing siswa merespon pertanyaan
211 240
87,9 e
Memberikan latihan kepada
siswa 13. Penyusunan tugas siswa
204 240
85 74,37
Baik 14. Pemberian tugas secara
tertulis maupun tidak tertulis
153 240
64
f Memberikan
penghargaan kepada siswa
15. Rancangan metode penghargaan siswa
169 240
70 69,86
Baik 16. Standar perolehan
penghargaan 166
240 69
17. Wujud penghargaan 168
240 70
g Mengenal
masalah siswa dalam belajar dan
membantu memecahkan
18. Pembimbingan siswa bermasalah
184 240
77 78,54
Baik 19. Menjalin komunikasi
kepada orangtua siswa untuk memecahkan
masalah 193
240 80
Total 3557
4560 Baik
Rata- Rata
78,35
134 Berdasarkan pada data tabel yang memaparkan kategori dalam kinerja
guru, maka penjelasan dari data tersebut adalah sebagai berikut. 1 Memberi bimbingan tentang gaya belajar
Pembimbingan guru terhadap siswa mengenai gaya belajar yang baik, yang dilakukan didalam pembelajaran di kelas dilakukan untuk melatih
siswa dalam belajar efektif sesuai dengan tingkat kenyamanan dalam belajar masing-masing siswa. Pembimbingan gaya belajar terdapat
beberapa sub-indikator yakni dalam perencanaan variasi belajar dengan persentase 87 terdapat dalam kategori sangat baik. Implementasi gaya
belajar dengan persentase 82,1 terdapat dalam kategori sangat baik dan pemberian bimbingan khusus bagi siswa yang membutuhkan dengan
persentase sebesar 79 terdapat dalam kategori baik. Rata-rata indikator pemberian bimbingan gaya belajar siswa memiliki persentase sebesar
82,5 yang berarti bahwa dalam pemberian bimbingan gaya belajar guru- guru tersebut memiliki kinerja sangat baik.
2 Mencari kekuatan dan kelemahan siswa Setiap siswa memiliki kelemahan dan kekuatan yang berbeda-beda.
Guru yang berperan sebagai pembimbing bertugas untuk membimbing kekuatan potensi siswa dan dapat melatih kelemahan siswa agar dapat
ditekan seminimalis mungkin. Pencarian kekuatan dan kelemahan siswa terdapat beberapa sub-indikator yakni dalam pendalaman karakter siswa
saat KBM memiliki persentase 85,8 terdapat dalam kategori sangat baik, berkomunikasi dengan orangtua siswa memiliki persentase 75 yang
135 termasuk dalam kategori baik, membimbing kelemahan siswa memiliki
persentase sebesar 76,7 yang termasuk dalam kategori baik, dan dalam menyalurkan potensi siswa memiliki persentase sebesar 78,3 yang
masuk dalam kategori baik. Rata-rata untuk indikator dalam mencari kelemahan dan kekuatan siswa adalah sebesar 79 yang berarti bahwa
dalam mencari kelemahan dan kekuatan siswa, guru-guru tersebut memiliki kinerja yang baik.
3 Memfasilitasi potensi pengembangan siswa Potensi siswa dapat berkembang apabila didukung sepenuhnya dan
difasilitasi untuk pengembangan potensi tersebut oleh semua pihak, terlebih oleh sekolah. Hal yang berkaitan dengan indikator memfasilitasi
potensi pengembangan siswa terdiri dari beberapa sub-indikator yakni mengadakan kegiatan yang mendorong siswa dalam berprestasi memiliki
persentase kinerja 79,6 yang termasuk dalam kategori baik, mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan pengaktualisasian potensi memiliki
persentase kinerja 67 yang masuk dalam kategori baik, dan dalam pelatihan kreativitas siswa memiliki kinerja sebesar 77 yang masuk
dalam kategori baik. Rata-rata dari indikator perihal pemfasilitasi potensi pengembangan siswa yakni 74,58 yang berarti bahwa dalam
memfasilitasi potensis siswa, guru-guru tersebut tergolong memiliki kinerja baik.
136 4 Berkomunikasi efektif
Hubungan antara guru dengan siswa dapat berjalan dengan baik dengan didukung pada jalinan komunikasi yang efektif antara keduanya.
Sub-indikator dalam berkomunikasi efektif yakni menjalin komunikasi lisan dan tertulis kepada siswa memiliki persentase sebesar 91,3 yang
termasuk dalam kategori sangat baik, dan sub-indikator dalam memancing siswa merespon pertanyaan yang diajukan guru memiliki persentase
sebesar 87,9 yang terdapat dalam kategori sangat baik. Rata-rata indikator menjalin komunikasi efektif antara siswa dan guru yakni sebesar
89,58 yang yang berarti bahwa dalam menjalin komunikasi antara siswa dengan guru memiliki kinerja yang tergolong sangat baik.
5 Memberikan latihan kepada siswa Pembimbingan kepada siswa juga memuat unsur pelatihan kepada
siswa yang bertujaun untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oelh masing-masing siswa. Sub-indikator dalam pemberian latihan kepada
siswa yakni dalam hal penyusunan tugas siswa dengan persentase 85 dalam kategori sangat baik dan pemberian tugas secara tertulis maupun
tidak tertulis dengan persentase 64 yang tergolong dalam kategori baik. Rata-rata indikator pemberian latihan kepada siswa memiliki persentase
sebesar 74,37 yang berarti bahwa dalam memberikan latihan kepada siswa, guru-guru tersebut memiliki kinerja yang tergolong baik.
137 6 Memberikan penghargaan kepada siswa
Pemberian penghargaan siswa dilakukan sebagai bentuk pemotivasian siswa agar semakin berprestasi. Sub-indikator dalam memberikan
penghargaan kepada siswa yakni dengan merancang metode penghargaan siswa yang memiliki persentase sebesar 70 yang termasuk dalam
kategori baik, menyusun standar perolehan penghargaan memiliki persentase sebesar 69 terdapat dalam kategori baik dan mengenai bentuk
penghargaan yang diberikan memiliki persentase 70 dengan kategori baik. Rata-rata indikator pemberian penghargaan kepada siswa memiliki
persentase rata-rata sebesar 69,86 yang berarti bahwa dalam kegiatan pemberian penghargaan kepada siswa memiliki kinerja baik.
7 Mengenal masalah siswa dalam belajar dan membantu memecahkan Pembimbingan siswa juga dilakukan dengan mengetahui permasalahan
siswa terlebih permasalahan yang berkaitan dengan belajar siswa, karena guru berperan sebagai pembimbing yang diawali dengan mengetahui
permasalahan belajar siswa yang dapat ditindaklanjuti dengan membantu memecahkan masalah tersebut, sehingga siswa dapat belajar dengan lebih
baik lagi. Sub-indikator terkait hal ini yaitu mengenai pembimbingan guru kepada siswa yang bermasalah memiliki persentase sebesar 77 dalam
kategori baik dan dalam menjalin komunikasi dengan orantua siswa untuk membantu memecahkan masalah memiliki persentase sebesar 80 yang
tergolong dalam kategori sangat baik. Rata-rata indikator pengenalaan permasalahan belajar siswa berserta tindak lanjut dalam membantu
138 memecahkan permasalahan memiliki rata-rata persentase sebesar 78,54,
yang berarti bahwa dalam memahami permasalahan yang dihadapi siswa memiliki kinerja yang baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam dimensi guru
sebagai pembimbing memiliki kinerja baik dengan persentase kinerja sebesar 78,35. Apabila diwujudkan dalam bentuk diagram maka menghasilkan diagram
berikut.
Gambar 11. Diagram Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Pembimbing
c. Kinerja guru sebagai evaluator
Proses belajar mengajar selain berisi kegiatan pembimbingan dan pengajaran, juga tidak terlepas dari proses evaluasi. Fungsi evaluasi sendiri adalah
untuk melihat ketercapaian tujuan dari sebuah pembelajaran. Fungsi evaluasi yaitu sebagai sarana pembenahan atau peningkatan untuk hal-hal yang kurang baik
1 2
3 4
5 6
7 Indikator
82,50 79,00
74,58 89,58
74,37 69,86
78,54 0,00
10,00 20,00
30,00 40,00
50,00 60,00
70,00 80,00
90,00 100,00
P er
sent a
se Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi
Guru sebagai Pembimbing
139 dalam sistem ataupun dalam hal penyampaian guru selama proses belajar
mengajar. Berikut ini adalah deskripsi kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik yang dilihat dalam dimensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru
sebagai evaluator yang ada sekolah dasar di Kecamatan Mantrijeron.
140 Tabel 23. Deskripsi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan
Tupoksi Guru sebagai Evaluator
No Indikator
Sub Indikator
S SS
SR J
TP F
f f
f F
a Menyusun
instrumen penilaian tes
dan instrumen
penilain lain non-tes.
1. Menyusun prosedur penilaian
22 34,9
30 47,6
11 17,5
- -
- -
2. Pengembangan instrumen penilaian
15 23,8
37 58,7
11 17,5
- -
- -
3. Kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP
31 49,2
23 36,5
9 14,3
- -
- -
4. Kesesuaian metode penilaian dengan objek
yang akan dinilai 30
47,6 23
36,5 10
15,9 -
- -
-
b Penilaian
terhadap siswa secara
objektif 5.
Kesesuaian antara perolehan nilai dengan
prestasi 39
62 17
27 7
11 -
- -
- 6.
Tidak menggunakan unsure
kedekatanhubungan kerabat dalam penilaian
29 46
10 15,9
10 15,9
4 7
10 15,9 7.
Menilai dari berbagai aspek
37 58,7
23 36,5
3 4,8
- -
- -
8. Relevansi antara
penilaian dengan tujuan 33
52,4 24
38,1 6
9,5 -
- -
- 9.
Menggunakan keberagaman bentuk dan
jenis penilaian 26
41,3 28
44,4 9
14,3 -
- -
-
c Pemanfaatan
hasil penilaian dan
evaluasi 10. Pemanfaatan hasil
penilaian untuk merancang remedial
atau pengayaan 26
41,3 18
28.6 18
28,6 -
- 1
1,6 11. Mengkomunikasikan
hasil penilaian dengan stakeholder
24 38,1
23 36,5
12 19
3 4,8
1 1,6
12. Pemanfaatan hasil penilaian untuk
peningkatan kualitas pembelajaran
30 47,6
28 44,4
5 8
- -
- -
d Mengadakan
remedial 13. Penetapan standar
minimal keikutsertaan remedial
28 44,4
25 39,7
10 15,9
- -
- -
14. Mengadakan tindak lanjut program remedial
24 38,1
24 38,1
15 23,8
- -
- -
e Mengadakan
program pengayaan
15. Perencanaan program pengayaan
20 31,8
26 41,3
11 17,5
5 7,9 1
1,6 16. Penetapan standar
minimal keikutsertaan program pengayaan
26 41,3
26 41,3
11 17,5
- -
- -
17. Tindak lanjut program pengayaan
28 44,4
19 30,2
14 22,2
2 3,2 -
-
f Melakukan
tindakan refleksi untuk
meningkatka n kualitas
KBM 18. Melakukan tindakan
refleksi 21
33,3 27
42,9 14
22,2 1 1,6
- -
19. Pemanfaatan hasil refleksi terhadap PBM
22 34,9
29 46
11 17,5
1 1,6 -
- 20. Melakukan penelitian
tindakan kelas 16
25,4 14
22,2 16
25,4 10 16
7 11
Rata-rata -
41,8 -
37,6 -
16,9 - 2,1
- 1,6
141 Berdasarkan pada tabel mengenai kinerja guru sekolah dasar bersertifikat
pendidik dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai evaluator, berikut adalah pemaparannya.
1 Menyusun instrumen penilaian tes maupun non-tes a Menyusun prosedur penilaian tes maupun non-tes
Penilaian dilakukan secara tes maupun non-tes yang sebelum mengadakan penilaian, terlebih dahulu guru menyusun prosedur penilaian
tersebut. Berdasarkan pada tabel bahwa sebanyak 22 guru 34,9 memiliki kinerja 100 yang artinya guru selalu menyusun prosedur
penilaian tes maupun non-tes sebelum melakukan penilaian. Sebanyak 30 guru 47,6 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti
bahwa guru tersebut sangat sering menyusun prosedur penilaian baik tes maupun non-tes terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian, yang
selebihnya guru tidak menyusun prosedur penilaian yang baru dan menggunakan prosedur penilaian lama dengan pertimbangan masih dalam
materi dan kurikulum yang sama. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki kinerja 60-79 yang artinya guru sering menyusun prosedur penilaian tes
maupun non-tes terlebih dahulu sebelum mengadakan penilaian yang selebihnya guru tidak menyusun prosedur penilaian yang baru dan
menggunakan prosedur penilaian yang lama dengan pertimbangan masih dalam lingkup materi dan kurikulum yang sama.
142 b Pengembangan instrumen penilaian
Pengembangan instrumen penilaian dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk menilai aspek lain yang masih terkait dengan materi tersebut.
Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 15 guru 23,8 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 100 yang berarti bahwa guru selalu
melakukan pengembangan instrumen penilaian. Sebanyak 23 guru 58,7 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang berarti
bahwa guru sangat sering melakukan pengembangan instrumen penilaian tetapi ada kalanya tidak melakukan pengembangan instrumen karena
mempunyai pertimbangan terkait kematangan materi yang dimiliki siswa.. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79
yang berarti bahwa guru sering melakukan pengembangan instrumen penilaian, tetapi selebihnya tidak melakukan pengembangan instrumen
tersebut dengan pertimbangan terkait kondisi kematangan dan kesiapan materi yang dimiliki siswa.
c Kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP Instrumen penilaian disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat,
sehingga terdapat kesesuaian antara instrumen penilaian dengan RPP. Sesuai dengan pemaparan data dalam tabel bahwa sebanyak 31 guru
49,2 memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang berarti bahwa penyusunan instrumen penilaian selalu memiliki kesesuaian dengan RPP
yang telah disusun sebelumnya. Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang berarti bahwa dalam
143 penyusunan instrumen penilaian guru sangat sering memiliki kesesuaian
dengan RPP yang disusun sebelumnya walapun ada kalanya tidak sesuai dengan RPP karena ada mata pelajaran yang tidak menggunakan RPP
baru melainkan menggunakan RPP lama sehingga kesesuaian instrumen penilaian pun sesuai dengan RPP yang lama tersebut, dan sebanyak
sembilan 9 guru 14,3 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa sering menyusun instrumen yang memiliki kesesuaian dengan
RPP, tetapi selebihnya tidak sesuai dengan RPP yang terbaru karena terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak menggunakan RPP terbaru
melainkan menggunakan RPP yang lama sehingga mata pelajaran tersebut sesuai dengan RPP yang lama dan bukan sesuai dengan RPP yang terbaru.
d Kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan dinilai Berdasarkan data pada tabel disebutkan bahwa sebanyak 30 guru
47,6 yakni selalu memperhatikan kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan dinilai. Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki persentase
kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering dalam memperhatikan kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan
dinilai, walaupun ada kalanya hal tersebut tidak menjadi prioritas karena guru cenderung memperhatikan aspek pemahaman materi siswa sebelum
melakukan penilaian, dan sebanyak 10 guru 15,9 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering memperhatikan
kesesuaian antara metode penilaian yang digunakan dengan objek yang akan dinilai, tetapi selebihnya guru tidak memperhatikan kesesuaian
144 tersebut dan cenderung memperhatikan kematangan siswa dalam
memahami materi sebelum mengadakan penilaian. 2 Penilaian siswa secara objektif
a Kesesuaian antara perolehan nilai dengan prestasi Berdasarkan tabel tersebut dijelaskan bahwa sebanyak 39 guru 62
memiliki kinerja sebesar 100 yang berarti bahwa guru tersebut selalu memperhatikan kesesuaian antara prestasi siswa dengan perolehan nilai
yang didapat. Sebanyak 17 guru 27 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering memperhatikan kesesuaian antara
prestasi yang diraih siswa dengan perolehan nilai yang didapat, tetapi ada kalanya guru juga memperhatikan aspek diluar prestasi siswa dalam
penilaian. Sebanyak 7 guru 11 memiliki presentasi kinerja sebesar 60- 79 yang berarti bahwa guru sering memperhatikan kesesuaian terhadap
prestasi yang diraih siswa dengan perolehan nilai yang didapat, tetapi selebihnya guru memperhatikan aspek lain untuk dipertimbangkan dalam
pemberian nilai. b Tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan saat penilaian
Ranah pendidikan khususnya di lembaga pendidikan terkadang menemui kondisi ketika guru memiliki siswa yang mempunyai hubungan
darah atau hubungan kekerabatan. Walaupun demikian guru dituntut untuk profesional dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar. Tabel 25
tersebut memaparkan sejumlah data mengenai keprofesional guru dalam menilai dengan tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan saat
145 penilaian dan menghasil data sebagai berikut, bahwa sebanyak 29 guru
46 memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang artinya bahwa guru selalu profesional dengan tidak menggunakan unsur hubungan
kekerabatan saat melakukan penilaian. Sebanyak 10 guru 15,9 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru
sangat sering bertindak profesional dengan tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan dalam penilaian siswa, tetapi ada kalanya guru
bertindak demikian apabila mengetahui siswa tersebut mempunyai hubungan kekerabatan dengan guru. Sebanyak jumlah 10 guru 15,9
memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya guru sering bertindak profesional dengan tidak menggunakan unsur hubungan kekerabatan
dalam penilaian siswa, tetapi selebihnya guru menggunakan aspek kekerabatan dalam memberikan penilaian terhadap siswa. Sebanyak
jumlah 4 guru 7 memiliki persentase kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang bertindak profesional dengan tidak menggunakan unsur
hubungan kekerabatan dalam penilaian siswa, dan sebanyak 10 guru 15,9 yang mengaku tidak pernah tidak menggunakan unsur
kekerabatan dalam penilaian siswa. hal tersebut bermakna bahwa guru tersebut menggunakan unsur hubungan kekerabatan dalam menilai siswa-
siswanya. c Menilai dalam berbagai aspek
Penilaian guru kepada siswa dilakukan dalam berbagai aspek untuk mengetahui perkembangan siswa dalam segala sisinya. Berdasarkan data
146 dalam tabel bahwa sebanyak 37 guru 58,7 memiliki persentase kinerja
sebesar 100 yang artinya bahwa guru selalu melakukan penilaian siswa dari berbagai aspek. Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja sebesar
80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering menilai siswa dari berbagai aspek, tetapi ada kalanya guru hanya menilai siswa dari aspek
kemampuan materi siswa saja, dan sebanyak 3 guru 4,8 memiliki persentase sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering melakukan
penilaian dalam berbagai aspek, tetapi selebihnya guru menilai siswa berdasarkan aspek pemahaman materinya.
d Relevansi antara penilaian dengan tujuan Ketika proses belajar mengajar selesai dilaksanakan maka selanjutnya
adalah mengadakan proses penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan data dalam
tabel bahwa sebanyak 33 guru 52,4 memiliki kinerja 100 yang artinya guru selalu melakukan penilaian yang memiliki relevansi dengan
tujuan pembelajaran. Sebanyak 24 guru 38,1 memiliki kinerja dengan persentase 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering melakukan
penilaian siswa dengan memperhatikan relevansi antara pengadaan penilaian dengan tujuan pembelajaran, tetapi ada kalanya relevansi
penilaian tersebut sedikit tidak diprioritaskan guru tetapi masih dalam batasan ruang lingkup pembelajaran, dan sebanyak enam 6 guru 9,5
memiliki kinerja dengan persentase sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering memperhatikan relevansi pengadaan penilaian dengan tujuan
147 pembelajaran,
tetapi selebihnya
guru memperhatikan
proses penyelenggaraan penilaian tersebut agar dapat melihat ketercapaian tujuan
pembelajaran. e Variasi penilaian
Pemaparan dalam tabel tersebut menyebutkan bahwa sebanyak 26 guru 41,3 memiliki kinerja dengan persentase 100 yang artinya guru
selalu menggunakan keberagaman bentuk penilaian. Sebanyak 28 guru 44,4 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa
guru sangat sering menggunakan keberagaman bentuk penilaian, tetapi ada mata pelajaran yang menggunakan metode yang sama saat
diadakannya penilaian, dan sebanyak sembilan 9 guru 14,3 memiliki kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering menggunakan
bentuk penilaian yang beragam, tetapi selebihnya menggunakan bentuk penilaian yang biasa digunakan.
3 Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi a Pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan tindak lanjut berupa
program remedial atau pengayaan Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 26 guru 41,3
memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan tindak lanjut berupa remedial atau
pengayaan bagi siswa. Sebanyak 18 guru 28,6 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering
memanfaatkan hasil dari penilaian untuk melakukan tindakan selanjutnya
148 yakni dengan program remedial atau pengayaan, tetapi ada kalanya guru
tidak memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan tindak lanjut. Sebanyak 18 guru 28,6 memiliki persentase kinerja guru sebesar 60-
79 yang berarti bahwa guru sering memanfaatkan hasil penilaian untuk mengadakan program tindak lanjut, tetapi selebihnya guru memanfaatkan
hasil penilaian tersebut untuk dianalisis, dan sebanyak satu 1 guru 1,6 tidak pernah memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan
tindakan selanjutnya yang berupa remedial ataupun pengayaan. b Mengkomunikasikan hasil penilaian dengan stakeholder
Menjalin komunikasi dengan kepala sekolah terkait dengan hasil penilaian yang diperoleh bertujuan untuk meninjau lebih dalam tentang
hasil penilaian yang diperoleh tersebut. Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 24 guru 38,1 memiliki persentase sebesar 100 yang
artinya bahwa guru selalu mengkomunikasikan hasil penilaian yang didapat dengan stakeholder . Sebanyak 23 guru 36,5 memiliki kinerja
80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering menjalin komunikasi dengan stakeholder atas hasil dari penilaian, tetapi ada kalanya guru
hanya menjalin komunikasi dengan kepala sekolah terkait hasil penilaian ketika guru mengalami kondisi yang tidak biasa saat mengetahui hasil
dari penilaian yang telah dilakukan. Sebanyak 12 guru 19 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering
menjalin komunikasi dengan stakeholder dalam kaitan dengan hasil penilain yang didapat, tetapi ada kalanya katika guru mengkomunikasikan
149 hasil penilaian siswa kepada kepala sekolah ketika guru menemui
kejanggalan dari hasil penilaian siswa yang didapat. Sebanyak tiga 3 guru 4,8 memiliki kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang
menjalin komunikasi siswa dengan kepalas sekolah mengenai hasil penilaian siswa, dan sebanyak satu 1 guru 1,6 tidak pernah
berkomunikasi dengan stakeholder perihal hasil dari penilaian siswa yang diperoleh.
c Pemanfaatan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas Hasil penilaian yang diperoleh juga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas baik kualitas siswa, kualitas pembelajaran ataupun segala aspek yang terkait dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
dalam tabel mengenai pemanfaatan hasil penilaian dalam meningkatkan kualitas siswa menghasilkan data bahwa sebanyak 30 guru 47,6
memiliki kinerja 100 yang artinya guru selalu memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas siswanya ke depannya. Sebanyak 28
guru 44,4 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering memanfaatkan hasil dari penilaian yang
bertujuan untuk peningkatan kualitas siswa, tetapi ada kalanya hasil penilaian tersebut digunakan juga untuk meningkatkan sistem
pembelajaran yang dapat dianalisis menggunakan hasil dari perolehan penilaian siswa. Sebanyak jumlah lima 5 guru 8 memiliki persentase
kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering memanfaatkan perolehan nilai siswa untuk mengembangkan kualitas siswa, tetapi
150 selebihnya perolehan nilai tersebut digunakan sebagau acuan perbaikan
dalam sistem pembelajaran. 4 Mengadakan program remedial
a Penetapan standar keikutsertaaan remedial Program remedial merupakan salah satu program tindak lanjut dari
pemanfaatan penilaian untuk memperbaiki kompetensi siswa. Sebelum melaksanakan program remedial, guru menetapkan terlebih dahulu
standar minimal perolehan nilai siswa yang harus menjalani program remedial. Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 28 guru 44,4
mempunyai persentase kinerja 100 yang artinya bahwa guru selalu menetapkan standar minimal bagi siswa yang harus mengikuti program
remedial. Sebanyak 25 guru 39,7 memiliki kinerja sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering menetapkan standar minimal nilai
siswa untuk mengikuti remedial, tetapi ada kalanya standar tersebut tidak ditetapkan terlebih dahulu karena penyelenggaraan remedial yang
dilakukan secara kondisional, dan sebanyak 10 guru 15,9 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering
menetapkan standar minimal keikutsertaan siswa dalam program remedial, tetapi selebihnya dalam mengadakan remedial guru tidak
menetapkan standar minimal terlebih dahulu bagi siswa untuk mengikuti remedial karena program remedial dilaksanakan secara kondisional.
151 b Mengadakan tindak lanjut program remedial
Tabel 24 menyebutkan bahwa sebanyak 24 guru 38,1 memiliki kinerja dengan persentase 100 yang artinya bahwa guru selalu
mengadakan tindak lanjut program remedial bagi siswa. Sebanyak 24 guru 38,1 memiliki persentase kinerja 80-99 yang artinya bahwa
guru sangat sering mengadakan tindak lanjut program remedial siswa, tetapi ada kalanya program ini dilakukan ketika terjadi situasi yang
mendesak yang terjadi ketika hasil perolehan nilai siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebanyak 15 guru 23,8 memiliki presentase
kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering mengadakan tindak lanjut program remedial, tetapi selebihnya guru memberikan tugas
tambahan secara kondisional bagi siswa tertentu dan dijadikan nilai tambahan untuk memenuhi standar kelulusan suatu mata pelajaran.
5 Mengadakan program pengayaan a Perencanaan program pengayaan
Ketika akan melaksanakan program pengayaan, terlebih dahulu guru merencanakan program tersebut terlebih dahulu. Program pengayaan
sendiri adalah program tindak lanjut yang ditujukan bagi siswa yang sudah mencapai standar kelulusan suatu mata pelajaran dan diberikan
pelatihan berupa pengembangan soal-soal yang bertujuan untuk menambahkan variasi bentuk soal. Pemaparan dalam tabel menyebutkan
bahwa sebanyak 20 guru 31,8 memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu merencanakan program pengayaan siswa. Sebanyak 26
152 guru 41,3 memiliki kinerja dengan presentase sebesar 80-99 yang
berarti bahwa guru sangat sering merencanakan program pengayaan siswa sebelum pelaksanaan program pengayaan tersebut, tetapi ada kalanya
pengayaan dilakukan tanpa merencanakannya terlebih dahulu. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti
bahwa guru sering merencanakan program pengayaan siswa, tetapi selebihnya pengayaan dilakukan secara kondisional karena disesuaikan
dengan aktivitas pembelajaran di kelas. Sebanyak lima 5 guru 7,9 memiliki presentase kinerja sebesar 60 yang berarti bahwa guru jarang
merencanakan program pengayaan terlebih dahulu sebelum dilaksakannya program pengayaan. Sebanyak satu 1 guru 1,6 mengaku jarang
merencanakan program
pengayaan siswa
dan cenderung
menyelenggarakan program pengayaan tanpa perencanaan sebelumnya.
b Penetapan standar keikutsertaan program pengayaan Berdasarkan data pada tabel bahwa sebanyak 26 guru 41,3
memiliki persentase kinerja sebesar 100 yang berarti bahwa guru selalu menetapkan standar keikutsertaan program pengayaan bagi siswa.
Sebanyak 26 guru 41,3 memiliki persentase kinerja sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering menetapkan standar keikutsertaan
siswa dalam program pengayaan, tetapi ada kalanya penetapan standar tersebut ditentukan ketika mengetahui perolehan nilai siswa, sehingga
ketetapan standar bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan materi. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki kinerja sebesar 60-
153 79 yang berarti bahwa guru sering menetapkan standar keikutsertaan
siswa dalam program pengayaan, tetapi selebihnya standar ditetapkan berdasarkan kesesuaian dengan materi dan keadaan kemampuan siswa.
c Tindak lanjut dari program pengayaan Tindak lanjut setelah mengadakan program pengayaan adalah dengan
mengadakan evaluasi perihal program pengayaan tersebut apakah berhasil dengan baik atau masih membutuhkan pelatihan secara teratur.
Berdasarkan data yang memaparkan perihal tindak lanjut dari program pengayaan, sebanyak 28 guru 44,4 memiliki persentase kinerja
sebesar 100 yang berarti bahwa guru selalu melakukan tindak lanjut setelah mengadakan program pengayaan. Sebanyak 19 guru sebesar
30,2 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang artinya bahwa guru sangat sering melakukan tindak lanjut dari program
pengayaan, tetapi ada kalanya ketika guru tidak melakukan tindak lanjut dari program pengayaan yang dilakukan. Sebanyak 14 guru 22,2
memiliki kinerja sebesar 60-79 yang artinya bahwa guru sering melakukan tindak lanjut dari program pengayaan, tetapi selebihnya guru
melakukan tindak lanjut dari program pengayaan apabila menemui kondisi yang mengharuskan dalam mengadakan tindak lanjut dari
program pengayaan tersebut. Sebanyak dua 2 guru 3,2 mengaku tidak pernah melakukan tindak lanjut setelah diadakannya program
pengayaan siswa.
154 6 Melakukan tindakan refleksi untuk meningkatkan kualitas KBMPBM
a Melakukan tindakan refleksi Pemaparan dalam tabel disebutkan bahwa sebanyak 21 guru 33,3
memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru tersebut selalu melakukan tindakan refleksi secara rutin dan terencana. Sebanyak 27 guru
42,9 memiliki kinerja dengan persentase sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering melakukan tindakan refleksi secara rutin dan
terencana, tetapi ada kalanya refleksi ini dilakukan secara tidak terencana dan menyesuaikan dengan keadaan. Sebanyak 14 guru 22,2 memiliki
persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering melakukan tindakan refleksi, tetapi selebihnya dalam melakukan refleksi
dilakukan secara tidak terencana. Sebanyak satu 1 guru 1,6 memiliki persentase kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang melakukan
tindakan refleksi secara rutin dan terencana. b Pemanfaatan hasil refleksi terhadap PBM
Berdasarkan data pada tabel bahwa sebanyak 22 guru 34,9 memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu memanfaatkan
hasil refleksi yang didapat untuk memperbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar. Sebanyak 29 guru 46 memiliki persentase kinerja 80-99
yang berarti bahwa guru sangat sering memanfaatkan hasil refleksi untuk memperbaiki proses belajar mengajar, dan juga hasil refleksi ini
dimanfaatkan pula sebagai bahan untuk memperbaiki kinerja guru. Sebanyak 11 guru 17,5 memiliki persentase kinerja 60-79 yang
155 berarti bahwa guru sering memanfaatkan hasil refleksi yang digunakan
untuk kemajuan proses belajar mengajar, dam selebihnya dimanfaatkan pula untuk bahan memperbaiki kinerja guru. Sebanyak satu 1 guru
1,6 memiliki persentase kinerja 60 yang berarti bahwa guru jarang dalam memanfaatkan hasil refleksi untuk pengembangan proses belajar
mengajar maupun digunakan sebagai bahan perbaikan kualitas kinerja guru itu sendiri.
c Melakukan penelitian tindakan kelas Berdasarkan data dalam tabel bahwa sebanyak 16 guru 25,4
memiliki kinerja 100 yang berarti bahwa guru selalu melakukan penelitian untuk menetapkan tindakan kelas. Sebanyak 14 guru 22,2
memiliki persentase sebesar 80-99 yang berarti bahwa guru sangat sering melakukan penelitian untuk menetapkan tindakan kelas, tetapi ada
kalanya guru tidak menggunakan penelitian terlebih dahulu untuk melakukan tindakan kelas. Sebanyak 16 guru 25,4 memiliki
persentase kinerja sebesar 60-79 yang berarti bahwa guru sering melakukan penelitian untuk melakukan tindakan kelas, tetapi selebihnya
guru tidak melakukan penelitian terlebih dahulu untuk melakukan tindakan kelas. Sebanyak 10 guru 16 memiliki persentase kinerja
60 yang berarti bahwa guru jarang melakukan penelitian sebelum mengadakan tindakan kelas. Serta sebesar tujuh 7 guru 11
menyatakan tidak pernah melakukan penelitian untuk menetapkan tindakan kelas.
156 Berdasarkan pemaparan deskripsi dari kinerja guru bersertifikat pendidik
yang dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai evaluator, maka menghasilkan kategori kinerja guru sebagai evaluator sebagai berikut.
157 Tabel 24. Kategori Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam
Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Evaluator
No Indikator
Sub Indikator Skor
Peroleh an
Skor Max
Rata- rata
Kateg ori
a Menyusun
instrumen penilaian tes
dan instrumen
penilaian lain non-tes
1. Menyusun prosedur
penilaian 200
240 83
84,68 Sangat
baik 2.
Pengembangan instrumen penilaian
193 240
80 3.
Kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP
211 240
87,9 4.
Kesesuaian metode penilaian dengan objek
yang akan dinilai 209
240 87
b Penilaian
terhadap siswa secara
objektif 5.
Kesesuaian antara perolehan nilai dengan
prestasi 221
240 92
86,33 Sangat
baik 6.
Tidak menggunakan unsur kedekatanhubungan
kerabat dalam penilaian 170
240 71
7. Menilai dari berbagai
aspek 223
240 92,9
8. Relevansi antara penilaian
dengan tujuan 216
240 90
9. Menggunakan
keberagaman bentuk dan jenis penilaian
206 240
85,8
c Pemanfaatan
hasil penilaian dan
evaluasi 10. Pemanfaatan hasil
penilaian untuk merancang remedial atau pengayaan
194 240
81 83,33
Sangat Baik
11. Mengkomunikasikan hasil penilaian dengan
stakeholder 192
240 80
12. Pemanfaatan hasil penilaian untuk
peningkatan kualitas pembelajaran
214 240
89,2
d Mengadakan
remedial 13. Penetapan standar minimal
keikutsertaan remedial 207
240 86,3
84,37 Sangat
baik 14. Mengadakan tindak lanjut
program remedial 198
240 83
e Mengadakan
program pengayaan
15. Perencanaan program pengayaan
185 240
77 81,67
Sangat Baik
16. Penetapan standar minimal keikutsertaan program
pengayaan 204
240 85
17. Tindak lanjut program pengayaan
199 240
83
f Melakukan
tindakan refleksi
untuk meningkatka
n kualiatas KBM
18. Melakukan tindakan refleksi
194 240
80,8 75
Baik 19. Pemanfaatan hasil refleksi
terhadap PBM 198
240 83
20. Melakukan penelitian tindakan kelas
148 240
61,67
Total
3982 4800
Sangat Baik
Rata- Rata 82,56
158 Berdasarkan pada data dalam tabel mengenai kategori kinerja guru dalam
dimensi guru sebagai evaluator, maka berdasarkan indikator kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
guru sebagai evaluator dijelaskan sebagai berikut. 1 Menyusun instrumen penilaian tes dan non-tes
Indikator penyusunan instrumen penilaian tes dan non-tes terdiri dari beberapa sub-indikator yaitu menyusun prosedur penilaian tes dan non-tes
memiliki persentase sebesar 83 masuk pada kategori sangat baik, pengembangan instrumen penilaian memiliki persentase sebesar 80
masuk dalam kategori baik, kesesuaian instrumen penilaian dengan RPP memiliki persentase sebesar 87,9 yang masuk dalam kategori sangat
baik, dan kesesuaian metode penilaian dengan objek yang akan dinilai memiliki persentase sebesar 87 yang masuk dalam kategori sangat baik.
Rata-rata indikator penyusunan instrumen penilaian adalah 84,68, yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja baik dalam menyusun
instrumen penilaian. 2 Penilaian terhadap siswa secara objektif
Kegiatan penilaian siswa secara objektif menjadi salah unsur penting dalam melakukan program penilaian. Sub-indikator yang terkait dengan
penilaian secara objektif yaitu, kesesuaian antara perolehan nilai dengan prestasi yang diraih memiliki persentase sebesar 92 yang terdapat dalam
kategori sangat baik, tidak menggunakan unsur kekerabatan dalam penilaian memiliki persentase sebesar 71 yang masuk dalam kategori
159 baik, menilai dalam berbagai aspek memiliki persentase sebesar 92,9
yang masuk dalam kategori sangat baik, relevansi antara penilaian dengan tujuan pembelajaran memiliki persentase sebesar 90 yang masuk dalam
kategori sangat baik, dan variasi penilaian memiliki persentase sebesar 85,8 yang masuk dalam kategori sangat baik. Rata-rata dalam indikator
penilaian siswa secara objektif yaitu sebesar 86,33, yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja sangat baik dalam penilaian siswa
secara objektif. 3 Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi
Indikator pemanfaatan hasil penilaian memiliki beberapa sub-indikator yaitu mengenai pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan remedial
atau pengayaan memiliki persentase sebesar 81 yang masuk dalam kategori sangat baik, mengkomunikasikan hasil penilaian dengan
stakeholder memiliki persentase sebesar 80 yang masuk dalam kategori sangat baik, pemanfaatan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas
memiliki persentase sebesar 89,2 yang masuk dalam kategori sangat baik. Rata-rata indikator sebesar 83,33, yang berarti bahwa guru-guru
tersebut memiliki kinerja baik dalam memanfaatkan penilaian dan evaluasi untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar.
4 Mengadakan remedial Terdapat beberapa hal yang masuk didalam kegiatan pengadaan
remedial yaitu mengenai penetapan standar keikutsertaan remedial memiliki persentase sebesar 86,3 yang termasuk dalam kategori sangat
160 baik dan mengadakan tindak lanjut program remedial memiliki persentase
sebesar 83 yang terdapat dalam kategori baik. Rata-rata indikator pengadaan remedial yakni 84,37, yang berarti bahwa dalam
melaksanakan remedial guru-guru tersebut dalam kategori sangat baik. 5 Mengadakan program pengayaan
Mengadakan pengayaan memiliki hal-hal yang harus dilakukan yaitu perencanaan program pengayaan memiliki persentase sebesar 77 yang
terdapat dalam kategori baik, penetapan standar keikutsertaan program pengayaan memiliki persentase sebesar 85 yang terdapat dalam kategori
sangat baik, dan tindak lanjut program pengayaan memiliki persentase sebesar 83 yang terdapat dalam kategori sangat baik. Rata-rata indikator
yakni 81,67, yang berarti bahwa dalam mengadakan program pengayaan guru-guru tersebut memiliki kinerja dalam kategori sangat baik.
6 Melakukan tindakan refleksi untuk meningkatkan kualitas Tindakan refleksi adalah tindakan perwujudan adanya kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu antara lain mengenai tindakan refleksi yang dilakukan memiliki persentase
sebesar 80,8 yang terdapat dalam kategori sangat baik, pemanfaatan hasil refleksi terhadap PBM memiliki persentase sebesar 83 yang
terdapat dalam kategori sangat baik, dan melakukan penelitian tindakan kelas memiliki persentase sebesar 61,67 yang terdapat dalam kategori
baik. Indikator dalam melakukan tindakan refleksi ini menghasilkan rata-
161 rata sebesar 75, yang berarti bahwa dalam melakukan tindakan refleksi
memiliki kinerja yang baik. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja guru
sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru sebagai evaluator termasuk dalam kategori baik dengan persentase 82,56.
Berikut adalah wujud diagram batang dari kategori kinerja guru bersertifikat pendidik dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai
evaluator.
Gambar 12. Diagram Kinerja Guru SD Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Evaluator
d. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi guru
Kinerja guru dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan evaluator telah dijelaskan dan dipaparkan
berdasar pada data yang diperoleh. Berdasarkan pemaparan tersebut menghasilkan rangkuman kategori kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik sebagai
berikut.
1 2
3 4
5 6
Indikator 84,68
86,33 83,33
84,37 81,67
75,00 68,00
70,00 72,00
74,00 76,00
78,00 80,00
82,00 84,00
86,00 88,00
persenta se
Kinerja Guru SD Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru sebagai Evaluator
162 Tabel 25. Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan
Tupoksi Guru
No Dimensi
tupoksi guru Indikator
Skor peroleh
an Skor
Max Persent
ase Rata-
rata Kate-
gori
1 Pengajar
a. Merancang pembelajaran
470 480
97,9
82,64 Sanga
t Baik b. Menyampaikan
ilmu pengetahuan 589
720 81,8
c. Pemanfaatan sumbermedia
320 480
66,67 d. Melaksanakan
pembelajaran 1466
1680 87,26
e. Menilai 1337
1680 79,58
2 Pembimbing
a. Memberi bimbingan
594 720
82,5
78,35 Baik
b. Mencari kekuatan dan kelemahan
siswa 759
960 79
c. Memfasilitasi pengembangan
potensi siswa 537
720 74,58
d. Berkomunikasi efektif
430 480
89,58 e. Memberikan
latihan kepada siswa
357 480
74,37 f. Memberikan
penghargaan kepada siswa
503 720
69,86 g. Mengenal masalah
siswa dalam belajar 377
480 78,54
3 Evaluator
a. Menyusun instrumen penilaian
813 960
84,68
82,56 Sanga
t Baik b. Penilaian objektif
1036 1200
86,33 c. Pemanfaatan hasil
penilaian dan evaluasi
600 720
83,33 d. Mengadakan
remedial 405
480 84,37
e. Mengadakan program pengayaan
588 720
81,67 f.
Melakukan tindakan refleksi
540 720
75
Total 11721
14400
Rata-rata 81,19
Sang at
Baik
Pemaparan dalam tabel tersebut dan berdasarkan perhitungan sesuai data tabel 28 terlampir yang dikumpulkan bahwa kinerja guru sekolah dasar
163 bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru di
Kecamatan Mantrijeron mempunyai kinerja yang SANGAT BAIK dengan rata- rata persentase keseluruhan sebesar 81,19. Apabila diwujudkan dalam bentuk
diagram, berikut adalah diagram kinerja guru bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru.
Gambar 13. Diagram Kinerja Guru Sekolah Dasar Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru di Kecamatan Mantrijeron
C. Pembahasan
1. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan
tupoksi guru sebagai pengajar
UU Nomor 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa guru mempunyai tugas pokok yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan
mengevaluasi peserta didik. Berdasarkan undang-undang tersebut pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pengajar meliputi perihal penyelenggaraan
pengajar; 82,64
pembimbing; 78,35
evaluator; 82,56 rata-rata; 81,19
76 77
78 79
80 81
82 83
pengajar pembimbing
evaluator rata-rata
p er
se n
tase
kinerja
Kinerja Guru SD Bersertifikat Pendidik dalam Pelaksanaan Tupoksi Guru
pengajar pembimbing
evaluator rata-rata
164 belajar mengajar mulai dari perencanaannya hingga melakukan penilaian. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Suparlan 2005: 36 bahwa tugas guru sebagai pengajar yakni menyampaikan materi, melatih keterampilan, perancangan
pengajaran, pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas penilaian. Kinerja guru di Kecamatan Mantrijeron dalam penyusunan RPP mencapai
persentase sebesar 97,9 yang artinya bahwa guru-guru di kecamatan tersebut mayoritas menyusun RPP dengan sangat baik sebelum menyelenggarakan proses
pembelajaran. Hasil dari kinerja yang sangat baik tersebut disebabkan karena RPP memiliki peran yang sangat penting terhadap penyelenggaraan pendidikan. Seperti
yang dijelaskan dalam UU Nomor 19 Tahun 2005 bahwa RPP merupakan seperangkat rencana yang menggambarkan proses dan prosedur pengorganisasian
KBM untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RPP akan membawa proses pembelajaran menuju pencapaian kompetensi yang ditetapkan,
sehingga tingkat kepentingan dalam penyusunan RPP untuk penyelenggaran KBM membawa guru-guru di kecamatan tersebut memiliki kinerja yang sangat
baik dalam menyusun RPP. Kegiatan pemutakhiran ilmu yang dilakukan guru di Kecamatan
Mantrijeron memiliki kinerja yang sangat baik dengan persentase capaian sebesar 81,80, yang menunjukkan bahwa guru-guru tersebut memiliki kesadaran tinggi
akan pentingnya melakukan pengembangan kompetensi dengan pemutakhiran ilmu. Kinerja yang sangat baik yang ditunjukkan oleh guru-guru tersebut
merupakan implementasi dari Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan PKB yang dimuat pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
165 MENPAN RB Nomor 16 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa PKB adalah
pembaruan secara sadar akan pengetahuan dan peningkatan kompetensi guru sepanjang kehidupan kerjannya. Usaha yang dilakukan guru dalam melakukan
pemutakhiran ilmu yaitu demi memberikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman dengan harapan siswanya dapat menambah wawasan mereka terhadap
ilmu-ilmu yang nantinya bermanfaat untuk masa depan. Pemanfaatan sumber pembelajaran yang dilakukan guru-guru di
Kecamatan Mantrijeron ketika melaksanakan KBM tergolong dalam kategori baik yakni dengan capaian persentase 66,6. Capaian persentase tersebut tergolong
baik, tetapi untuk aspek pemanfaatan media dalam pelaksanaan KBM di zaman modern ini, capaian persentase tersebut perlu ditingkatkan lagi, karena media
sangat efektif dalam membantu siswa memahami pembelajaran. Sudjana 2002: 2 menyebutkan bahwa dengan memanfaatkan media maka pembelajaran akan lebih
menarik, mudah dipahami siswa dan metode pembelajaran pun akan lebih bervariasi. Berdasarkan pendapat Sudjana yang dikaitkan dengan capaian
persentase guru dalam memanfaatkan media ketika pembelajaran mengalami sedikit perbedaan. Ahli berpendapat bahwa media dapat menjadi salah satu sarana
agar mutu pendidikan dapat meningkat, tetapi apabila ditilik berdasarkan fakta yang ada, capaian persentase tersebut bukan hanya kesalahan guru yang tidak
memanfaatkan media, tetapi terdapat faktor lain yang melatarbelakanginya, salah satunya adalah keterbatasan media yang dimiliki sekolah, hingga menyebabkan
kurangnya penggunaan media dalam KBM.
166 Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru profesional terlihat
pada cara guru tersebut menciptakan kelas yang kondusif, penyampaian materi yang runtut, dan pengalokasian waktu pembelajaran secara tepat. Guru-guru di
kecamatan tersebut memiliki kinerja yang sangat baik dalam pelaksanaan pembelajaran yakni dengan capaian persentase kinerja 87,26. Pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan RPP dan dilaksanakan dengan baik merupakan salah satu cirri guru profesional, seperti yang dijelaskan dalam UU Guru Pasal 5
yang menyebutkan, “…memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya…”, hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru diwajibkan melaksanakan tugasnya dengan dedikasi tinggi yang berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan. Namun, ketika dalam
pelaksanaan pembelajaran mengalami beberapa kendala, seperti yang dihadapi oleh guru-guru di kecamatan tersebut dalam mengalokasikan waktu yang
menunjukkan kinerja yang kurang baik, maka hal tersebut perlu diberi perhatian bagi pihak terkait untuk mendapatkan tindak lanjut agar permasalahan tersebut
tidak berlarut-larut dan berdampak pada KBM. Ketika kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan, maka kegiatan
selanjutnya adalah kegiatan penilaian. Kinerja guru dalam menilai siswa tergolong baik dengan capaian persentase sebesar 79,58. Tujuan penilaian menurut
Buchari 1983: 7 merupakan kegiatan untuk mengetahui kemajuan anak dalam suatu periode tertentu dan untuk mengetahui tingkat efisiensi metode pendidikan
yang digunakan dalam jangka waktu tertentu. Senada dengan pendapat ahli tersebut bahwa guru di Kecamatan Mantrijeron memiliki kinerja baik dalam
167 menilai siswa dari berbagai aspek, baik aspek akademik maupun non-akademik
untuk mengetahui perkembangan anak serta untuk mengetahui tingkat efisiensi metode pendidikan.
2. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan
tupoksi guru sebagai pembimbing
Kinerja guru sebagai pembimbing memfokuskan pada pembimbingan siswa, baik pembimbingan dalam bidang akademik maupun pembimbingan diluar
bidang pendidikan tetapi masih memiliki keterkaitan. Guru sebagai pembimbing menurut Abin Syamsudin 2003 adalah guru yang dituntut pada identifikasi guru
terhadap kesulitan anak dalam belajar yang diikuti dengan pemecahan dari masalah
kesulitan anak
dalam belajar
tersebut. Terkait
dengan mengidentifikasikan kesulitan belajar anak, ketika guru menemui anak dengan
kesulitan dalam belajar, maka sebagai pembimbing guru bertugas memberikan pembimbingan. Pembimbingan ini cenderung kepada memberikan petunjuk
mengenai gaya belajar bagi siswa yang dapat disesuaikan dengan minat siswa. Mengidentifikasikan anak yang memiliki kesulitan belajar adalah kejadian yang
sering ditemui di pendidikan dasar karena usia pendidikan yang tergolong masih awal dan masih membutuhkan banyak bimbingan. Menyadari kondisi demikian,
maka guru-guru di kecamatan tersebut melakukan tugasnya sebagai pembimbing dengan senantiasa memberikan pembimbingannya kepada siswa dalam belajar.
Hal itu terbukti dengan perolehan kinerja sangat baik dengan capaian persentase 82,5.
Siswa merupakan pribadi yang memiliki keberagaman potensi dan kelemahan. Guru sebagai pembimbing tidak hanya terpaku pada pembimbingan
168 kesulitan siswa, tetapi juga mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan masing-
masing siswa. Identifikasi tersebut bertujuan agar guru dapat mengetahui potensi siswa yang akan diarahkan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki, dan ketika
menemui siswa yang memiliki kekurangan, maka guru bertugas membimbingnya agar kekurangan tersebut dapat ditekan. Guru-guru di kecamatan tersebut
menyadari pentingnya mengetahui kepribadian siswa baik berkaitan dengan kemampuan maupun kekurangan siswa agar guru mudah dalam mengadakan
pembimbingan sesuai dengan bakat dan minat siswa. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Andi M 2013 bahwa membimbing merupakan aspek yang
mendidik siswa, karena tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan saja, tetapi juga
menyangkut pengembangan
kepribadian siswa.
Kinerja dalam
mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan siswa ini dilakukan dengan baik yang dibuktikan dengan perolehan kinerja sebesar 79.
Ketika guru-guru tersebut mengetahui apa yang menjadi kelebihan siswa, maka tugas selanjutnya adalah memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
potensinya sehingga potensi tersebut dapat dikembangkan sedari dini. Fox dalam Celdic 1995: 23 menyebutkan bahwa tugas guru salah satunya adalah dengan
menyediakan situasi dan pengalaman untuk membantu siswa dalam perkembangan potensi yang dimiliki. Hal tersebut senada dengan yang dilakukan
guru-guru di Kecamatan Mantrijeron bahwa pembimbingan dilakukan dengan memfasilitasi potensi siswa, yang dibuktikan dengan hasil kinerja yang baik yang
dilakukan oleh guru dengan capaian persentase sebesar 74,58 yang berarti bahwa guru di kecamatan tersebut memberikan ruang gerak bagi siswa agar
169 mengembangkan potensi yang dimiliki, karena guru-guru tersebut memahami
pentingnya pemberian ruang gerak siswa dalam mengembangkan bakat dan minat masing-masing.
Pembimbingan siswa dilakukan dengan menggunakan arahan baik lisan maupun tulisan yang dikombinasikan sesuai dengan kondisi ketika KBM.
Komunikasi ini dilakukan dengan tujuan agar guru secara efektif menjalin komunikasi dengan siswa untuk mencoba memahami apa yang menjadi keluhan
atau pendapat yang diutarakan oleh siswa karena komunikasi yang dijalin secara efektif akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal tersebut dipertegas dengan
pendapat M. Sobri 2007: 68 bahwa komunikasi efektif yang dijalin antara guru dengan siswa akan mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa. Sesuai dengan
pendapat yang dipaparkan, guru-guru di kecamatan tersebut berusaha menjalin komunikasi dengan siswa secara efektif yang dilakukan baik secara tertulis
maupun lisan dengan menghasilkan kinerja sangat baik dengan capaian persentase 89,58
Pembimbingan siswa yang dilakukan terkait bidang akademik dilakukan dengan perwujudan memberikan tugas atau latihan bagi siswa. Pembimbingan
yang dilakukan dalam segi akademik ini dilakukan oleh guru-guru di Kecamatan Mantrijeron dengan capaian kinerja yang baik dengan persentase sebesar 74,37.
Hal tersebut senada dengan Roestiyah 2001: 133 bahwa teknik pemberian tugas bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih matang. Apabila dikaitkan
maka pemberian bimbingan pemberian latihan atau tugas kepada siswa dapat merangsang siswa untuk aktif belajar dan mengerjakan soal, sehingga hasilnya
170 akan maksimal. Selain itu, dalam sudut pandang guru, pemberian latihan ini
digunakan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru sebelumnya.
Ketika siswa melaksanakan tugasnya dengan baik dan mendapatkan prestasi dalam belajar, guru dapat memanfaatkan hal tersebut untuk memotivasi
siswa lainnya untuk melakukan hal yang sama dengan memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi. Pemberian penghargaan bagi siswa berprestasi tersebut
dilakukan guru-guru di kecamatan tersebut dengan baik dengan capaian persentase sebesar 69,86. Capaian persentase tersebut masih tergolong rendah,
apabila dilihat dari sudut pandang manfaat yang ditimbulkan dari pemberian penghargaan kepada siswa berprestasi tersebut. Menurut Zainudin 1991: 86
penghargaan merupakan fungsi reinforcement atau fungsi penguatan yang mendorong anak untuk meningkatkan prestasi yang pernah diraih. Pemberian
penghargaan juga akan mendorong siswa lain untuk meningkatkan prestasi belajaranya agar mendapatkan penghargaan tersebut, sehingga akan tercapai
kondisi kelas yang kondusif karena siswa akan melakukan persaingan sehat dalam meningkatkan prestasi belajar.
Guru sebagai pembimbing yang dalam hal ini merupakan guru kelas yang juga merupakan wali kelas, bertugas untuk mengidentifikasikan siswa yang
mengalami permasalahan. Mengidentifikasi masalah yang dialami siswa bertujuan untuk memahami karakteristik siswa, karena hal tersebut akan mempengaruhi
aktivitas siswa ketika KBM berlangsung. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Yunita 2013 bahwa masalah belajar adalah suatu kondisi yang dialami siswa dan
171 menghambat kelancaran proses yang dilakukan dalam memperoleh perubahan.
Terkait dengan hal tersebut maka guru-guru di Kecamatan Mantrijeron melakukan pembimbingan untuk memahami masalah yang dihadapi siswa agar dapat
menimalisir dampak yang ditimbulkan dari siswa yang memiliki masalah, khususnya masalah dalam belajar. Terbukti dengan kinerja baik dengan capaian
persentase sebesar 78,54 terkait aspek pemahaman masalah siswa dan berusaha untuk mencari solusi dari masalah tersebut.
3. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaa
tupoksi guru sebagai evaluator
Hal yang perlu dipersiapkan ketika akan melakukan evaluasi yaitu menyusun instrumen terlebih dahulu yang digunakan untuk menilai. Penyusunan
ini bertujuan agar aspek-aspek yang akan dinilai menjadi lebih jelas dan runtut. Nana Sudjana 1995: 9 menyebutkan bahwa dalam menilai hendaknya dirancang
sedemikian rupa sehingga jelas bagian yang dinilai, materi penilaiannya, alat penilaiannya dan interpretasi hasil penilaian. Melihat pentingnya melakukan
penyusunan instrumen, guru-guru di Kecamatan Mantrijeron senantiasa melakukan penyusunan instrumen yang digunakan sebelum mengadakan penilaian
yakni dengan kinerja yang sangat baik dengan capaian persentase sebesar 84,68. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru-guru tersebut ingin melakukan proses
penilaian dengan valid, sehingga hasil dari penilaian pun merupakan hasil yang sesungguhnya.
Kegiatan penilaian seyogyanya dilakukan secara objektif. Hal tersebut dimaksudkan agar penilaian dapat dilakukan dengan adil tanpa diskriminasi dan
murni berdasarkan pada prestasi siswa. Hal tersebut diperkuat dengan Nana
172 Sudjana 1995: 9 bahwa untuk memperoleh hasil penilaian yang objektif maka
penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian yang komprehensif yaitu dalam segi afeksi, kognitif dan psikomotoris. Senada dengan penguatan teori
terhadap prinsip objektivitas guru dalam penilaian, guru-guru di Kecamatan Mantrijeron dalam melakukan penilaian secara objektif pun memiliki kinerja yang
sangat baik dengan capaian persentase sebesar 86,33. Ketika pelaksanaan penilaian selesai dilakukan, Nana Sudjana 1995: 9
menyebutkan bahwa penilaian diikuti dengan tindak lanjutnya yaitu dengan memanfaatkan hasil penilaian tersebut. Pemanfaatan tersebut digunakan untuk
mengambil kebijakan terkait hasil penilaian tersebut. Guru-guru di Kecamatan Mantrijeron pun melakukan hal yang sama yakni menggunakan hasil penilaian
untuk mengambil tindak lanjut dengan persentase kinerja sebesar 83,33 yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja yang sangat baik dalam
melakukan tindak lanjut setelah diadakannya penilaian. Pengadaan tindak lanjut yang dilakukan guru terhadap siswa yang masih memiliki hasil yang kurang dari
standar kompetensi guru, dilakukan dengan mengadakan remedial. Program remedial tersebut merupakan program pengulangan materi yang belum bisa
dikuasai siswa, sehingga siswa diberikan pelajaran pengulangan agar materi tersebut dapat dikuasai secara utuh. Pengadaan program remedial oleh guru-guru
di Kecamatan Mantrijeron ini memiliki kinerja yang sangat baik dengan persentase kinerja sebesar 84,37. Terkait dengan tindak lanjut yang dilakukan
terhadap siswa yang telah dianggap mampu dalam penguasaan materi yaitu dengan mengadakan program pengayaan. Program ini ditujukan bagi siswa yang
173 dikategorikan mampu dan dianggap cukup untuk dilakukannya penambahan
materi atau penambahan dari perkembangan materi. Tindak lanjut yang berupa pengadaan program pengayaan ini dilakukan dengan kinerja yang sangat baik oleh
guru-guru di kecamatan tersebut dengan capaian persentase sebesar 81,67. Akhir dari tugas pokok guru sebagai evaluator yaitu melakukan refleksi.
Tindakan refleksi ini dilakukan untuk melihat secara menyeluruh mengenai tahapan proses evaluasi mulai dari perencanaan hingga tindak lanjut. Proses ini
dilakukan untuk menganalisis penggunaan metode penilaian yang ketika diimplemenasikan apakah akurat dan objektif, dan hasil dari tindakan refleksi ini
dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan pada tahun ajaran atau periode berikutnya. Melihat pentingnya tindakan refleksi ini, guru-guru di Kecamatan
Mantrijeron melakukan tindakan refleksi ini dengan baik yakni dengan capaian persentase sebesar 75. Guru-guru tersebut memahami bahwa tindakan refleksi
penting dilakukan bagi keberlangsungan pelaksanaan pembelajaran yakni sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan lanjutan.
4. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi guru
Kinerja guru bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru memiliki kinerja yang sangat baik dengan capaian persentase sebesar
81,19. Capaian persentase kinerja tersebut merupakan capaian rata-rata secara keseluruhan dari pelaksanaan guru sebagai pengajar, sebagai pembimbing dan
sebagai evaluator. Pelaksanaan tupoksi guru sebagai pengajar memiliki ketercapaian persentase sebesar 82,64 yang artinya memiliki kinerja sangat
baik, guru sebagai pembimbing memiliki ketercapaian persentase sebesar 78,35
174 yang artinya memiliki kinerja baik, dan guru sebagai evaluator memiliki
ketercapaian persentase sebesar 82,56 yang artinya memiliki kinerja sangat baik.
Pelaksanaan tupoksi yang memiliki rata-rata kinerja sangat baik tersebut disebabkan karena guru-guru bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron
secara keseluruhan memenuhi kualifikasi akademik yang didukung dengan pemenuhan kompetensi dasar guru seperti yang tertuang dalam Permendiknas
Nomor 14 Tahun 2005 yakni guru wajib memiliki kualifikasi akademik, memiliki kompetensi kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian,
memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memuat kondisi yang merupakan keterbatasan wilayah generalisasi hasil penelitian. Kondisi tersebut berkenaan dengan subjek penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru kelas yang telah bersertifikat pendidik, tetapi tidak mencakup di dalam guru agama dan guru olahraga. Dengan
demikian hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan untuk seluruh guru sekolah dasar di Kecamatan Mantrijeron, melainkan hanya guru kelas saja.
175
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Guru sekolah dasar bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron dilihat dalam dimensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru memiliki kinerja sangat
baik dengan capaian persentase sebesar 81,19. Dilihat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pengajar, pembimbing dan evaluator menghasilkan
kesimpulan berikut. 1. Guru sekolah dasar bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pengajar memiliki kinerja sangat baik dengan capaian persentase sebesar 82,64. Namun, dilihat dari
beberapa aspek dalam tugas guru sebagai pengajar terdapat hal yang kurang baik, yaitu sebanyak 35 guru 55,6 guru bersertifikat pendidik tidak pernah
melakukan penelitian, dan aspek pengalokasian waktu ketika pembelajaran tergolong dalam kategori kurang baik dengan persentase kinerja sebesar
54,2. 2. Guru sekolah dasar bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai pembimbing memiliki kinerja baik dengan persentase sebesar 78,35.
3. Guru sekolah dasar bersertifikat pendidik di Kecamatan Mantrijeron dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai evaluator memiliki kinerja
sangat baik dengan persentase sebesar 82,56.