Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaa

171 menghambat kelancaran proses yang dilakukan dalam memperoleh perubahan. Terkait dengan hal tersebut maka guru-guru di Kecamatan Mantrijeron melakukan pembimbingan untuk memahami masalah yang dihadapi siswa agar dapat menimalisir dampak yang ditimbulkan dari siswa yang memiliki masalah, khususnya masalah dalam belajar. Terbukti dengan kinerja baik dengan capaian persentase sebesar 78,54 terkait aspek pemahaman masalah siswa dan berusaha untuk mencari solusi dari masalah tersebut.

3. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaa

tupoksi guru sebagai evaluator Hal yang perlu dipersiapkan ketika akan melakukan evaluasi yaitu menyusun instrumen terlebih dahulu yang digunakan untuk menilai. Penyusunan ini bertujuan agar aspek-aspek yang akan dinilai menjadi lebih jelas dan runtut. Nana Sudjana 1995: 9 menyebutkan bahwa dalam menilai hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas bagian yang dinilai, materi penilaiannya, alat penilaiannya dan interpretasi hasil penilaian. Melihat pentingnya melakukan penyusunan instrumen, guru-guru di Kecamatan Mantrijeron senantiasa melakukan penyusunan instrumen yang digunakan sebelum mengadakan penilaian yakni dengan kinerja yang sangat baik dengan capaian persentase sebesar 84,68. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru-guru tersebut ingin melakukan proses penilaian dengan valid, sehingga hasil dari penilaian pun merupakan hasil yang sesungguhnya. Kegiatan penilaian seyogyanya dilakukan secara objektif. Hal tersebut dimaksudkan agar penilaian dapat dilakukan dengan adil tanpa diskriminasi dan murni berdasarkan pada prestasi siswa. Hal tersebut diperkuat dengan Nana 172 Sudjana 1995: 9 bahwa untuk memperoleh hasil penilaian yang objektif maka penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian yang komprehensif yaitu dalam segi afeksi, kognitif dan psikomotoris. Senada dengan penguatan teori terhadap prinsip objektivitas guru dalam penilaian, guru-guru di Kecamatan Mantrijeron dalam melakukan penilaian secara objektif pun memiliki kinerja yang sangat baik dengan capaian persentase sebesar 86,33. Ketika pelaksanaan penilaian selesai dilakukan, Nana Sudjana 1995: 9 menyebutkan bahwa penilaian diikuti dengan tindak lanjutnya yaitu dengan memanfaatkan hasil penilaian tersebut. Pemanfaatan tersebut digunakan untuk mengambil kebijakan terkait hasil penilaian tersebut. Guru-guru di Kecamatan Mantrijeron pun melakukan hal yang sama yakni menggunakan hasil penilaian untuk mengambil tindak lanjut dengan persentase kinerja sebesar 83,33 yang berarti bahwa guru-guru tersebut memiliki kinerja yang sangat baik dalam melakukan tindak lanjut setelah diadakannya penilaian. Pengadaan tindak lanjut yang dilakukan guru terhadap siswa yang masih memiliki hasil yang kurang dari standar kompetensi guru, dilakukan dengan mengadakan remedial. Program remedial tersebut merupakan program pengulangan materi yang belum bisa dikuasai siswa, sehingga siswa diberikan pelajaran pengulangan agar materi tersebut dapat dikuasai secara utuh. Pengadaan program remedial oleh guru-guru di Kecamatan Mantrijeron ini memiliki kinerja yang sangat baik dengan persentase kinerja sebesar 84,37. Terkait dengan tindak lanjut yang dilakukan terhadap siswa yang telah dianggap mampu dalam penguasaan materi yaitu dengan mengadakan program pengayaan. Program ini ditujukan bagi siswa yang 173 dikategorikan mampu dan dianggap cukup untuk dilakukannya penambahan materi atau penambahan dari perkembangan materi. Tindak lanjut yang berupa pengadaan program pengayaan ini dilakukan dengan kinerja yang sangat baik oleh guru-guru di kecamatan tersebut dengan capaian persentase sebesar 81,67. Akhir dari tugas pokok guru sebagai evaluator yaitu melakukan refleksi. Tindakan refleksi ini dilakukan untuk melihat secara menyeluruh mengenai tahapan proses evaluasi mulai dari perencanaan hingga tindak lanjut. Proses ini dilakukan untuk menganalisis penggunaan metode penilaian yang ketika diimplemenasikan apakah akurat dan objektif, dan hasil dari tindakan refleksi ini dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan pada tahun ajaran atau periode berikutnya. Melihat pentingnya tindakan refleksi ini, guru-guru di Kecamatan Mantrijeron melakukan tindakan refleksi ini dengan baik yakni dengan capaian persentase sebesar 75. Guru-guru tersebut memahami bahwa tindakan refleksi penting dilakukan bagi keberlangsungan pelaksanaan pembelajaran yakni sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan lanjutan.

4. Kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik dalam pelaksanaan