Implementasi Nilai Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar
37 Selanjutnya, upaya penanaman nilai-nilai karakter, termasuk nilai
peduli lingkungan perlu melibatkan semua warga sekolah. Keterlibatan warga sekolah meliputi perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan
prasarana serta lingkungan sekolah sebagaimana pernyataan yang dikemukakan Kemendiknas 2011: 69 berikut.
Keterlibatan semua warga sekolah, terutama peserta didik dalam perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana serta
lingkungan sekolah sangat diperlukan dalam rangka membangun atau membentuk karakter peserta didik. Kondisi lingkungan sekolah
yang bersih, indah, dan nyaman dengan melibatkan siswa secara aktif akan menumbuhkan rasa memiliki, tanggung jawab dan
komitmen dalam dirinya untuk memelihara semua itu. Dengan demikian, diharapkan seluruh warga sekolah, menjadi peduli
terhadap lingkungan sekolah, baik fisik maupun sosialnya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembentukan karakter lebih didasarkan dan ditekankan pada penerapan dalam kehidupan
sehari-hari dengan menyentuh ranah afektif apresiasi dan psikomotorik menjadi kebiasaan dalam perilaku. Artinya, tidak sekedar merujuk pada
ranah kognitif dalam bentuk teori dan konsep. Pada dasarnya, implementasi nilai-nilai karakter, termasuk nilai
peduli lingkungan di tingkat satuan pendidikan dilakukan berdasarkan
grand design
strategi pelaksanaan dari Kemendiknas yang tercantum dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah. Berikut ini
adalah strategi pelaksanaan pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan yang dikemukakan Kemendiknas 2010: 14-18.
38 a.
Program Pengembangan Diri Dalam
program pengembangan
diri, perencanaan
dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui pengintegrasian ke
dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Integrasi tersebut dilakukan melalui beberapa hal berikut.
1 Kegiatan rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya, piket
kelas, pemeriksaan kebersihan badan setiap hari Senin, dan sebagainya.
2 Kegiatan spontan
Sesuai dengan istilah “spontan” maka kegiatan ini dapat dimengerti bahwa pelaksanaan kegiatan dilakukan secara spontan
pada saat itu juga. Kegiatan spontan biasanya dilakukan berkaitan dengan sikap atau perilaku positif maupun negatif. Kegiatan
spontan terhadap sikap dan perilaku positif dilakukan sebagai bentuk tanggapan sekaligus penguatan atas sikap dan perilaku
positif siswa. Hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwa sikap dan perilaku siswa yang positif tersebut sudah baik dan perlu
dipertahankan sehingga dapat dijadikan teladan bagi teman-teman yang lain. Sementara itu, kegiatan spontan terhadap sikap dan
perilaku negatif dilakukan sebagai bentuk pemberian pengertian dan bimbingan bagaimana sikap dan perilaku yang baik.
39 3
Keteladanan Keteladanan yang dimaksud di sini adalah perilaku, sikap
guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi siswa yang lain. Hal ini senada dengan pernyataan Hasbullah 2005: 29 bahwa teladan akan melahirkan
gejala identifikasi positif, yaitu penyamaan diri dengan orang yang ditiru dan identifikasi positif ini penting dalam pembentukan
kepribadian. Michael Borba 2008: 13 juga mengemukakan pentingnya
keteladanan yang dalam penjelasannya lebih menunjuk pada bagaimana membantu
anak atau siswa dalam “menangkap” kebajikan pembangun kecerdasan moral. Pernyataan ini juga
selaras jika dikaitkan dengan keteladanan dalam upaya implementasi nilai peduli lingkungan dalam pendidikan karakter.
Michael Borba menyatakan bahwa mengajarkan kebajikan kepada anak tidak sama pengaruhnya dibandingkan menunjukkan kualitas
kebajikan tersebut dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa guru perlu menjadikan keseharian sebagai contoh nyata kebajikan yang
dimaksud agar anak dapat melihat secara langsung. Kondisi tersebut menjadi cara paling baik dalam membantu anak
menangkap” kebajikan yang dimaksud serta mau menerapkan dalam kehidupan sekarang maupun di masa mendatang.
40 4
Pengkondisian Pengkondisian dilakukan dengan penciptaan kondisi yang
mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya tempat sampah disediakan di berbagai tempat dan selalu dibersihkan,
sekolah yang rapi, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas, dan sebagainya.
b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran
Implementasi nilai-niai karakter diintegrasikan ke dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut
dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui langkah-langkah berikut.
1 Mengkaji Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD
pada Standar Isi untuk menentukan apakah nilai-nilai karakter yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya.
2 Menggunakan Tabel keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai
dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan. 3
Mencantumkan nilai-nilai karakter ke dalam silabus. 4
Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam dilabus ke dalam RPP.
5 Mengembangkan proses pembelajaran siswa secara aktif yang
memungkinkan siswa
memiliki kesempatan
melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang
sesuai.
41 6
Memberikan bantuan kepada siswa, baik yang mengalami kesulitan
untuk menginternalisasi
nilai maupun
untuk menunjukkannya dalam perilaku.
c. Budaya Sekolah
Budaya sekolah memiliki cakupan yang luas, meliputi ritual, harapan,
hubungan, demografi,
kegiatan kurikuler,
kegiatan ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun
interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat siswa berinteraksi dengan
sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok
masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang
berlaku di suatu sekolah. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah ini meliputi kegiatan-kegiatan yang
dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan siswa dan menggunakan fasilitas sekolah.
Di samping implementasi pendidikan karakter melalui program pengembangan diri, integrasi dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah,
Kemendiknas juga
mengemukakan pernyataan
tentang proses
pembelajaran pendidikan karakter. Menurut Kemendiknas 2010: 19-21 pembelajaran pendidikan karakter menggunakan pendekatan proses belajar
siswa aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan luar sekolah masyarakat.
42 a.
Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan
kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. b.
Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti oleh seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah
tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan dalam Kalender Akademik, dan
dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. c.
Luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah
sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa strategi implementasi nilai-nilai dalam pendidikan karakter di tingkat satuan
pendidikan dapat dilakukan melalui program pengembangan diri kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian, integrasi dalam
mata pelajaran, serta budaya sekolah. Pembelajaran pendidikan karakter juga menekankan pendekatan proses belajar siswa aktif berpusat pada
anak yang dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan luar sekolah masyarakat. Selanjutnya, deskripsi nilai peduli
lingkungan dan dua strategi implementasi nilai-nilai karakter akan
dijadikan acuan dalam penyusunan pedoman observasi dan pedoman wawancara dalam penelitian ini.
43