56
F. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan menuju sekolah
adiwiyata di SDN Tukangan Yogyakarta jika dilihat dari aspek kebijakan
sekolah?
2. Bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan menuju sekolah
adiwiyata di SDN Tukangan Yogyakarta jika dilihat dari aspek budaya
sekolah?
3. Apa saja kendala-kendala dalam implementasi nilai peduli lingkungan
menuju sekolah adiwiyata di SDN Tukangan Yogyakarta?
57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Sebab, peneliti bermaksud memahami suatu situasi sosial secara mendalam dengan
data deskriptif berupa kata-kata. Adapun situasi sosial yang dimaksud adalah implementasi nilai peduli lingkungan menuju sekolah adiwiyata di SDN
Tukangan Yogyakarta. Hal ini senada dengan pernyataan Bogdan dan Taylor Lexy J. Moleong, 2012: 4 yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini juga didasarkan pada suatu alasan tertentu. Sugiyono 2009: 292 mengemukakan alasan
penggunaan pendekatan kualitatif melalui pernyataan berikut. Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena,
permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan
metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman wawancara.Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasi
sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.
B. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dalam penelitian ini. Sebab, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, memahami, dan
menjelaskan implementasi nilai peduli lingkungan menuju sekolah adiwiyata di SDN Tukangan Yogyakarta.
58 Jenis penelitian deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan keadaan dan fakta objek atau subjek secara sistematis melalui kata-kata. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi 2011: 157 yang
menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian di mana pengumpulan data dilakukan untuk mengetes pertanyaan penelitian yang
berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang, melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.
Jenis penelitian deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan dan fakta objek atau subjek secara sistematis melalui
kata-kata. Makna deskriptif di sini juga berkaitan dengan penyajian dan analisis data dalam penulisan laporan penelitian. Artinya, laporan penelitian
berisi kutipan-kutipan data sebagai gambaran penyajian laporan dan dengan analisis data sebagaimana bentuk yang asli atau nyata. Data yang diperoleh
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka dari naskah wawancara, catatan lapangan hasil observasi, foto-foto kegiatan peduli lingkungan, dan
dokumen Kurikulum SDN Tukangan Yogyakarta.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Peneliti menggunakan teknik
purposive
untuk menetapkan informan selaku subjek penelitian, terutama informan dalam pengambilan data melalui
wawancara. Penetapan informan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan kesesuaian dengan kerangka kerja penelitian. Peneliti menetapkan informan
berdasarkan tujuan dalam melakukan penelitian mengenai implementasi nilai
peduli lingkungan menuju sekolah adiwiyata di sekolah.
59 Dalam penelitian ini, Ibu Dw selaku kepala sekolah menjadi informan
kunci. Dari kepala sekolah, peneliti memperoleh data tentang visi sekolah, implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tukangan Yogyakarta menuju
sekolah adiwiyata, beserta kendala-kendala implementasinya. Peneliti juga menggali informasi secara langsung dari beberapa guru.
Ada tiga orang guru yang dijadikan informan dalam penelitian ini, yaitu Bapak Su selaku guru pengampu Penjas, Ibu En selaku guru kelas IV B, dan
Ibu Ka selaku guru kelas II B. Bapak Su dan Ibu En merupakan informan rekomendasi dari kepala sekolah saat peneliti menanyakan informan lain yang
dapat memberikan data atau informasi serupa. Peneliti juga menetapkan Ibu Ka selaku guru kelas II B sebagai informan dengan pertimbangan pribadi
peneliti yang sering menjumpai Ibu Ka melakukan pendampingan terhadap siswa saat kegiatan piket berlangsung.
Penetapan Bapak Su dan Ibu En sebagai informan tidak semata-mata didasarkan pada rekomendasi dari kepala sekolah saja. Rekomendasi dari
kepala sekolah tersebut menjadi faktor pendukung bagi peneliti dalam menetapkan kedua guru tersebut sebagai informan. Sebab, peneliti juga sudah
sempat memikirkan dua nama guru tersebut untuk menjadi informan sebelum akhirnya meminta saran dan rekomendasi dari kepala sekolah.
Ada pertimbangan pribadi dari peneliti berkaitan dengan penetapan awal informan sebelum mendapat rekomendasi dari kepala sekolah. Menurut
penilaian peneliti, Bapak Su yang merupakan pengampu PenjasOlahraga memiliki pengetahuan bahkan pengalaman dalam hal implementasi nilai
lingkungan. Dengan demikian, peneliti berpikir bahwa Bapak Su mampu