50
Tabel 6. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Standar Implementasi
Pencapaian A.
Ketersediaan sarana
prasarana pendukung
yang ramah
lingkungan 1.
Menyediakan sarana prasarana
untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di
sekolah Tersedianya 6 enam sarana prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di sekolah sesuai dengan standar sarana dan prasarana Permendiknas No. 24 tahun
2007, seperti: air bersih, sampah penyediaan tempat sampah terpisah, komposter, tinja, air limbahdrainase,
ruang terbuka hijau, kebisingangetaranradiasi, dll
2. Menyediakan sarana
prasarana untuk
mendukung pembelajaran
lingkungan hidup di sekolah
Tersedianya 6 enam sarana prasarana pendukung pembelajaran
lingkungan hidup,
antara lain:
pengomposan, pemanfaatan
dan pengolahan
air, hutantamankebun sekolah,
green house
, toga, kolam ikan, biopori, sumur resapan, biogas, dll.
B. Peningkatan
kualitas pengelolaan
dan pemanfaatan
sarana
dan prasarana yang
ramah lingkungan
1. Memeliharan sarana
dan prasarana sekolah yang
ramah lingkungan
Terpeliharanya 3 tiga sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya, seperti:
Ruang memiliki pengaturan udara dan ventilasi udara secara alami.
Pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh Menggunakan
paving block
2. Meningkatkan
pengelolaan dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah
Tersedianya 4 empat unsur mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan sarana meliputi: penanggung jawab, tata
tertib, pelaksana daftar piket, pengawas, dll terkait dalam kegiatan penyediaan dan pemakaian sarana
fasilitas sanitasi sekolah
3. Memanfaatkan listrik,
air, dan ATK secara efisien
20 efisiensi pemanfaatan listrik, air, dan ATK. 4.
Meningkatkan kualitas
pealayanan kantin
sehat dan
ramah lingkungan Kantin melakukan 3 tiga upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan, meliputi:
Kantin tidak menjual makananminuman yang mengandung bahan pengawetpengenyal, pewarna,
perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan. Kantin
tidak menjual
makanan yang
tercemarterkontaminasi, kadaluarsa. Kantin tidak menjual makanan yang dikemas tidak
ramah lingkungan,
seperti: plastik,
styrofoam
, aluminium foil.
Sumber: KemenLH dan Kemendikbud 2011: 19-20 Dari uraian masing-masing komponen tersebut kiranya dapat dipahami
bahwa setiap komponen terdiri dari dua standar. Sementara itu, ada satu hingga lima bentuk implementasi dari setiap standar komponen. Perbedaan
jumlah ini tentu sudah didasarkan pada berbagai pertimbangan, termasuk tujuan demi keterlaksanaan program sekolah adiwiyata di tingkat satuan
pendidikan.
51
D. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian An-Nisa Apriani dalam penelitiannya yang berjudul
Implementasi Pendidikan Nilai di Sekolah Dasar Tumbuh 1 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan
nilai di SD Tumbuh 1 Yogyakarta, proses implementasi pendidikan nilai beserta kendala-kendala dalam pembelajaran
living values
pada kelas
prep
dan pendidikan kewarganegaraan PKn pada kelas satu SD Tumbuh 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
pendidikan nilai di SD Tumbuh 1 Yogyakarta meliputi penanaman nilai dalam model bidang studi, terintegrasi, dan luar pengajaran. Penanaman
nilai dalam bidang studi
living values
dan PKn dijabarkan dalam perencanaan diwujudkan dengan penyusunan silabus dan gambaran
program, pelaksanaan penerapan metode pembelajaran yang berorientasi pada model
active learning
yang didukung dengan metode lain yang sesuai untuk mengajarkan nilai moral dan media pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran diwujudkan dengan penerapan penilaian proses dan hasil. Sementara itu, ditemukan pula kendala-kendala dalam
pembelajaran
living values
, yaitu kesulitan dalam mempersiapkan media dan lembar kerja, siswa membutuhkan waktu lama untuk memahami
konsep dan penugasan materi nilai kedamaian, dan siswa mengulang perilaku yang belum sesuai dengan nilai-nilai moral serta dalam
pembelajaran PKn, siswa juga masih mengulang perilaku yang belum
52 sesuai dengan nilai-nilai moral. Adapun relevansi penelitian tersebut
dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam skripsi ini terletak pada aspek kendala-kendala implementasi nilai nilai peduli lingkungan yang
terjadi terutama dari siswa yang juga menjadi subjek dalam penelitian. 2.
Penelitian Ulya Nurul Aini dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter di SD Negeri Kraton Yogyakarta”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman kepala sekolah dan guru tentang pengertian pendidikan karakter, nilai-nilai
karakter yang dikembangkan, dan implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Kraton Yogyakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
pemahaman pengertian pendidikan karakter antara kepala sekolah dan guru tidak jauh berbeda. Kepala sekolah memahami pendidikan karakter
untuk mendidik dan membentuk anak-anak agar berkepribadian baik. Guru memahami pendidikan karakter sebagai suatu tuntunan dalam
membentuk kepribadian anak supaya memiliki perilaku yang baik dan akhlak yang bagus. Nilai karakter yang dikembangkan adalah religius,
jujur, disiplin, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Bentuk implementasi pendidikan
karakter di SD Negeri Kraton Yogyakarta terintegrasi dalam program pengembangan diri kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan
pengkondisian, mata pelajaran, dan budaya sekolah kegiatan kelas, sekolah, dan luar sekolah. Adapun relevansi penelitian tersebut dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam laporan skripsi ini terletak pada aspek bentuk umum implementasi pendidikan karakter nilai peduli
53 lingkungan, terutama bentuk implementasi yang terintegrasi dalam
program pengembangan diri serta budaya sekolah.
E. Kerangka Berpikir
Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan alam maupun sosial dengan suatu hubungan timbal balik.
Keseimbangan alam memiliki keterkaitan mempengaruhi dan dipengaruhi dengan perilaku manusia. Alam beserta isinya diciptakan Tuhan untuk
kesejaheraan manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk berakal dan pemimpin di muka bumi. Oleh karena itu, manusia perlu menjaga
keharmonisan interaksinya dengan alam, termasuk dengan Tuhan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap Tuhan dan sesama sekaligus demi
keberlangsungan dan kesejahteraan hidupnya. Ketika manusia mulai menunjukkan ketidakharmonisan interaksinya
dengan alam, sesama, serta Tuhan dengan perilaku desruktif terhadap alam maka sebenarnya manusia telah mengalami kerugian. Kerugian ini tercermin
dari berbagai kerusakan lingkungan yang berdampak pada timbulnya permasalahan hidup manusia itu sendiri.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban untuk hidup bersih dan sehat serta berperilaku peduli lingkungan. Bumi hanya satu dan
sudah mengalami kerusakan sehingga memerlukan perhatian dalam bentuk sikap peduli lingkungan. Pada hakikatnya, kerusakan lingkungan berkaitan
dengan perubahan perilaku manusia.
54 Perubahan perilaku manusia senantiasa memerlukan edukasi. Sekolah
dasar sebagai sebuah lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab memberikan pendidikan yang baik bagi siswa. Sekolah juga bertanggung
jawab dalam proses pembudayaan kehidupan manusia. Pembudayaan kehidupan manusia menunjuk pada proses transmisi, transformasi, serta
internalisasi untuk melestarikan nilai-nilai luhur bangsa, dalam hal ini nilai peduli lingkungan kepada siswa pada khususnya dan warga sekolah pada
umumnya. Hal ini dilakukan dalam kerangka pendidikan karakter nilai peduli lingkungan melalui berbagai kegiatan, kebijakan, program sekolah.
Pentingnya implementasi nilai peduli lingkungan berkaitan dengan permasalahan degradasi moral masyarakat Indonesia dalam hal peduli
lingkungan. Kesadaran masyarakat, dalam hal ini masyarakat sekolah terutama siswa akan pentingnya sikap peduli lingkungan menjadi suatu
keniscayaan demi kelestarian alam dan kehidupan sebagaimana tujuan program Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Meskipun
dalam proses implementasi masih ditemui kendala, harapan untuk sikap peduli lingkungan dapat menjadi karakter dan budaya identitas sekolah tetaplah
ada. Budaya sekolah secara tidak langsung juga akan menjadi ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Uraian kerangka berpikir di atas dapat disederhanakan dalam sebuah bagan. Berikut adalah bagan kerangka berpikir yang dimaksud.