KEEFEKTIFAN METODE MATEMATIKA GASING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR KELILING BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KALIPANCUR KABUPATEN PEKALONGAN

(1)

i

KEEFEKTIFAN METODE MATEMATIKA GASING

TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR

KELILING BANGUN DATAR SISWA KELAS III

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KALIPANCUR

KABUPATEN PEKALONGAN

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Hermawan Syarif

1401411402

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

(1) Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (Q.S. Al-Baqarah: 216)

(2) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al-Insyirah: 6). (3) Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat

kesempatan (Prof. Yohanes Surya, Ph.D.).

(4) Belajar matematika bukan hanya sekedar mengerti angka. Matematika mengajarkan pada kita bahwa setelah angka 1 ada angka 2. Begitu juga dengan kehidupan setelah kesulitan ada kemudahan (peneliti).

Persembahan

Untuk orang tua, keluarga, para sahabat, serta teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD angkatan 2011.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan

Metode Matematika Gasing Terhadap Minat dan Hasil Belajar Keliling Bangun Datar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam

kelancaran skripsi ini.

4. Drs. Yuli Witanto, M.Pd., dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

vii

5. Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd., dosen wali yang telah memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan selama peneliti menjalankan studi sarjana di Universitas Negeri Semarang.

6. Bapak dan ibu dosen PGSD UPP Tegal, yang dengan segala keikhlasan telah memberikan ilmu kepada peneliti selama menuntut ilmu.

7. Surajak, S.Pd., kepala SD Negeri 1 Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Guru-guru di SD Negeri 1 Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang telah banyak membantu peneliti dalam melaksanakan

penelitian.

9. Teman-teman PGSD angkatan 2011 yang telah membantu peneliti selama melaksanakan penelitian.

10. Keluarga besar Bapak Wildan Luthfi yang selalu mendukung dalam belajar. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia untuk saat ini dan seterusnya.

Tegal, Mei 2015 Peneliti


(8)

viii

ABSTRAK

Syarif, Hermawan. 2015. Keefektifan Metode Matematika Gasing Terhadap Minat dan Hasil Belajar Keliling Bangun Datar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Yuli Witanto, M.Pd.

Kata Kunci: hasil belajar, metode matematika gasing, minat belajar.

Pada umumnya hasil belajar siswa pada materi keliling bangun datar masih kurang optimal. Hasil belajar yang kurang optimal dapat dikarenakan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi keliling bangun datar rendah. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran dipegaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan. Sebagian besar guru masih menerapkan metode konvensional berupa ceramah dalam mengajarkan materi keliling bangun datar. Metode konvensional dirasa kurang efektif diterapkan dalam pembelajaran materi keliling bangun datar. Dengan menggunakan metode konvensional siswa cenderung pasif dan mudah bosan. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa hasil belajar yang rendah. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu metode pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran materi keliling bangun datar, salah satunya yaitu metode matematika gasing. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan desain quasi eksperimental design bentuk nonequivalent control group design.

Populasi yang digunakan meliputi siswa kelas III SD Negeri 1 Kalipancur yang berjumlah 46 siswa. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh dengan anggota sampel 23 siswa kelas IIIA sebagai kelas kontrol dan 23 siswa kelas IIIB sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data meliputi dokumentasi, wawancara tidak terstruktur, observasi, angket, dan tes. Teknik analisis data meliputi uji validitas, reliabilitas, uji kesamaan rata-rata, uji normalitas dan uji homogenitas dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 17. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dengan menggunakan teknik analisis indeks dilakukan untuk mengetahui minat belajar siswa. Statistik inferensial dengan menggunakan uji t dan pooled varian digunakan untuk menguji keefektifan metode matematika gasing. Hasil penelitian menunjukkan dalam uji hipotesis perbedaan minat belajar siswa menggunakan uji independent sample t test

diperoleh 6.324 > 2.015 (thitung > ttabel) dengan signifikansi 0,000 < 0,05 dan uji

hipotesis keefektifan menggunakan uji t pihak kanan rumus pooled varian

diperoleh 6.322 > 2.015 (thitung > ttabel). Sedangkan hasil penelitian dalam uji

hipotesis perbedaan hasil belajar siswa menggunakan uji independent sample t test diperoleh 2.557 > 2.015 (thitung > ttabel) dengan signifikansi 0.014 < 0,05 dan

uji hipotesis keefektifan menggunakan uji t pihak kanan rumus pooled varian

diperoleh 2.556 > 2.015 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil analisis data dapat

disimpulkan bahwa metode matematika gasing efektif terhadap minat dan hasil belajar siswa materi keliling bangun datar.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ...i

Pernyataan Keaslian Tulisan ... ..ii

Persetujuan Pembimbing ... .iii

Pengesahan ... .iv

Motto dan Persembahan ...v

Kata Pengantar ... .vi

Abstrak...viii

Daftar Isi ... .ix

Daftar Tabel ... xv

Daftar Histogram ...xvi

Daftar Gambar ...xvii

Daftar Bagan ...xviii

Daftar Lampiran ... xix

PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...8

1.3 Pembatasan Masalah ... ...8

1.3.1 Pembatasan Masalah...8

1.3.2 Paradigma Penelitian...9

1.4 Rumusan Masalah ... .10

1.5 Tujuan Penelitian ... .11

1.5.1 Tujuan Umum ... .11

1.5.2 Tujuan Khusus ... .11

1.6 Manfaat Penelitian ... .12

1.6.1 Manfaat Teoritis ... .12


(10)

x

1.6.2.1 Bagi Siswa ...13

1.6.2.2 Bagi Guru ...13

1.6.2.3 Bagi Sekolah...13

LANDASAN TEORI ... .14

2.1 Kajian Pustaka ... .14

2.1.1 Hakikat Belajar ... .14

2.1.1.1 Pengertian Belajar ... .14

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar...15

2.1.2 Pengertian Mengajar ... .17

2.1.3 Pengertian Pembelajaran ... .18

2.1.4 Minat Belajar ... .19

2.1.5 Minat Hitung Menghitung ... .20

2.1.6 Hasil Belajar... .22

2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... .22

2.1.8 Matematika di Sekolah Dasar ... .24

2.1.9 Teori Belajar Matematika ... .25

2.1.9.1 Teori Belajar Piaget ... .25

2.1.9.2 Teori Belajar Thorndike ... .26

2.1.9.3 Teori Belajar Gagne...27

2.1.9.4 Teori Belajar Ausubel...28

2.1.9.5 Teori Belajar Bruner...29

2.1.10 Metode Pembelajaran Konvensional...30

2.1.11 Metode Matematika Gasing...31

2.1.12 Materi Keliling Bangun Datar...35

2.1.12.1 Menghitung Keliling Bangun Datar Persegi Panjang...36

2.1.12.2 Menghitung Keliling Bangun Datar Persegi...36

2.1.13 Penerapan Metode Matematika Gasing pada Materi Keliling Bangun Datar...37

2.2 Penelitian yang Relevan ... .40

2.3 Kerangka Berpikir ... .44


(11)

xi

METODE PENELITIAN ... .48

3.1 Metode Penelitian ... .48

3.1.1 Desain Penelitian ... .48

3.1.2 Prosedur Penelitian ... .50

3.1.2.1 Tahap Persiapan ... .50

3.1.2.2 Tahap Pelaksanaan ... .53

3.1.2.2.1 Persiapan Pembelajaran ... .53

3.1.2.2.2 Perlakuan yang diberikan ... .54

3.1.2.2.3 Pelaksanaan Penelitian ... .54

3.1.2.2.4 Pengamatan Pelaksanaan Penelitian ... .56

3.1.2.3 Tahap Penyelesaian ... .56

3.2 Waktu dan Tempat ... .56

3.3 Variabel Penelitian ... .57

3.3.1 Variabel Bebas ... .58

3.3.2 Variabel Terikat ... .58

3.4 Populasi dan Sampel ... .58

3.4.1 Populasi ... .58

3.4.2 Sampel... .59

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... .60

3.5.1 Dokumentasi ... .60

3.5.2 Wawancara ... .60

3.5.3 Observasi... .61

3.5.4 Angket (Kuisioner) ... .61

3.5.5 Tes ... .62

3.6 Instrumen Penelitian ... .63

3.6.1 Pedoman Wawancara ... .63

3.6.2 Lembar Observasi Metode ... .63

3.6.3 Dokumentasi ... .65

3.6.4 Angket (Kuisioner) ... .65

3.6.5 Instrumen Tes... .66


(12)

xii

3.6.5.1.1 Uji Validitas Instrumen ...67

3.6.5.1.1.1 Validitas Lembar Pengamatan Metode Matematika Gasing ...69

3.6.5.1.1.2 Validitas Angket Minat Belajar ...69

3.6.5.1.1.3 Validitas Soal Tes ... .70

3.6.5.1.2 Reliabilitas Instrumen ... .70

3.6.5.1.2.1 Reliabilitas Angket Minat Belajar ... .71

3.6.5.1.2.2 Reliabilitas Soal Uji Coba ... .71

3.6.5.2 Analisis Butir Soal ... .72

3.6.5.2.1 Analisis Taraf Kesukaran ... .72

3.6.5.2.2 Analisis Daya Pembeda Soal ... .73

3.7 Teknik Analisis Data... .75

3.7.1 Analisis Deskripsi Data... .75

3.7.1.1 Variabel Metode Matematika Gasing ... .76

3.7.1.2 Variabel Minat Belajar ... .76

3.7.1.3 Variabel Hasil Belajar ... .77

3.7.2 Analisis Statistik Data ... .77

3.7.2.1 Uji Prasyarat Analisis ... .77

3.7.2.1.1 Uji Kesamaan Rata-rata ... .78

3.7.2.1.2 Uji Normalitas ... .79

3.7.2.1.3 Uji Homogenitas ... .79

3.7.2.2 Analisis Akhir ... .80

3.7.2.2.1 Uji Perbedaan ... .80

3.7.2.2.2 Uji Keefektifan ... .80

3.8 Pedoman Penelitian Eksperimen... .81

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .82

4.1 Objek Penelitian ... .82

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... .82

4.1.2 Kondisi Responden ... .84

4.2 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ... .85

4.2.1 Analisis Deskriptif Data Variabel Matematika Gasing ... .85 4.2.2 Hasil Pre Test Matematika Kelas Eksperimen dan


(13)

xiii

Kelas Kontrol (Data Awal) ...86

4.2.3 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar Siswa ...89

4.2.3.1 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ...91

4.2.3.2 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... ..93

4.2.4 Deskripsi Data Variabel Hasil Belajar Siswa ... ..96

4.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... ..99

4.3.1 Data Sebelum Eksperimen ... ..99

4.3.1.1 Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pre Test Materi Keliling Bangun Datar ... ..99

4.3.2 Uji Prasyarat Analisis ... 100

4.3.2.1 Hasil Uji Normalitas Variabel Minat Belajar Matematika Siswa ... 100

4.3.2.2 Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar Matematika Siswa ... 101

4.3.2.3 Hasil Uji Homogenitas Variabel Minat Belajar Matematika Siswa .. 101

4.3.2.4 Hasil Uji Homogenitas Variabel Hasil Belajar Matematika Siswa ... 103

4.3.3 Uji Hipotesis ... 103

4.3.3.1 Uji t (Pengujian Hipotesis Minat Belajar Matematika Siswa) ... 104

4.3.3.2 Uji t (Pengujian Hipotesis Hasil Belajar Matematika Siswa) ... 105

4.4 Pembahasan... 106

4.4.1 Perbedaan Penerapan Metode Matematika Gasing dan Metode Konvensional Terhadap Minat Belajar Siswa ... 106

4.4.2 Perbedaan Penerapan Metode Matematika Gasing dan Metode Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 112

4.4.3 Keefektifan Metode Matematika Gasing Terhadap Minat Belajar Siswa ... 116

4.4.3 Keefektifan Metode Matematika Gasing Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 118

PENUTUP ... 122

5.1 Simpulan ... 122

5.2 Saran ... 124

5.2.1 Bagi Siswa ... 124


(14)

xiv

5.2.3 Bagi Sekolah ...125 Daftar Pustaka ...126 Lampiran ...130


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Pedoman Penilaian UNNES ...64

3.2 Dimensi dan Indikator Minat Belajar ...65

4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...84

4.2 Data Responden Berdasarkan Umur ...84

4.3 Nilai Pengamatan Metode Matematika Gasing ...86

4.4 Deskripsi Data Pre Test Matematika Siswa ...87

4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Matematika ...87

4.6 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar Siswa ...89

4.7 Indeks Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ...92

4.8 Indeks Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ...95

4.9 Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa (Data Akhir) ...96

4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Matematika ...97

4.11 Hasil U-Mann Whitney Test...99

4.12 Hasil Uji Normalitas Data Minat Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...100

4.13 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...101

4.14 Hasil Uji Homogenitas Minat Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...102

4.15 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...103

4.16 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Minat Belajar Matematika...104

4.17 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Hasil Belajar Matematika ...105


(16)

xvi

DAFTAR HISTOGRAM

Histogram Halaman

4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Kelas Eksperimen...88

4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test Kelas Kontrol...88

4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelas Eksperimen...97

4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelas Kontrol...98


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Bangun Datar Persegi Panjang...36 2.2 Bangun Datar Persegi...36


(18)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman 1.1 Paradigma Penelitian...10 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian...44 3.1Metode Penelitian...47


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas IIIA ...131

2. Daftar Nama Siswa Kelas IIIB ...132

3. Daftar Nama Siswa Kelas IVA ...133

4. Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol ...134

5. Pengembangan Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen ...137

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IIIA ...148

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IIIB ...171

8. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur ...199

9. Daftar Nilai Siswa Kelas IIIA dan IIIB Mata Pelajaran Matematika Materi Keliling Bangun Datar Tahun Pelajaran 2013/2014 ...200

10. Daftar Nilai Ulangan Akhir Semester I Siswa Kelas IIIA dan IIIB mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2014/2015 ...202

11. Output SPSS 17 Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Ulangan Akhir Semester I Siswa Kelas IIIA dan IIIB mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2014/2015 ...204

12. Lembar Pengamatan Metode Matematika Gasing ...205

13. Hasil Pengamatan Metode Ceramah di Kelas IIIA ...208

14. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Metode Ceramah di Kelas IIIA ...214

15. Hasil Pengamatan Metode Matematika Gasing di Kelas IIIB ...215

16. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Metode Matematika Gasing di Kelas IIIB ...221

17. Format Kisi-kisi Angket Uji Coba Minat Belajar Matematika ...222


(20)

xx

19. Contoh Hasil Pengerjaan Angket Uji Coba Minat Belajar

Matematika ...225

20. Jawaban Uji Coba Angket Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IVA ...227

21. Output SPSS 17 Uji Validitas Uji Coba Angket Minat Belajar Matematika ...228

22. Output SPSS 17 Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar Matematika ...234

23. Format Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika ...235

24. Angket Minat Belajar Matematika ...236

25. Contoh Hasil Pengerjaan Angket Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IIIA ...237

26. Jawaban Angket Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IIIA ...238

27. Indeks Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IIIA ...239

28. Contoh Hasil Pengerjaan Angket Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IIIB ...240

29. Jawaban Angket Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IIIB ...241

30. Indeks Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IIIB ...242

31. Three Box Method ...243

32. Output SPSS 17 Uji Normalitas Variabel Minat Belajar Matematika ...244

33. Output SPSS 17 Uji Homogenitas Variabel Minat Belajar Matematika ...245

34. Output SPSS 17 Uji Hipotesis Variabel Minat Belajar Matematika ...246

35. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ...247

36. Soal Tes Uji Coba ...251

37. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba ...258

38. Lembar Jawaban Soal Tes Uji Coba ...259


(21)

xxi

40. Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ...262

41. Output SPSS 17 Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Uji Coba ...264

42. Analisis Daya Pembeda Butir Soal ...266

43. Taraf Kesukaran Soal ...267

44. Soal Pre Test dan Post Test ...268

45. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ...272

46. Lembar Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ...273

47. Hasil Pre Test Kelas IIIA dan IIIB ...274

48. Output SPSS 17 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Pre Test ...276

49. Hasil Post Test Kelas IIIA dan IIIB ...277

50. Output SPSS 17 Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar Matematika ...279

51. Output SPSS 17 Uji Homogenitas Variabel Hasil Belajar Matematika ...280

52. Output SPSS 17 Uji Hipotesis Variabel Hasil Belajar Matematika ...281

53. Polled Varian ...282

54. Dokumentasi Penelitian ...284

55. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA...286

56. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...287

57. Tabel-r ...288

58. Tabel-t ...289


(22)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan kajian pertama dalam penelitian. Pada pendahuluan memuat tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Pembahasan lebih mendalam mengenai bab pendahuluan akan diuraikan dalam penjelasan dibawah ini.

1.1

Latar Belakang

Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11

Ayat 1 seperti yang dikutip oleh Shoimin (2013: 79) “mengamanatkan kepada

pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan

yang bermutu bagi setiap warga negara”. Pendidikan yang bermutu tidak hanya

mencerdaskan individu dari aspek kognitif atau pengetahuan saja, tetapi juga meliputi aspek afektif atau sikap, dan aspek psikomotor atau keterampilan.

Pemerintah telah mengusahakan suatu sistem pendidikan yang bermutu. Hal ini tercantum dalam Pasal 31 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:


(23)

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Usaha penyelenggaraan pendidikan yang telah dibangun oleh pemerintah harus didukung penuh oleh seluruh elemen masyarakat. Proses pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah saja, tetapi juga di lingkungan tempat tinggal siswa. Peran orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membimbing siswa menjadi manusia seutuhnya.

Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan terbagi dalam beberapa jalur pendidikan meliputi jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal meliputi pendidikan di sekolah. Pendidikan nonformal meliputi bimbingan belajar dan kursus. Pendidikan informal meliputi pendidikan yang ada di dalam keluarga. Jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terdiri dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 7 menjelaskan bahwa: Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar berfungsi


(24)

sebagai peletak dasar-dasar keilmuan dan membantu mengoptimalkan perkembangan anak melalui pembelajaran yang dibimbing oleh guru. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah dasar mencakup berbagai muatan mata pelajaran, salah satu muatan yang penting untuk dipelajari pada jenjang ini adalah matematika. Oleh karena itu, perlu bagi semua orang untuk mengenal matematika, memahami peran dan manfaat matematika ke depan (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 47).

Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathein artinya berpikir atau belajar. Menurut Ismail, dkk (2000: 1.3), “matematika

adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, kumpulan sistem, struktur dan alat”. Matematika di sekolah dasar berusaha untuk menyajikan materi yang sesuai dengan karakteristik matematika yaitu berorientasi kepada kepentingan pendidikan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Garis Besar Program Pengajaran Matematika Sekolah Dasar tahun 1994 tentang tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar menyebutkan bahwa tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar meliputi empat hal, yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; (3) memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP); (4) membentuk sikap logis, kritis,


(25)

cermat, kreatif, dan disiplin. Supaya tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar tercapai, maka guru sekolah dasar harus mengerti dan memahami tugas seorang guru matematika seperti yang telah tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu membantu siswanya untuk mendapatkan: (1) pengetahuan yang meliputi konsep, keterkaitan antar konsep, dan algoritma; (2) kemampuan bernalar; (3) kemampuan memecahkan masalah; (4) kemampuan mengomunikasikan gagasan dan ide; serta (5) sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam mengajarkan matematika termasuk pada materi keliling bangun datar. Menurut Heruman (2007: 87),

“pengenalan berbagai bentuk bangun datar bukan merupakan topik yang terlalu

sulit diajarkan, hanya saja selama ini guru sering kali kurang memperhatikan batasan-batasan sejauh mana materi yang perlu diberikan kepada siswa”. Pembelajaran materi keliling bangun datar masih berpusat pada guru dengan hanya memberikan berbagai definisi yang sebenarnya tidak perlu, sehingga siswa menjadi pasif karena hanya mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru sehingga menimbulkan kebosanan dan berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar matematika serta hasil belajar yang kurang maksimal.

Keadaan serupa terjadi dalam pembelajaran di kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan pada mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III SD Negeri 1 Kalipancur, diketahui bahwa hasil tes formatif siswa pada materi keliling bangun datar tahun


(26)

pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran matematika masih banyak siswa yang belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dari tes evaluasi yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran matematika dengan nilai KKM sebesar 65, terdapat 20 dari 40 siswa yang terdiri dari kelas IIIA dan IIIB hanya mampu mencapai batas nilai KKM yang telah ditentukan. Dari data awal yang telah didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan jika mayoritas siswa mengalami kesulitan dalam menerima konsep matematika yang abstrak, sehingga mengakibatkan rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika.

Tugas seorang guru yaitu merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun

2007 tentang Standar Proses yang menyatakan bahwa:

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Kreativitas dan inovasi seorang guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Sebagai ilmu pengetahuan matematika mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Supaya pembelajaran matematika khususnya materi keliling bangun datar dapat terlaksana dengan baik, guru hendaknya menggunakan suatu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa.


(27)

Pengertian metode pembelajaran menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 231),

yaitu “cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu bahan pelajaran yang pelaksanaannya memerlukan satu atau beberapa teknik”. Penggunaan

metode matematika gasing merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh guru dalam mengajarkan materi keliling bangun datar kepada siswa sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika karena metode matematika gasing menjadikan proses pembelajaran matematika menjadi gampang, asyik, dan menyenangkan.

Metode matematika “GAmpang, aSyIk, dan menyenaNGkan” (Gasing)

merupakan inovasi yang dikembangkan oleh Yohanes Surya. Surya (2011: 1) menjelaskan bahwa metode matematika gasing merupakan suatu metode belajar matematika dengan menggunakan cara yang lebih sederhana dan dipadukan dengan pendekatan logika dan meminimalisir penggunaan rumus serta menekankan kepada suatu pembelajaran yang berupa kegiatan eksplorasi nyata (konkret) dari materi-materi yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah.

Surya (2011: 1) menjelaskan bahwa prinsip dasar dalam metode matematika gasing yaitu siswa belajar matematika dari konsep yang termudah hingga tersulit. Kegiatan menghiung lebih banyak dilakukan di luar kepala (mencongak) dengan pemberian latihan secara terus menerus (drill). Pemberian penguatan dengan pemberian pujian dilakukan oleh guru sesering mungkin ketika siswa mampu menghitung. Guru perlu memiliki sikap optimis dan kasih sayang dalam mengimplementasikan metode ini di dalam kelas.


(28)

Kegiatan belajar mengajar menggunakan metode matematika gasing dirancang secara sistematis dan sistemik dengan mengurutkan materi dari kegiatan yang mudah sampai pada kegiatan yang sulit dengan tetap memperhatikan pada ketercapaian tujuan, sehingga memberikan kebermaknaan kepada siswa dalam belajar matematika.

Terdapat beberapa penelitian yang telah menerapkan metode matematika gasing. Pertama, penelitian yang diakukan oleh Surya (2012) dengan judul penelitian “ Math for The Indigenous Tribes in Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode matematika gasing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Matematika pada anak-anak usia SD di Papua.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Charitas, Permana, dan Suwastri (2014) dengan judul penelitian “Local Instruction Theory on Division In

Mathematics Gasing: The Case of Rural Area’s Student in Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Matematika gasing memberikan kontribusi yang nyata pada pemahaman mahasiswa dalam konsep operasi pembagian.

Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa metode matematika gasing mampu meningkatkan motivasi, prestasi belajar matematika siswa, dan pemahaman mahasiswa terhadap konsep operasi pembagian. Kajian empiris tersebut menjadi landasan bagi peneliti untuk menguji keefektifan metode matematika gasing terhadap minat dan hasil belajar pada materi keliling bangun datar.


(29)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti berminat untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Keefektifan Metode Matematika Gasing Terhadap Minat dan Hasil Belajar Keliling Bangun Datar Siswa Kelas III Sekolah

Dasar Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan”.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

(1) Pembelajaran matematika materi keliling bangun datar di kelas III SD Negeri 1 Kalipancur cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dan mudah bosan.

(2) Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika rendah karena siswa merasa kesulitan untuk memahami materi yang bersifat abstrak.

(3) Metode konvensional kurang efektif dalam pembelajaran matematika materi keliling bangun datar di kelas III SD Negeri 1 Kalipancur ditandai dengan hasil belajar yang kurang optimal.

(4) Guru kelas III SD Negeri 1 Kalipancur belum pernah mengimplementasikan metode matematika gasing dalam pembelajaran matematika materi keliling bangun datar sehingga perlu diuji keefektifannya.


(30)

Dalam pembatasan masalah akan dibahas mengenai pembatasan masalah dan paradigma penelitian. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1.3.1Pembatasan Masalah

Untuk menyederhanakan permasalahan agar pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan dicapai maka perlu pembatasan masalah sebagai berikut:

(1) Penelitian difokuskan pada keefektifan penerapan metode matematika gasing terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan.

(2) Populasi dalam penelitian ini terbatas pada siswa kelas IIIA dan IIIB semester II SD Negeri 1 Kalipancur yang berjumlah 46 siswa, terdiri dari 23 siswa kelas IIIA dan 23 siswa kelas IIIB.

(3) Variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah metode matematika gasing, sedangkan variabel terikatnya (dependen) adalah minat dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan. (4) Materi yang dipelajari terbatas pada materi keliling bangun datar mata

pelajaran matematika dengan cakupan bahasan yaitu menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang.

(5) Metode yang digunakan sebagai pembanding dalam mengukur keefektifan metode matematika gasing adalah metode konvensional yaitu metode ceramah.

1.3.2Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah model hubungan variabel ganda dengan dua variabel dependen (Sugiyono, 2013: 72).


(31)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah metode matematika gasing (X) sedangkan variabel dependennya yaitu minat (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2).

Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

X : Metode matematika gasing

Y1 : Minat Belajar

Y2 : Hasil Belajar

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

(1) Apakah terdapat perbedaan minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan metode matematika gasing pada materi keliling bangun datar dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan metode konvensional?

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian. X

Y 2


(32)

(2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika menggunakan metode matematika gasing pada materi keliling bangun datar dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan metode konvensional?

(3) Apakah metode matematika gasing lebih efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa dibandingkan metode konvensional?

(4) Apakah metode matematika gasing lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan metode konvensional?

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut:

1.5.1Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengetahui keefektifan metode matematika gasing sebagai alternatif yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika materi keliling bangun datar kelas III semester 2.

1.5.2Tujuan Khusus


(33)

(1) Memperoleh informasi perbedaan minat belajar siswa pada materi keliling bangun datar antara yang diajarkan dengan metode matematika gasing dan yang diajarkan dengan metode konvensional.

(2) Memperoleh informasi perbedaan hasil belajar siswa pada materi keliling bangun datar antara yang diajarkan dengan metode matematika gasing dan yang diajarkan dengan metode konvensional.

(3) Memperoleh informasi keefektifan metode matematika gasing dalam meningkatkan minat belajar siswa pada materi keliling bangun datar.

(4) Memperoleh informasi keefektifan metode matematika gasing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling bangun datar.

1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi siswa, guru, dan sekolah. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

1.6.1Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kaitannya dengan pembelajaran Matematika. Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu:

(1) Memberikan kontribusi khasanah ilmu pengetahuan terlebih pada jenjang pendidikan dasar.


(34)

(2) Memberikan informasi mengenai metode matematika gasing yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika materi keliling bangun datar. (3) Sebagai rujukan bagi para guru dan peneliti lain untuk menerapkan metode

matematika gasing dalam pembelajaran matematika di sekolah. 1.6.2Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini meliputi manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Ketiga manfaat tersebut lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut:

1.6.2.1Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, diantaranya:

(1) Memudahkan siswa kelas III SD Negeri 1 Kalipancur dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi keliling bangun datar.

(2) Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Kalipancur dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi keliling bangun datar.

1.6.2.2Bagi Guru

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat bagi guru, meliputi:

(1) Memberikan informasi kepada guru tentang pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode matematika gasing.

(2) Mengembangkan keterampilan dan motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran matematika yang gampang, asyik, dan menyenangkan. 1.6.2.3Bagi Sekolah


(35)

(1) Sebagai acuan penggunaan metode pembelajaran alternatif dalam pembelajaran matematika.

(2) Meningkatkan motivasi sekolah dalam menciptakan pembelajaran matematika yang gampang, asyik, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah.


(36)

15

BAB 2

LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan kajian kedua dalam penelitian. Pada landasan teori memuat tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Pembahasan lebih mendalam mengenai bab landasan teori akan diuraikan dalam penjelasan dibawah ini.

2.1

Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka akan dijelaskan tentang: hakikat belajar, faktorfaktor yang mempengaruhi belajar, pengertian mengajar, pengertian pembelajaran; minat belajar; minat hitung-menghitung; hasil belajar; karakteristik siswa sekolah dasar; matematika di sekolah dasar; teori belajar matematika; metode pembelajaran konvensional; metode matematika gasing; materi keliling bangun datar; penerapan metode matematika gasing pada materi keliling bangun datar. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

2.1.1Hakikat Belajar

Dalam hakikat belajar dibahas mengenai pengertian belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhi belajar, sebagai berikut:

2.1.1.1Pengertian Belajar

Surna dan Pandeirot (2014: 6) mengemukakan bahwa “belajar adalah


(37)

16

terjadi bila peserta didik berupaya dan memiliki keterampilan mengintegrasikan dan menginternalisasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada

dalam struktur kognitifnya”. Slameto (2013: 2) berpendapat bahwa “belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada individu. Perubahan perilaku itu terjadi karena pengalaman yang dialami sehingga diperoleh berbagai perubahan dan pemantapan yang terjadi pada aspek pengetahuan atau kognitif yang ditempuh dengan melibatkan siswa dalam suatu proses belajar pengenalan dan atau penemuan, aspek sikap dan nilai dengan proses belajar yang berusaha untuk menghubungkan pengetahuan baru yang diperoleh sehingga dapat dipakai dalam hal-hal baru, serta keterampilan atau psikomotorik dimana proses belajar harus dapat mengendalikan aktivitas jasmaninya dan memperhatikan berbagai faktor internal (dari dalam diri siswa) dan eksternal (dari luar diri siswa) sebagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

2.1.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Pada hakikatnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Wasliman (2007) dalam

Susanto (2013: 12), berpendapat bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh peserta

didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik


(38)

17 Susanto (2013: 12) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu diri siswa maupun lingkungan tempat tinggal. Pertama, faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kemampuan berfikir, motivasi, minat, dan kesiapan siswa. Kedua, faktor yang berasal dari lingkungan meliputi sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Syah (2010: 129) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa meliputi keadaan/kondisi jasmani dn rohani siswa. Faktor eksternal merupakan faktor dari luar siswa meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Bloom (1982) dalam Kiranawati (2007) mengemukakan bahwa “tiga

faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif,

motivasi berprestasi, dan kualitas pembelajaran” (https://gurupkn.wordpress.com).

Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan. Syah dan Bloom memiliki pandangan yang hampir sama tentang faktor yang mempengaruhi belajar yaitu penggunaan strategi, model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Hal ini dikarenakan tidak setiap metode pembelajaran efektif diterapkan pada semua materi pelajaran. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar yaitu minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan diatas maka penerapan metode


(39)

18 pembelajaran selain memperhatikan kesesuaian dengan materi pelajaran juga harus dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar.

2.1.2Pengertian Mengajar

Dequeliy dan Gazali (1974) dalam Slameto (2013: 30) mengemukakan

bahwa “mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”. Sementara Nasution (2005) dalam Susanto (2013: 23) berpendapat “mengajar merupakan segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar”.

Pengertian mengajar dipandang menjadi dua aspek jika dilihat dari aspek kegunaannya, yaitu pengertian mengajar secara tradisional dan modern. Pengertian mengajar secara tradisional artinya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah dengan makna pengajaran adalah sebagai persiapan hidup dengan bertujuan proses dan penguasaan penyampaian dimana guru selalu berperan aktif dan siswa selalu bertindak pasif serta hanya berlangsung di dalam kelas saja.

Pengertian mengajar dalam konteks dunia modern oleh Howard (2003)

dalam Susanto (2013: 20) bahwa “mengajar adalah suatu aktivitas membimbing

atau menolong seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan keterampilan, sikap (attitude), cita-cita (ideals), pengetahuan (knowledge), dan penghargaan (appreciation)”. Dari berbagai pengertian mengajar yang telah

dikemukakan menunjukkan bahwa dalam proses belajar siswa yang harus terlibat aktif, sedangkan guru hanya bertugas membimbing, menunjukkan jalan, serta memperhatikan aspek kepribadian siswa.


(40)

19 2.1.3Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Gagne (1977) dalam Rifa‟i dan Anni (2011: 192), “merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar”. Orientasi pembelajaran

mencakup perubahan stimulus yang diperoleh dari lingkungan yang diubah menjadi informasi sehingga tercipta hasil belajar berupa ingatan jangka panjang yang seluruhnya didapat melalui suatu proses pembelajaran akibat adanya proses komunikasi antara guru dengan siswa.

Terdapat tujuh komponen dalam proses pembelajaran. Rifa‟i dan Anni (2011: 194) menjelaskan bahwa komponen-komponen tersebut, terdiri dari: (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media pembelajaran, (6) penunjang, (7) evaluasi. Ketujuh komponen saling berkaitan dan membentuk satu sistem pembelajaran. Guru membimbing siswa yang merupakan subjek sekaligus objek pembelajaran supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Perencanaan sangat diperlukan sebelum dilaksanakannya pembelajaran. Perencanaan dalam pembelajaran matematika merupakan langkah awal menyusun kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan secara efektif dan efisien.

2.1.4Minat Belajar

Pengertian minat yang disampaikan oleh Sudaryono, Margono dan Rahayu

(2013: 90), adalah “kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut”.


(41)

20 minat seseorang untuk mempelajari sesuatu hal, yaitu: (1) apa saja daya tariknya yang dia pelajari itu; (2) apa saja relevansinya bagi dirinya; (3) apa saja hasilnya setelah mempelajari sesuatu itu.

Minat terdiri dari berbagai macam jenis, Purwaningrum (1996) dalam Susanto (2013: 61) mengelompokkan jenis-jenis minat ini menjadi sepuluh macam, yaitu: (1) minat terhadap alam sekitar; (2) minat mekanis; (3) minat hitung menghitung; minat terhadap ilmu pengetahuan; (4) minat persuasif; (5) minat seni; (6) minat leterer; (7) minat musik; (8) minat layanan sosial; (9) minat klerikal.

Segala sesuatu yang diminati dapat menjadi motivasi alamiah bagi diri siswa. Motivasi alamiah dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk melakukan sesuatu yang benar-benar ingin dilakukannya. Guru harus dapat memunculkan motivasi alamiah di kalangan para siswa pada saat mereka belajar, guru dapat menjelaskan keterkaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa.

Tanner dan Tanner (1975) dalam Slameto (2013: 181), menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.

Jika guru mampu untuk memunculkan minat siswa untuk belajar, maka guru telah menjadikan minat sebagai pintu masuk proses belajar. Sehingga siswa akan belajar dengan sebaik-baiknya karena adanya daya tarik pada materi yang dipelajari, sehingga kepuasan belajar juga dapat diperoleh.


(42)

21 Tugas guru selain memunculkan minat belajar siswa, juga harus memelihara minat siswa dalam belajar. Nurkancana (1993) dalam Susanto (2013: 67-8) mengemukakan cara-cara yang dapat ditempuh guru dalam memelihara minat belajar siswa, yaitu: (1) meningkatkan minat anak-anak; (2) memelihara minat yang timbul; (3) mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik; (4) sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya.

Berdasarkan pemaparan mengenai minat belajar, dapat disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah berbagai pilihan kesukaan dalam melakukan aktivitas pembelajaran yang membangkitkan gairah individu untuk mempelajari suatu mata pelajaran yang dapat diukur dari beberapa dimensi antara lain: kesukaan, ketertarikan, perhatian, serta keterlibatan.

2.1.5Minat Hitung-Menghitung

“Minat hitung-menghitung merupakan minat terhadap pekerjaan yang

membutuhkan perhitungan” (Susanto, 2013: 61). Mempelajari hitung-menghitung melalui mata pelajaran matematika sangat penting karena matematika banyak diaplikasikan dan dikembangkan sehingga memunculkan kesadaran tentang nilainilai esensial. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyana (2004: 180) bahwa matematika selain dapat memperluas cakrawala berpikir peserta didik juga dapat mengembangkan kesadaran tentang nilai-nilai yang secara esensial terdapat di dalamnya.

Minat siswa terhadap matematika adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak terhadap suatu konsep atau objek matematika. Siswa yang menerima matematika akan menunjukkan sikap menyenangi matematika


(43)

22 dan bersungguh-sungguh dalam belajar matematika ditandai dengan selalu aktif, dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Sedangkan bagi siswa yang menolak matematika maka sikap yang ditunjukkan adalah selalu cemas saat mengikuti pelajaran matematika dan malas untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Meningkatkan minat hitung-menghitung melalui pelajaran matematika pada siswa sekolah dasar dapat dilakukan apabila guru mampu mengenali tipe gaya belajar matematika siswa. Silver, dkk (2013: xxiv), berpendapat bahwa

“terdapat empat tipe gaya belajar matematika siswa antara lain: (1) siswa dengan gaya belajar penguasaan; (2) siswa dengan gaya belajar matematika interpersonal; (3) siswa dengan gaya belajar pemahaman; (4) siswa dengan gaya belajar ekspresi

diri”.

Sangat penting untuk menumbuhkan minat hitung-menghitung pada siswa, tugas guru dalam memunculkan minat siswa pada pelajaran matematika yaitu guru harus mampu mengemas pembelajaran matematika menjadi suatu pembelajaran yang lebih mudah dipelajari, mengasyikkan, dan menyenangkan.

2.1.6Hasil Belajar

Slameto (2013: 138) mengemukakan bahwa “hasil belajar dalam

kecakapan kognitif itu mempunyai hierarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: a) informasi non verbal; b) informasi fakta dan pengetahuan verbal; c) konsep dan prinsip; d) pemecahan masalah dan

kreativitas”. “Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” (Susanto, 2013: 5). Kegiatan belajar yang diperoleh


(44)

23 siswa mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil belajar dengan tujuan pembelajaran adalah dengan mengadakan evaluasi atau penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. Setelah melakukan evaluasi guru dapat memberikan tindak lanjut kepada siswa. Oleh karena itu, guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan belajar siswa harus mampu menghadirkan metode pembelajaran yang tepat agar hasil belajar yang diperoleh siswa optimal.

2.1.7Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa kelas rendah masih tergolong anak usia dini. Pada masa ini merupakan masa yang paling tepat untuk menggali potensi siswa. Karakteristik siswa sekolah dasar yaitu mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental. Perkembangan mental meliputi perkembangan intelektual, emosi, bahasa, sosial, dan moral keagamaan.

Piaget (1950) dalam Susanto (2013: 77) membagi tingkat perkembangan kognisi pada setiap individu menjadi beberapa tahapan, tahapan tersebut antara lain: (1) tahap sensorik-motorik (0-2 tahun) tahapan dimana kematangan seseorang terjadi karena adanya suatu interaksi sosial dengan lingkungan dan berbagai tindakan bergantung melalui indrawi; (2) tahap berpikir praoperasional (2-7 tahun) pada tahap ini kemampuan individu berkembang dari sensorikmotorik menuju sebuah kemampuan baru ditambah dengan meningkatnya perkembangan egosentris; (3) tahap berpikir operasional konkret (7-11 tahun) tahap ini anak


(45)

24 mulai berpikir secara logis serta berpikir secara konkret, sehingga harus selalu diamati perkembangan kognitif dan afektifnya; (4) tahap berpikir operasional formal (11-15 tahun) pada tahap ini individu dapat menerapkan berpikir logis karena mengembangkan pikiran formalnya serta dapat menggunakan abstraksi.

Berdasarkan tingkat perkembangan kognisi yang telah dipaparkan oleh Piaget, maka karakteristik siswa sekolah dasar berada pada tahap berpikir operasional konkret, masih senang bermain, bergerak, melakukan sesuatu secara langsung dan belum mampu berpikir secara abstrak dan masih terikat dengan objek yang bersifat konret. Oleh karena itu, pembelajaran harus dirancang supaya siswa terlibat secara aktif dan diusahakan materi dapat ditampilkan kepada siswa dengan mudah, asyik, dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan anak.

2.1.8Matematika di Sekolah Dasar

“Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di satuan

pendidikan dengan materi matematika dan pola pikir matematika terpilih yang disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan

perkembangan ilmu pengetahuan” (Hamzah dan Muhlisrarini 2014: 67).

Satuan pendidikan di Indonesia terdiri dari sekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Dari ketiga satuan pendidikan tersebut, pendidikan sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling tepat untuk membekali siswa dengan ilmu matematika. Matematika di sekolah dasar berusaha untuk menyajikan materi yang sesuai dengan karakteristik matematika yaitu berorientasi kepada kepentingan pendidikan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan supaya siswa


(46)

25 terampil dan cakap untuk mengaplikasikan berbagai konsep matematika yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Heruman (2007: 2) menyatakan bahwa pembelajaran dan materi matematika di sekolah dasar disesuaikan dengan perkembangan siswa serta memperhatikan aspek-aspek teori psikologi perkembangan anak, sehingga tahapan belajar matematika di sekolah dasar sesuai dengan kognitif dan perkembangan jiwa siswa. Oleh karena itu, kurikulum matematika sekolah dasar dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan.

Setiap konsep dalam matematika yang abstrak dan baru dipahami oleh siswa perlu segera diberi penguatan, hal ini bertujuan supaya konsep tersebut mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Siswa sekolah dasar berada pada fase berpikir opersional konkret dan masih terikat dengan objek yang bersfat konkret, sehingga diperlukan suatu metode dan media yang tepat untuk memahami matematika yang bersifat abstrak supaya apa yang disampaikan oleh guru lebih cepat dipahami oleh siswa.

2.1.9Teori Belajar Matematika

Memahami suatu teori belajar matematika merupakan dasar untuk melakukan pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan materi yang menjadi bahan pembahasan sehingga guru dapat berhasil dalam menyampaikan materi dimana pembelajaran dapat berrjalan secara efektif, efisien, menyenangkan, dan bermakna. Terdapat beberapa teori belajar perkembangan dalam pembelajaran matematika antara lain:


(47)

26 2.1.9.1Teori Belajar Piaget

Piaget dalam Rifa‟i dan, Anni (2011: 26-30) membagi tingkat perkembangan kognisi pada setiap individu menjadi empat tahapan yaitu tahap sensori motorik (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11-15 tahun).

Tahap sensori motorik yaitu tahapan dimana kematangan seseorang terjadi karena adanya suatu interaksi sosial dengan lingkungan dan berbagai tindakan bergantung melalui inderawi. Tahap praoperasional yaitu tahapan dimana kemampuan individu berkembang dari sensorik-motorik menuju sebuah kemampuan baru ditambah dengan meningkatnya perkembangan egosentris. Tahap operasional konkrit yaitu tahapan dimana anak mulai berpikir secara logis serta berpikir secara konkret, sehingga harus selalu diamati perkembangan kognitif dan afektifnya. Tahap operasional formal yaitu tahapan dimana anak dapat menerapkan berpikir logis karena mengembangkan pikiran formalnya serta dapat menggunakan abstraksi.

2.1.9.2Teori Belajar Thorndike

Teori belajar ini disebut juga teori conectionisme. Thorndike dalam Rifa‟i

dan Anni (2011: 113) menyatakan jika belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus dan respon merupakan salah satu usaha untuk mengaktifkan siswa secara utuh dan menyeluruh baik pikiran, perasaan, dan perbuatan.

Stimulus adalah sesuatu yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran maupun perasaan atau hal-hal lain yang dapat diterapkan


(48)

27 melalui alat indera, sedangkan respon adalah reaksi yang muncul yang dapat berupa pikiran, perasaan, maupun gerakan.

Terdapat tiga hukum dalam teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise), dan hukum akibat (law of effect). Hukum kesiapan (law of readiness) adalah hukum yang menyatakan jika belajar akan berhasil apabila siswa telah benar-benar siap untuk belajar, sebab jika suatu materi diajarkan kepada anak yang belum siap untuk menerima materi tersebut maka pembelajaran akan sia-sia dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Hukum latihan (law of exercise) adalah hukum yang menyatakan jika terjadi ikatan antara stimulus dan respon dalam intensitas yang sering, maka ikatan tersebut akan semakin kuat karena semakin sering suatu pengetahuan dan pengalaman yang terbentuk antara stimulus dan respon yang dilatihkan. Hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar yaitu pengulangan, semakin sering suatu materi pelajaran diulangi maka akan semakin kuat tersimpan dalam memori. Hukum akibat (law of effect) adalah hukum akibat dapat diartikan jika suatu tindakan yang diikuti menyenangkan, maka tindakan tersebut akan cenderung terus menerus diulangi pada kesempatan lain, dan begitu pula sebaliknya.

2.1.9.3Teori Belajar Gagne

Teori belajar ini menyatakan bahwa terdapat dua objek dalam belajar matematika, yaitu objek langsung belajar matematika dan objek tidak langsung dari belajar matematika. Karso, dkk. (2000: 1.28-9) mengemukakan bahwa objek langsung meliputi fakta, operasi, konsep, dan prinsip. Sedangkan objek tidak langsung mencakup kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Pada teori belajar Gagne


(49)

28 dalam Karso, dkk (2000: 1.30), terdapat delapan urutan tipe belajar, yaitu: belajar isyarat, belajar stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah. Kedelapan tipe belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.

Belajar isyarat merupakan tahap belajar sesuatu yang tidak disengaja sebagai akibat adanya rangsangan, guru dapat bertindak atau mengucapkan sesuatu yang menyenangkan tentang matematika sehingga membangkitkan sikap positif siswa dalam belajar matematika. Belajar stimulus-respon merupakan tahap belajar yang sudah disengaja dan responnya adalah jasmaniah, siswa mampu menyebutkan atau menuliskan apa yang diperintahkan oleh guru setelah guru memberikan penjelasan. Rangkaian gerak adalah kegiatan belajar dalam bentuk perbuatan jasmaniah yang berurutan dan terdiri dari dua atau lebih stimulus respon. Rangkaian verbal merupakan tahap belajar yang berupa perbuatan lisan terurut yang terdiri dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Tahapan rangkaian verbal mendorong siswa untuk menyatakan pendapat tentang simbol, definisi, aksioma, maupun dalil. Belajar membedakan merupakan kegiatan melatih siswa untuk memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. Terdapat dua macam belajar membeda-bedakan, yaitu membedakan tunggal berupa pengertian siswa terhadap suatu lambang, serta membedakan jamak yaitu membedakan beberapa lambang tertentu misalnya lambang-lambang ruas garis, sinar, dan garis. Belajar konsep disebut juga tahap belajar pengelompokkan, siswa belajar mengenal sifat dari suatu peristiwa untuk memahami suatu konsep. Belajar aturan merupakan tahapan dimana siswa mampu memberikan respon terhadap semua stimulus yang telah diberikan, respon yang ditunjukkan berupa segala macam


(50)

29 perbuatan. Pemecahan masalah merupakan tahap yang paling tinggi, sesuatu yang baru menjadi masalah bagi siswa karena belum mengetahui proses

penyelesaiannya.

2.1.9.4Teori Belajar Ausubel

Ausubel (1963) dalam Mikarsa, dkk (2009: 6.13-5) mengelompokkan belajar berdasarkan cara menyajikan materi berupa penerimaan dan penemuan, sedangkan berdasarkan cara siswa menerima pelajaran yaitu dengan belajar bermakna dan belajar hafalan. Prinsip-prinsip pembelajaran berdasarkan teori belajar Ausubel ada empat yaitu pengatur awal, diferensiasi progesif, belajar superodinat, dan penyesuaian integratif.

Pengatur awal merupakan bahan yang dapat digunakan guru untuk mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang mempunyai makna lebih tinggi yang dapat menyebabkan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Diferensiasi progresif merupakan proses pengembangan dan kolaborasi antar konsep dengan cara memperkenalkan unsur yang paling umum terlebih dahulu baru yang lebih khusus atau mendetail. Belajar superordinat merupakan proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan perolehan konsep dan informasi baru yang ditemukan selama proses belajar. Belajar superordinat terjadi apabila konsep-konsep itu dibahas lebih mendetail atau spesifik. Penyesuaian integratif merupakan penyesuaian yang digunakan untuk mengatasi pertentangan kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih dari satu konsep. Oleh karena itu, guru harus bisa menghubungkan setiap konsep selama penyajian informasi kepada siswa.


(51)

30 2.1.9.5Teori Belajar Bruner

Bruner (1960) dalam Karso, dkk (2009: 1.11-2), membagi proses belajar menjadi tiga tahapan, meliputi: tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif atau tahap kegiatan yaitu tahap siswa belajar menggunakan atau memanipulasi objek konkret secara langsung seperti memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, dan bentuk-bentuk gerak lainnya. Tahap ikonik atau tahap gambar bayangan adalah tahap siswa sudah dapat membayangkan kembali atau memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau yang telah dikenalnya pada tahap enaktif. Tahap Simbolik adalah tahap siswa sudah dapat memahami simbol-simbol dan mampu menjelaskan dengan bahasanya, hal ini seperti pada tahap operasi konkret dan formal dari Piaget.

2.1.10Metode Pembelajaran Konvensional

Metode ceramah merupakan salah satu bentuk pembelajaran konvensional. Majid (2013: 165) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan dan terpusat pada guru. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab, dan membaca.

Suryosubroto (2011: 20) menjelaskan bahwa penggunaan metode ceramah sudah tidak memadai jika diterapkan pada kondisi sekarang. Metode ceramah juga tidak memberi banyak mafaat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Minat belajar siswa cenderung rendah dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan menerapkan suatu metode mengajar yang tepat, efektif, dan efisien.


(52)

31 Metode ceramah jika diterapkan secara benar dapat memberikan beberapa keunggulan. Keunggulan metode ceramah yaitu tidak membutuhkan biaya besar dan mudah untuk dilakukan. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas dan dapat menonjolkan materi pokok yang sedang dipelajari. Melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang sedang mengajar. Selain itu, organisasi kelas dengan menggunakan metode ceramah dapat diatur menjadi lebih

sederhana.

Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan. Metode ceramah memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan metode yang lain. Dengan metode ceramah, materi yang dapat dikuasai siswa terbatas pada pengetahuan yang dikuasai oleh guru. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan akan menimbulkan verbalisme dan membosankan, apalagi jika guru tidak memiliki kemampuan bertutur yang baik. Melalui ceramah sulit untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa walaupun siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya. 2.1.11Metode Matematika Gasing

Metode matematika “GAmpang, aSyIk, dan menyenaNGkan” yang

selanjutnya disebut dengan metode matematika gasing merupakan inovasi yang dikembangkan oleh Yohanes Surya. Metode matematika gasing membantu siswa belajar matematika menjadi lebih mudah dipahami dengan berbagai kegiatan asyik dan menyenangkan di dalamnya.

Metode matematika gasing telah diperkenalkan ke berbagai penjuru Indonesia. Berbagai pelatihan telah digelar dan diikuti oleh banyak calon guru atau guru yang sudah mengajar di sekolah dasar. Tidak hanya diperkenalkan saja,


(53)

32 metode ini telah diterapkan pada siswa sekolah dasar di wilayah Papua dan terbukti berhasil dalam waktu enam bulan.

Surya (2011: 1) mengemukakan bahwa metode matematika gasing merupakan suatu metode belajar matematika dengan menggunakan cara yang lebih sederhana dan dipadukan dengan pendekatan logika dan meminimalisir penggunaan rumus serta menekankan kepada suatu pembelajaran yang berupa kegiatan eksplorasi nyata (konkret) dari materi-materi yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah.

Prinsip dasar dalam metode matematika gasing seperti yang dikemukakan oleh Surya (2011: 2) yaitu siswa belajar matematika dari konsep yang termudah hingga tersulit, perhitungan lebih banyak dilakukan di luar kepala (mencongak) dengan pemberian latihan secara terus menerus (drill). Penguatan dengan pemberian pujian oleh guru dilakukan sesering mungkin ketika siswa mampu menghitung, sikap optimis dan kasih sayang guru juga diperlukan dalam mengimplementasikan metode ini di dalam kelas.

Kegiatan belajar mengajar menggunakan metode matematika gasing dirancang secara sistematis dan sistemik dengan mengurutkan materi dari kegiatan yang mudah sampai pada kegiatan yang sulit dengan tetap memperhatikan pada ketercapaian tujuan, sehingga memberikan kebermaknaan kepada siswa dalam belajar matematika.

Aniey (2013) mengemukakan bahwa langkah pembelajaran dalam metode matematika gasing terdiri dari lima tahapan, meliputi:

(1) Tahap pertama: Dialog sederhana

Setiap pelaksanaan pembelajaran penting adanya sebuah interaksi yang dapat memunculkan S (stimulus) dan R (respon) sehingga apa yang


(54)

33 menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tahapan dialog sederhana dalam metode matematika gasing melibatkan interaksi antara guru dan siswa sesuai dengan teori belajar connectionsm yang dikemukakan oleh Thorndike.

(2) Tahap Kedua: Berimajinasi atau berfantasi

Pada tahap ini, guru dapat membantu siswa untuk berimajinasi atau berfantasi dengan membahas kejadian-kejadian di kehidupan nyata serta melaksanakan suatu kegiatan permulaan sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Namun, aspek ini seringkali diabaikan oleh guru. Padahal jika tahap berimajinasi atau berfantasi ini dilaksanakan maka dapat melahirkan sebuah konsep, kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual dalam kehidupan.

(3) Tahap ketiga: Menyajikan contoh-contoh soal yang relevan

Pemberian contoh-contoh soal yang relevan bertujuan supaya siswa berlatih menggunakan logika sederhana sehingga mempertegas kemampuan penguasaan matematika siswa. Sehingga dengan semakin seringnya disajikan contoh-contoh soal yang relevan siswa mampu meningkatkan ketangkasan dan keterampilan pada mata pelajaran matematika.

(4) Tahap keempat: Menyajikan materi secara mendalam

Pada tahap ini siswa mulai mampu untuk mengetahui fenomenafenomena apa saja yang dibahas dalam materi matematika yang sedang dipelajari dengan pemberian makna pada setiap soal-soal yang telah disajikan pada tahap sebelumnya. Pemberian jembatan keledai oleh


(55)

34 guru kepada siswa diharapkan dapat membantu menambah pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

(5) Tahap kelima: Memberikan variasi soal

Pemberian variasi soal dalam pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan metode matematika gasing dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Selain itu, variasi soal yang diberikan juga bertujuan untuk memperdalam dan mengecek bahan pelajaran yang telah dipelajari (id.scribd.com).

Roestiyah (1996) dalam Hamzah (2014: 268), mengemukakan bahwa teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melakukan latihan-latihan selama melakuan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.

Metode matematika gasing memiliki beberapa keunggulan. Tuga (2013) dalam Sirait (2013: 7), menjelaskan keunggulan metode matematika gasing, meliputi: (1) metode gasing dapat dipelajari oleh segala lapisan umur, cocok untuk anak-anak hingga orang dewasa; (2) dalam praktiknya, metode ini selalu mengawali segala hal dengan sesuatu yang nyata (bukan abstrak), sehingga sangat mudah dimengerti; (3) menghitung cepat (tambah, kali, kurang, bagi) tanpa alat; (4) menghitung dengan mencongak, sehingga peserta didik harus membayangkan hasil-hasil yang telah dihitung, hal ini akan memacu kerja otak kanan, dengan banyaknya imajinasi, peserta didik akan lebih kreatif.

Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan. Mayoritas penelitian sebelumnya memaparkan jika kelemahan metode matematika gasing yaitu pada


(56)

35 saat ulangan berupa soal esai, jika siswa tidak menyertakan perhitungan dengan rumus, meski hasil jawabannya benar akan tetap dinyatakan salah, dan secara umum strategi pembelajaran gasing belum bisa diterapkan untuk menyelesaikan soal-soal matematika di perguruan tinggi, karena umumnya mahasiswa dituntut untuk bisa menurunkan berbagai rumus.

2.1.12Materi Keliling Bangun Datar

Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika kelas III semester 2 materi bangun datar yang memiliki alokasi waktu sebanyak 8 jam pelajaran yang dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Penjelasan materi keliling bangun datar didasarkan pada KTSP 2006 yang dijabarkan kedalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Materi keliling bangun datar termasuk dalam standar kompetensi menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah pada kompetensi dasar menghitung keliling persegi dan persegi panjang. Dalam pembelajaran materi keliling bangun datar akan diterapkan model matematika gasing.

Materi yang akan dibahas yaitu materi menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang. Ringkasan materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:

2.1.12.1Menghitung Keliling Bangun Datar Persegi Panjang

Surya (2011: 74), mengemukakan bahwa “persegi panjang adalah bangun datar yang keempat sudutnya 90°, ada 2 pasang sisi yang sejajar”. Keliling persegi


(57)

36

Gambar 2.1 Bangun Datar Persegi Panjang

Jadi, keliling persegi panjang ABCD = panjang AB + panjang BC + panjang CD + panjang AD

2.1.12.2Menghitung Keliling Bangun Datar Persegi

Menurut Surya (2011: 74), “persegi adalah bangun datar yang keempat sudutnya 90°, ada 2 pasang sisi sejajar, semua sisi sama panjang”. Keliling

persegi dapat dicari dengan menjumlahkan panjang

keempat sisinya.

A B

C D

Gambar 2.2 Bangun Datar Persegi

Pada persegi, keempat sisinya sama panjang, sehingga jika panjang salah satu sisi diketahui, maka kelilingnya dapat ditentukan. Keliling persegi ABCD =

AB + BC + CD + DA.

2.1.13 Penerapan Metode Matematika Gasing pada Materi Keliling Bangun Datar

Surya (2011: 76-86) mengemukakan bahwa aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika materi keliling bangun datar dengan menggunakan metode matematika gasing, meliputi:

D C

A B


(58)

37 (1) Tahap pertama: Dialog sederhana

Pada tahap ini guru melaksanakan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan yel-yel matematika seru, menjelaskan tujuan pembelajaran, serta menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran. Siswa memberikan umpan balik dengan menjawab pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, menjawab pertanyaan pancingan yang diberikan oleh guru, bersama-sama menyanyikan yel-yel matematika seru, dan mendengarkan tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan yang disampaikan oleh guru.

(2) Tahap Kedua: Berimajinasi atau berfantasi

Aktivitas guru pada tahap berimajinasi atau berfantasi untuk mencari keliling bangun datar persegi panjang, yaitu: menyuruh siswa membentuk suatu persegi panjang dengan menggunakan 14 batang korek api, bertanya kepada siswa apa keistimewaan persegi panjang yang dibuat, menyuruh siswa menghitung berapa batang korek api keliling dari bangun tersebut, menunjukkan kepada siswa bahwa persegi panjang yang dibuat mempunyai keliling yang sama tapi panjang dan lebarnya berbeda, serta menjelaskan bahwa jumlah panjang korek api disebut keliling, satuan keliling disini adalah panjang korek api.

Siswa memberikan umpan balik dengan membentuk suatu persegi panjang dengan menggunakan 14 batang korek api, menjawab pertanyaan


(1)


(2)

Tabel Uji t

df=(n-k) α = 0.05 α = 0.025

df=(n-k) α = 0.05 α = 0.025

1 6.314 12.706 51 1.675 2.008

2 2.920 4.303 52 1.675 2.007

3 2.353 3.182 53 1.674 2.006

4 2.132 2.776 54 1.674 2.005

5 2.015 2.571 55 1.673 2.004

6 1.943 2.447 56 1.673 2.003

7 1.895 2.365 57 1.672 2.002

8 1.860 2.306 58 1.672 2.002

9 1.833 2.262 59 1.671 2.001

10 1.812 2.228 60 1.671 2.000

11 1.796 2.201 61 1.670 2.000

12 1.782 2.179 62 1.670 1.999

13 1.771 2.160 63 1.669 1.998

14 1.761 2.145 64 1.669 1.998

15 1.753 2.131 65 1.669 1.997

16 1.746 2.120 66 1.668 1.997

17 1.740 2.110 67 1.668 1.996

18 1.734 2.101 68 1.668 1.995

19 1.729 2.093 69 1.667 1.995

20 1.725 2.086 70 1.667 1.994

21 1.721 2.080 71 1.667 1.994

22 1.717 2.074 72 1.666 1.993

23 1.714 2.069 73 1.666 1.993

24 1.711 2.064 74 1.666 1.993

25 1.708 2.060 75 1.665 1.992

26 1.706 2.056 76 1.665 1.992

27 1.703 2.052 77 1.665 1.991

28 1.701 2.048 78 1.665 1.991

29 1.699 2.045 79 1.664 1.990

30 1.697 2.042 80 1.664 1.990

31 1.696 2.040 81 1.664 1.990

32 1.694 2.037 82 1.664 1.989

33 1.692 2.035 83 1.663 1.989

34 1.691 2.032 84 1.663 1.989

35 1.690 2.030 85 1.663 1.988

36 1.688 2.028 86 1.663 1.988

37 1.687 2.026 87 1.663 1.988


(3)

39 1.685 2.023 89 1.662 1.987

40 1.684 2.021 90 1.662 1.987

41 1.683 2.020 91 1.662 1.986

42 1.682 2.018 92 1.662 1.986

43 1.681 2.017 93 1.661 1.986

44 1.680 2.015 94 1.661 1.986

45 1.679 2.014 95 1.661 1.985

46 1.679 2.013 96 1.661 1.985

47 1.678 2.012 97 1.661 1.985

48 1.677 2.011 98 1.661 1.984

49 1.677 2.010 99 1.660 1.984


(4)

Tabel Uji F

α = df1=(k-1)

df2=(n- 1 2 3 4 5 6 7 8

1 161.448 199.500 215.707 224.583 230.162 233.986 236.768 238.883 2 18.513 19.000 19.164 19.247 19.296 19.330 19.353 19.371

3 10.128 9.552 9.277 9.117 9.013 8.941 8.887 8.845

4 7.709 6.944 6.591 6.388 6.256 6.163 6.094 6.041

5 6.608 5.786 5.409 5.192 5.050 4.950 4.876 4.818

6 5.987 5.143 4.757 4.534 4.387 4.284 4.207 4.147

7 5.591 4.737 4.347 4.120 3.972 3.866 3.787 3.726

8 5.318 4.459 4.066 3.838 3.687 3.581 3.500 3.438

9 5.117 4.256 3.863 3.633 3.482 3.374 3.293 3.230

10 4.965 4.103 3.708 3.478 3.326 3.217 3.135 3.072

11 4.844 3.982 3.587 3.357 3.204 3.095 3.012 2.948

12 4.747 3.885 3.490 3.259 3.106 2.996 2.913 2.849

13 4.667 3.806 3.411 3.179 3.025 2.915 2.832 2.767

14 4.600 3.739 3.344 3.112 2.958 2.848 2.764 2.699

15 4.543 3.682 3.287 3.056 2.901 2.790 2.707 2.641

16 4.494 3.634 3.239 3.007 2.852 2.741 2.657 2.591

17 4.451 3.592 3.197 2.965 2.810 2.699 2.614 2.548

18 4.414 3.555 3.160 2.928 2.773 2.661 2.577 2.510

19 4.381 3.522 3.127 2.895 2.740 2.628 2.544 2.477

20 4.351 3.493 3.098 2.866 2.711 2.599 2.514 2.447

21 4.325 3.467 3.072 2.840 2.685 2.573 2.488 2.420

22 4.301 3.443 3.049 2.817 2.661 2.549 2.464 2.397

23 4.279 3.422 3.028 2.796 2.640 2.528 2.442 2.375

24 4.260 3.403 3.009 2.776 2.621 2.508 2.423 2.355

25 4.242 3.385 2.991 2.759 2.603 2.490 2.405 2.337

26 4.225 3.369 2.975 2.743 2.587 2.474 2.388 2.321

27 4.210 3.354 2.960 2.728 2.572 2.459 2.373 2.305

28 4.196 3.340 2.947 2.714 2.558 2.445 2.359 2.291

29 4.183 3.328 2.934 2.701 2.545 2.432 2.346 2.278

30 4.171 3.316 2.922 2.690 2.534 2.421 2.334 2.266

31 4.160 3.305 2.911 2.679 2.523 2.409 2.323 2.255

32 4.149 3.295 2.901 2.668 2.512 2.399 2.313 2.244

33 4.139 3.285 2.892 2.659 2.503 2.389 2.303 2.235

34 4.130 3.276 2.883 2.650 2.494 2.380 2.294 2.225

35 4.121 3.267 2.874 2.641 2.485 2.372 2.285 2.217

36 4.113 3.259 2.866 2.634 2.477 2.364 2.277 2.209


(5)

38 4.098 3.245 2.852 2.619 2.463 2.349 2.262 2.194

39 4.091 3.238 2.845 2.612 2.456 2.342 2.255 2.187

40 4.085 3.232 2.839 2.606 2.449 2.336 2.249 2.180

41 4.079 3.226 2.833 2.600 2.443 2.330 2.243 2.174

42 4.073 3.220 2.827 2.594 2.438 2.324 2.237 2.168

43 4.067 3.214 2.822 2.589 2.432 2.318 2.232 2.163

44 4.062 3.209 2.816 2.584 2.427 2.313 2.226 2.157

45 4.057 3.204 2.812 2.579 2.422 2.308 2.221 2.152

46 4.052 3.200 2.807 2.574 2.417 2.304 2.216 2.147

47 4.047 3.195 2.802 2.570 2.413 2.299 2.212 2.143

48 4.043 3.191 2.798 2.565 2.409 2.295 2.207 2.138

49 4.038 3.187 2.794 2.561 2.404 2.290 2.203 2.134

50 4.034 3.183 2.790 2.557 2.400 2.286 2.199 2.130

51 4.030 3.179 2.786 2.553 2.397 2.283 2.195 2.126

52 4.027 3.175 2.783 2.550 2.393 2.279 2.192 2.122

53 4.023 3.172 2.779 2.546 2.389 2.275 2.188 2.119

54 4.020 3.168 2.776 2.543 2.386 2.272 2.185 2.115

55 4.016 3.165 2.773 2.540 2.383 2.269 2.181 2.112

56 4.013 3.162 2.769 2.537 2.380 2.266 2.178 2.109

57 4.010 3.159 2.766 2.534 2.377 2.263 2.175 2.106

58 4.007 3.156 2.764 2.531 2.374 2.260 2.172 2.103

59 4.004 3.153 2.761 2.528 2.371 2.257 2.169 2.100

60 4.001 3.150 2.758 2.525 2.368 2.254 2.167 2.097

61 3.998 3.148 2.755 2.523 2.366 2.251 2.164 2.094

62 3.996 3.145 2.753 2.520 2.363 2.249 2.161 2.092

63 3.993 3.143 2.751 2.518 2.361 2.246 2.159 2.089

64 3.991 3.140 2.748 2.515 2.358 2.244 2.156 2.087

65 3.989 3.138 2.746 2.513 2.356 2.242 2.154 2.084

66 3.986 3.136 2.744 2.511 2.354 2.239 2.152 2.082

67 3.984 3.134 2.742 2.509 2.352 2.237 2.150 2.080

68 3.982 3.132 2.740 2.507 2.350 2.235 2.148 2.078

69 3.980 3.130 2.737 2.505 2.348 2.233 2.145 2.076

70 3.978 3.128 2.736 2.503 2.346 2.231 2.143 2.074

71 3.976 3.126 2.734 2.501 2.344 2.229 2.142 2.072

72 3.974 3.124 2.732 2.499 2.342 2.227 2.140 2.070

73 3.972 3.122 2.730 2.497 2.340 2.226 2.138 2.068

74 3.970 3.120 2.728 2.495 2.338 2.224 2.136 2.066

75 3.968 3.119 2.727 2.494 2.337 2.222 2.134 2.064


(6)

77 3.965 3.115 2.723 2.490 2.333 2.219 2.131 2.061

78 3.963 3.114 2.722 2.489 2.332 2.217 2.129 2.059

79 3.962 3.112 2.720 2.487 2.330 2.216 2.128 2.058

80 3.960 3.111 2.719 2.486 2.329 2.214 2.126 2.056

81 3.959 3.109 2.717 2.484 2.327 2.213 2.125 2.055

82 3.957 3.108 2.716 2.483 2.326 2.211 2.123 2.053

83 3.956 3.107 2.715 2.482 2.324 2.210 2.122 2.052

84 3.955 3.105 2.713 2.480 2.323 2.209 2.121 2.051

85 3.953 3.104 2.712 2.479 2.322 2.207 2.119 2.049

86 3.952 3.103 2.711 2.478 2.321 2.206 2.118 2.048

87 3.951 3.101 2.709 2.476 2.319 2.205 2.117 2.047

88 3.949 3.100 2.708 2.475 2.318 2.203 2.115 2.045

89 3.948 3.099 2.707 2.474 2.317 2.202 2.114 2.044

90 3.947 3.098 2.706 2.473 2.316 2.201 2.113 2.043

91 3.946 3.097 2.705 2.472 2.315 2.200 2.112 2.042

92 3.945 3.095 2.704 2.471 2.313 2.199 2.111 2.041

93 3.943 3.094 2.703 2.470 2.312 2.198 2.110 2.040

94 3.942 3.093 2.701 2.469 2.311 2.197 2.109 2.038

95 3.941 3.092 2.700 2.467 2.310 2.196 2.108 2.037

96 3.940 3.091 2.699 2.466 2.309 2.195 2.106 2.036

97 3.939 3.090 2.698 2.465 2.308 2.194 2.105 2.035

98 3.938 3.089 2.697 2.465 2.307 2.193 2.104 2.034

99 3.937 3.088 2.696 2.464 2.306 2.192 2.103 2.033

100 3.936 3.087 2.696 2.463 2.305 2.191 2.103 2.032


Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SDN RANJINGAN BANYUMAS

1 24 254

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODETALKING STICK TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 01 SANGKANJOYO KABUPATEN PEKALONGAN

27 132 302

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MARGA AYU 01 KABUPATEN TEGAL

1 17 365

KEEFEKTIFAN MEDIA SLIDE PRESENTASI TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 06 TEGALSARI KABUPATEN PEMALANG

0 9 281

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON 2 KOTA TEGAL

0 7 327

KEEFEKTIFAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGIRI 2 KABUPATEN BREBES

0 17 292

KEEFEKTIFAN STRATEGI CROSSWORD PUZZLE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AWAN DAN CUACA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI PEGIRIKAN 03 KABUPATEN TEGAL

0 21 186

KEEFEKTIFAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGIRI 2 KABUPATEN BREBES.

0 0 584

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS TEORI BELAJAR BRUNER TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR SISWA KELAS III SDN MANYARAN OTA SEMARANG

0 0 78

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA BANGUN DATAR SEDERHANA DI KELAS I SEKOLAH DASAR

0 0 8