30
2.1.9.5 Teori Belajar Bruner
Bruner  1960  dalam  Karso,  dkk  2009:  1.11-2,  membagi  proses  belajar menjadi tiga tahapan, meliputi: tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif
atau  tahap  kegiatan  yaitu  tahap  siswa  belajar  menggunakan  atau  memanipulasi objek konkret secara langsung seperti memanipulasikan, menyusun, menjejerkan,
dan  bentuk-bentuk  gerak  lainnya.  Tahap  ikonik  atau  tahap  gambar  bayangan adalah  tahap  siswa  sudah  dapat  membayangkan  kembali  atau  memberikan
gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau yang telah  dikenalnya  pada  tahap  enaktif.  Tahap  Simbolik  adalah  tahap  siswa  sudah
dapat  memahami simbol-simbol  dan mampu menjelaskan dengan bahasanya, hal ini seperti pada tahap operasi konkret dan formal dari Piaget.
2.1.10 Metode Pembelajaran Konvensional
Metode ceramah merupakan salah satu bentuk pembelajaran konvensional. Majid  2013:  165  mengemukakan  bahwa  pembelajaran  konvensional  dapat
diartikan  sebagai  pembelajaran  dalam  konteks  klasikal  yang  sudah  terbiasa dilakukan  dan  terpusat  pada  guru.  Pelaksanaan  pembelajaran  dilakukan  melalui
mendengarkan lecture, tanya jawab, dan membaca. Suryosubroto 2011: 20 menjelaskan bahwa penggunaan metode ceramah
sudah tidak memadai jika diterapkan pada kondisi sekarang. Metode ceramah juga tidak  memberi  banyak  mafaat  dalam  rangka  mencapai  tujuan  pendidikan  yang
diharapkan.  Minat  belajar  siswa  cenderung  rendah  dalam  kegiatan  pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan menerapkan suatu metode mengajar yang tepat, efektif, dan efisien.
31 Metode ceramah jika diterapkan secara benar dapat memberikan beberapa
keunggulan.  Keunggulan  metode  ceramah  yaitu  tidak  membutuhkan  biaya  besar dan  mudah  untuk  dilakukan.  Ceramah  dapat  menyajikan  materi  pelajaran  yang
luas  dan  dapat  menonjolkan  materi  pokok  yang  sedang  dipelajari.  Melalui ceramah  guru  dapat  mengontrol  keadaan  kelas  karena  sepenuhnya  kelas
merupakan  tanggung  jawab  guru  yang  sedang  mengajar.  Selain  itu,  organisasi kelas dengan menggunakan metode ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana. Setiap  metode  memiliki  keunggulan  dan  kelemahan.  Metode  ceramah
memiliki  beberapa  kelemahan  dibandingkan  dengan  metode  yang  lain.  Dengan metode  ceramah,  materi  yang  dapat  dikuasai  siswa  terbatas  pada  pengetahuan
yang  dikuasai  oleh  guru.  Ceramah  yang  tidak  disertai  dengan  peragaan  akan menimbulkan  verbalisme  dan  membosankan,  apalagi  jika  guru  tidak  memiliki
kemampuan  bertutur  yang  baik.  Melalui  ceramah  sulit  untuk  mengetahui  tingkat
pemahaman siswa walaupun siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya. 2.1.11
Metode Matematika Gasing
Metode  matematika  “GAmpang,  aSyIk,  dan  menyenaNGkan”  yang selanjutnya  disebut  dengan  metode  matematika  gasing  merupakan  inovasi  yang
dikembangkan oleh Yohanes Surya. Metode matematika gasing membantu siswa belajar  matematika  menjadi  lebih  mudah  dipahami  dengan  berbagai  kegiatan
asyik dan menyenangkan di dalamnya. Metode  matematika  gasing  telah  diperkenalkan  ke  berbagai  penjuru
Indonesia.  Berbagai  pelatihan  telah  digelar  dan  diikuti  oleh  banyak  calon  guru atau guru yang sudah mengajar di sekolah dasar. Tidak hanya diperkenalkan saja,
32 metode  ini  telah  diterapkan  pada  siswa  sekolah  dasar  di  wilayah  Papua  dan
terbukti berhasil dalam waktu enam bulan. Surya  2011:  1  mengemukakan  bahwa  metode  matematika  gasing
merupakan  suatu  metode  belajar  matematika  dengan  menggunakan  cara  yang lebih  sederhana  dan  dipadukan  dengan  pendekatan  logika  dan  meminimalisir
penggunaan  rumus  serta  menekankan  kepada  suatu  pembelajaran  yang  berupa kegiatan  eksplorasi  nyata  konkret  dari  materi-materi  yang  disesuaikan  dengan
kurikulum sekolah. Prinsip dasar dalam metode matematika gasing seperti yang dikemukakan
oleh  Surya  2011:  2  yaitu  siswa  belajar  matematika  dari  konsep  yang  termudah hingga  tersulit,  perhitungan  lebih  banyak  dilakukan  di  luar  kepala  mencongak
dengan  pemberian  latihan  secara  terus  menerus  drill.  Penguatan  dengan pemberian  pujian  oleh  guru  dilakukan  sesering  mungkin  ketika  siswa  mampu
menghitung,  sikap  optimis  dan  kasih  sayang  guru  juga  diperlukan  dalam mengimplementasikan metode ini di dalam kelas.
Kegiatan  belajar  mengajar  menggunakan  metode  matematika  gasing dirancang  secara  sistematis  dan  sistemik  dengan  mengurutkan  materi  dari
kegiatan  yang  mudah  sampai  pada  kegiatan  yang  sulit  dengan  tetap memperhatikan  pada  ketercapaian  tujuan,  sehingga  memberikan  kebermaknaan
kepada siswa dalam belajar matematika. Aniey 2013 mengemukakan bahwa langkah pembelajaran dalam metode
matematika gasing terdiri dari lima tahapan, meliputi: 1  Tahap pertama: Dialog sederhana
Setiap  pelaksanaan  pembelajaran  penting  adanya  sebuah  interaksi yang dapat  memunculkan S stimulus dan R respon sehingga  apa  yang
33 menjadi  tujuan  pembelajaran  dapat  tercapai.  Tahapan  dialog  sederhana
dalam  metode  matematika  gasing  melibatkan  interaksi  antara  guru  dan siswa sesuai dengan teori belajar connectionsm yang dikemukakan oleh
Thorndike. 2  Tahap Kedua: Berimajinasi atau berfantasi
Pada tahap ini, guru dapat membantu siswa untuk berimajinasi atau berfantasi  dengan  membahas  kejadian-kejadian  di  kehidupan  nyata  serta
melaksanakan  suatu  kegiatan  permulaan  sesuai  dengan  materi  yang  akan dipelajari.  Namun,  aspek  ini  seringkali  diabaikan  oleh  guru.  Padahal  jika
tahap berimajinasi atau berfantasi ini dilaksanakan maka dapat melahirkan sebuah  konsep,  kreativitas,  inovasi  dan  perilaku  yang  aktual  dalam
kehidupan. 3  Tahap ketiga: Menyajikan contoh-contoh soal yang relevan
Pemberian contoh-contoh soal yang relevan bertujuan supaya siswa berlatih
menggunakan logika
sederhana sehingga
mempertegas kemampuan  penguasaan  matematika  siswa.  Sehingga  dengan  semakin
seringnya  disajikan  contoh-contoh  soal  yang  relevan  siswa  mampu meningkatkan  ketangkasan  dan  keterampilan  pada  mata  pelajaran
matematika. 4  Tahap keempat: Menyajikan materi secara mendalam
Pada  tahap  ini  siswa  mulai  mampu  untuk  mengetahui fenomenafenomena apa  saja  yang dibahas dalam materi matematika  yang
sedang  dipelajari  dengan  pemberian  makna  pada  setiap  soal-soal  yang telah  disajikan  pada  tahap  sebelumnya.  Pemberian  jembatan  keledai  oleh
34 guru  kepada  siswa  diharapkan  dapat  membantu  menambah  pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan. 5  Tahap kelima: Memberikan variasi soal
Pemberian variasi
soal dalam
pelaksanaan pembelajaran
matematika menggunakan metode matematika gasing dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Selain itu, variasi soal yang diberikan juga bertujuan
untuk  memperdalam  dan  mengecek  bahan  pelajaran  yang  telah  dipelajari id.scribd.com.
Roestiyah  1996  dalam  Hamzah  2014:  268,    mengemukakan  bahwa teknik  pemberian  tugas  memiliki  tujuan  agar  siswa  menghasilkan  hasil  belajar
yang  lebih  mantap,  karena  siswa  melakukan  latihan-latihan  selama  melakuan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih
terintegrasi. Metode  matematika  gasing  memiliki  beberapa  keunggulan.  Tuga  2013
dalam  Sirait  2013:  7,  menjelaskan  keunggulan  metode  matematika  gasing, meliputi:  1  metode  gasing  dapat  dipelajari  oleh  segala  lapisan  umur,  cocok
untuk  anak-anak  hingga  orang  dewasa;  2  dalam  praktiknya,  metode  ini  selalu mengawali segala hal dengan sesuatu yang nyata bukan abstrak, sehingga sangat
mudah dimengerti; 3 menghitung cepat tambah, kali, kurang, bagi  tanpa alat; 4 menghitung dengan mencongak, sehingga peserta didik harus membayangkan
hasil-hasil  yang  telah  dihitung,  hal  ini  akan  memacu  kerja  otak  kanan,  dengan banyaknya imajinasi, peserta didik akan lebih kreatif.
Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan. Mayoritas penelitian sebelumnya  memaparkan  jika  kelemahan  metode  matematika  gasing  yaitu  pada
35 saat  ulangan  berupa  soal  esai,  jika  siswa  tidak  menyertakan  perhitungan  dengan
rumus,  meski  hasil  jawabannya  benar  akan  tetap  dinyatakan  salah,  dan  secara umum  strategi  pembelajaran  gasing  belum  bisa  diterapkan  untuk  menyelesaikan
soal-soal  matematika  di  perguruan  tinggi,  karena  umumnya  mahasiswa  dituntut untuk bisa menurunkan berbagai rumus.
2.1.12 Materi Keliling Bangun Datar