Teori Belajar Piaget Teori Belajar Matematika

26

2.1.9.1 Teori Belajar Piaget

Piaget dalam Rifa‟i dan, Anni 2011: 26-30 membagi tingkat perkembangan kognisi pada setiap individu menjadi empat tahapan yaitu tahap sensori motorik 0-2 tahun, tahap praoperasional 2-7 tahun, tahap operasional konkrit 7-11 tahun, dan tahap operasional formal 11-15 tahun. Tahap sensori motorik yaitu tahapan dimana kematangan seseorang terjadi karena adanya suatu interaksi sosial dengan lingkungan dan berbagai tindakan bergantung melalui inderawi. Tahap praoperasional yaitu tahapan dimana kemampuan individu berkembang dari sensorik-motorik menuju sebuah kemampuan baru ditambah dengan meningkatnya perkembangan egosentris. Tahap operasional konkrit yaitu tahapan dimana anak mulai berpikir secara logis serta berpikir secara konkret, sehingga harus selalu diamati perkembangan kognitif dan afektifnya. Tahap operasional formal yaitu tahapan dimana anak dapat menerapkan berpikir logis karena mengembangkan pikiran formalnya serta dapat menggunakan abstraksi. 2.1.9.2 Teori Belajar Thorndike Teori belajar ini disebut juga teori conectionisme. Thorndike dalam Rifa‟i dan Anni 2011: 113 menyatakan jika belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus dan respon merupakan salah satu usaha untuk mengaktifkan siswa secara utuh dan menyeluruh baik pikiran, perasaan, dan perbuatan. Stimulus adalah sesuatu yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran maupun perasaan atau hal-hal lain yang dapat diterapkan 27 melalui alat indera, sedangkan respon adalah reaksi yang muncul yang dapat berupa pikiran, perasaan, maupun gerakan. Terdapat tiga hukum dalam teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan law of readiness, hukum latihan law of exercise, dan hukum akibat law of effect. Hukum kesiapan law of readiness adalah hukum yang menyatakan jika belajar akan berhasil apabila siswa telah benar-benar siap untuk belajar, sebab jika suatu materi diajarkan kepada anak yang belum siap untuk menerima materi tersebut maka pembelajaran akan sia-sia dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Hukum latihan law of exercise adalah hukum yang menyatakan jika terjadi ikatan antara stimulus dan respon dalam intensitas yang sering, maka ikatan tersebut akan semakin kuat karena semakin sering suatu pengetahuan dan pengalaman yang terbentuk antara stimulus dan respon yang dilatihkan. Hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar yaitu pengulangan, semakin sering suatu materi pelajaran diulangi maka akan semakin kuat tersimpan dalam memori. Hukum akibat law of effect adalah hukum akibat dapat diartikan jika suatu tindakan yang diikuti menyenangkan, maka tindakan tersebut akan cenderung terus menerus diulangi pada kesempatan lain, dan begitu pula sebaliknya. 2.1.9.3 Teori Belajar Gagne Teori belajar ini menyatakan bahwa terdapat dua objek dalam belajar matematika, yaitu objek langsung belajar matematika dan objek tidak langsung dari belajar matematika. Karso, dkk. 2000: 1.28-9 mengemukakan bahwa objek langsung meliputi fakta, operasi, konsep, dan prinsip. Sedangkan objek tidak langsung mencakup kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Pada teori belajar Gagne 28 dalam Karso, dkk 2000: 1.30, terdapat delapan urutan tipe belajar, yaitu: belajar isyarat, belajar stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah. Kedelapan tipe belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Belajar isyarat merupakan tahap belajar sesuatu yang tidak disengaja sebagai akibat adanya rangsangan, guru dapat bertindak atau mengucapkan sesuatu yang menyenangkan tentang matematika sehingga membangkitkan sikap positif siswa dalam belajar matematika. Belajar stimulus-respon merupakan tahap belajar yang sudah disengaja dan responnya adalah jasmaniah, siswa mampu menyebutkan atau menuliskan apa yang diperintahkan oleh guru setelah guru memberikan penjelasan. Rangkaian gerak adalah kegiatan belajar dalam bentuk perbuatan jasmaniah yang berurutan dan terdiri dari dua atau lebih stimulus respon. Rangkaian verbal merupakan tahap belajar yang berupa perbuatan lisan terurut yang terdiri dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Tahapan rangkaian verbal mendorong siswa untuk menyatakan pendapat tentang simbol, definisi, aksioma, maupun dalil. Belajar membedakan merupakan kegiatan melatih siswa untuk memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. Terdapat dua macam belajar membeda-bedakan, yaitu membedakan tunggal berupa pengertian siswa terhadap suatu lambang, serta membedakan jamak yaitu membedakan beberapa lambang tertentu misalnya lambang-lambang ruas garis, sinar, dan garis. Belajar konsep disebut juga tahap belajar pengelompokkan, siswa belajar mengenal sifat dari suatu peristiwa untuk memahami suatu konsep. Belajar aturan merupakan tahapan dimana siswa mampu memberikan respon terhadap semua stimulus yang telah diberikan, respon yang ditunjukkan berupa segala macam 29 perbuatan. Pemecahan masalah merupakan tahap yang paling tinggi, sesuatu yang baru menjadi masalah bagi siswa karena belum mengetahui proses penyelesaiannya.

2.1.9.4 Teori Belajar Ausubel

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SDN RANJINGAN BANYUMAS

1 24 254

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODETALKING STICK TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 01 SANGKANJOYO KABUPATEN PEKALONGAN

27 132 302

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MARGA AYU 01 KABUPATEN TEGAL

1 17 365

KEEFEKTIFAN MEDIA SLIDE PRESENTASI TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 06 TEGALSARI KABUPATEN PEMALANG

0 9 281

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON 2 KOTA TEGAL

0 7 327

KEEFEKTIFAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGIRI 2 KABUPATEN BREBES

0 17 292

KEEFEKTIFAN STRATEGI CROSSWORD PUZZLE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AWAN DAN CUACA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI PEGIRIKAN 03 KABUPATEN TEGAL

0 21 186

KEEFEKTIFAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGIRI 2 KABUPATEN BREBES.

0 0 584

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS TEORI BELAJAR BRUNER TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR SISWA KELAS III SDN MANYARAN OTA SEMARANG

0 0 78

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA BANGUN DATAR SEDERHANA DI KELAS I SEKOLAH DASAR

0 0 8