23 siswa mencakup tiga  aspek,  yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik  yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Cara  yang  dapat  dilakukan  untuk  mengetahui  kesesuaian  antara  hasil
belajar  dengan  tujuan  pembelajaran  adalah  dengan  mengadakan  evaluasi  atau penilaian  hasil  belajar.  Penilaian  hasil  belajar  siswa  mencakup  segala  hal  yang
dipelajari  di  sekolah,  baik  menyangkut  pengetahuan,  sikap,  dan  keterampilan yang  berhubungan  dengan  mata  pelajaran  yang  diberikan  kepada  siswa.  Setelah
melakukan  evaluasi  guru  dapat  memberikan  tindak  lanjut  kepada  siswa.  Oleh karena itu, guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan belajar siswa harus
mampu  menghadirkan  metode  pembelajaran  yang  tepat  agar  hasil  belajar  yang diperoleh siswa optimal.
2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa  kelas  rendah  masih  tergolong  anak  usia  dini.  Pada  masa  ini merupakan  masa  yang  paling  tepat  untuk  menggali  potensi  siswa.  Karakteristik
siswa  sekolah  dasar  yaitu  mengalami  pertumbuhan  dan  perkembangan  baik  fisik maupun mental. Perkembangan mental meliputi perkembangan intelektual, emosi,
bahasa, sosial, dan moral keagamaan. Piaget  1950  dalam  Susanto  2013:  77  membagi  tingkat  perkembangan
kognisi  pada  setiap  individu  menjadi  beberapa  tahapan,  tahapan  tersebut  antara lain:  1  tahap  sensorik-motorik  0-2  tahun  tahapan  dimana  kematangan
seseorang  terjadi  karena  adanya  suatu  interaksi  sosial  dengan  lingkungan  dan berbagai tindakan  bergantung melalui indrawi; 2 tahap berpikir praoperasional
2-7 tahun pada tahap ini kemampuan individu berkembang dari sensorikmotorik menuju  sebuah  kemampuan  baru  ditambah  dengan  meningkatnya  perkembangan
egosentris;  3  tahap  berpikir  operasional  konkret  7-11  tahun  tahap  ini  anak
24 mulai  berpikir  secara  logis  serta  berpikir  secara  konkret,  sehingga  harus  selalu
diamati  perkembangan  kognitif  dan  afektifnya;  4  tahap  berpikir  operasional formal  11-15  tahun  pada  tahap  ini  individu  dapat  menerapkan  berpikir  logis
karena mengembangkan pikiran formalnya serta dapat menggunakan abstraksi. Berdasarkan  tingkat  perkembangan  kognisi  yang  telah  dipaparkan  oleh
Piaget,  maka  karakteristik  siswa  sekolah  dasar  berada  pada  tahap  berpikir operasional  konkret,  masih  senang  bermain,  bergerak,  melakukan  sesuatu  secara
langsung  dan  belum  mampu  berpikir  secara  abstrak  dan  masih  terikat  dengan objek yang bersifat konret. Oleh karena itu, pembelajaran harus dirancang supaya
siswa terlibat secara aktif dan diusahakan materi dapat ditampilkan kepada siswa dengan  mudah,  asyik,  dan  menyenangkan  sesuai  dengan  karakteristik  dan  tahap
perkembangan anak.
2.1.8 Matematika di Sekolah Dasar
“Matematika  sekolah  adalah  matematika  yang  diajarkan  di  satuan pendidikan  dengan  materi  matematika  dan  pola  pikir  matematika  terpilih  yang
disesuaikan  dengan  kebutuhan  penerapannya  dalam  kehidupan  sehari-hari  dan perkembangan ilmu pengetahuan” Hamzah dan Muhlisrarini 2014: 67.
Satuan  pendidikan  di  Indonesia  terdiri  dari  sekolah  dasar,  sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Dari ketiga satuan pendidikan tersebut, pendidikan
sekolah  dasar  merupakan  satuan  pendidikan  yang  paling  tepat  untuk  membekali siswa  dengan  ilmu  matematika.  Matematika  di  sekolah  dasar  berusaha  untuk
menyajikan materi yang sesuai dengan karakteristik matematika yaitu berorientasi kepada kepentingan pendidikan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan supaya siswa
25 terampil  dan  cakap  untuk  mengaplikasikan  berbagai  konsep  matematika  yang
telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Heruman  2007:  2  menyatakan  bahwa  pembelajaran  dan  materi
matematika  di  sekolah  dasar  disesuaikan  dengan  perkembangan  siswa  serta memperhatikan  aspek-aspek  teori  psikologi  perkembangan  anak,  sehingga
tahapan  belajar  matematika  di  sekolah  dasar  sesuai  dengan  kognitif  dan perkembangan jiwa siswa. Oleh karena itu, kurikulum matematika sekolah dasar
dibagi  menjadi  tiga kelompok  besar,  yaitu penanaman konsep dasar penanaman konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan.
Setiap konsep dalam matematika yang abstrak dan baru dipahami oleh siswa perlu segera diberi penguatan, hal ini bertujuan supaya konsep tersebut
mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Siswa sekolah dasar berada pada fase berpikir
opersional konkret dan masih terikat dengan objek yang bersfat konkret, sehingga diperlukan suatu metode dan media yang tepat untuk memahami matematika yang
bersifat abstrak supaya apa yang disampaikan oleh guru lebih cepat dipahami oleh siswa.
2.1.9 Teori Belajar Matematika