1
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan kajian pertama dalam penelitian. Pada pendahuluan memuat tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Pembahasan lebih mendalam mengenai bab pendahuluan akan diuraikan dalam penjelasan
dibawah ini.
1.1 Latar Belakang
Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11
Ayat 1 seperti yang dikutip oleh Shoimin 2013: 79 “mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara”. Pendidikan yang bermutu tidak hanya mencerdaskan individu dari aspek kognitif atau pengetahuan saja, tetapi juga
meliputi aspek afektif atau sikap, dan aspek psikomotor atau keterampilan. Pemerintah telah mengusahakan suatu sistem pendidikan yang bermutu.
Hal ini tercantum dalam Pasal 31 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
2
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Usaha penyelenggaraan pendidikan yang telah dibangun oleh pemerintah harus didukung penuh oleh seluruh elemen masyarakat. Proses pendidikan tidak hanya
berlangsung di sekolah saja, tetapi juga di lingkungan tempat tinggal siswa. Peran orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membimbing siswa menjadi
manusia seutuhnya. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Pelaksanaan pendidikan terbagi dalam beberapa jalur pendidikan meliputi jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal
meliputi pendidikan di sekolah. Pendidikan nonformal meliputi bimbingan belajar dan kursus. Pendidikan informal meliputi pendidikan yang ada di dalam keluarga.
Jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terdiri dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 7 menjelaskan bahwa: Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal yang melandasi jenjang menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar berfungsi
3 sebagai peletak dasar-dasar keilmuan dan membantu mengoptimalkan
perkembangan anak melalui pembelajaran yang dibimbing oleh guru. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37
mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah dasar mencakup berbagai muatan mata pelajaran, salah satu muatan yang penting untuk dipelajari pada jenjang ini
adalah matematika. Oleh karena itu, perlu bagi semua orang untuk mengenal
matematika, memahami peran dan manfaat matematika ke depan Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 47.
Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathein artinya berpikir atau belajar. Menurut Ismail, dkk 2000: 1.3, “matematika
adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, kumpulan sistem,
struktur dan al at”. Matematika di sekolah dasar berusaha untuk menyajikan materi
yang sesuai dengan karakteristik matematika yaitu berorientasi kepada kepentingan pendidikan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Garis Besar Program Pengajaran Matematika Sekolah Dasar tahun 1994 tentang tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar menyebutkan bahwa
tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar meliputi empat hal, yaitu: 1 menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan
bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; 2 menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; 3
memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP; 4 membentuk sikap logis, kritis,
4 cermat, kreatif, dan disiplin. Supaya tujuan pengajaran matematika di sekolah
dasar tercapai, maka guru sekolah dasar harus mengerti dan memahami tugas seorang guru matematika seperti yang telah tercantum dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu membantu siswanya untuk mendapatkan: 1 pengetahuan yang meliputi konsep, keterkaitan antar konsep,
dan algoritma; 2 kemampuan bernalar; 3 kemampuan memecahkan masalah; 4 kemampuan mengomunikasikan gagasan dan ide; serta 5 sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan. Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak
guru yang menggunakan metode konvensional dalam mengajarkan matematika termasuk pada materi keliling bangun datar. Menurut Heruman 2007: 87,
“pengenalan berbagai bentuk bangun datar bukan merupakan topik yang terlalu sulit diajarkan, hanya saja selama ini guru sering kali kurang memperhatikan
batasan- batasan sejauh mana materi yang perlu diberikan kepada siswa”.
Pembelajaran materi keliling bangun datar masih berpusat pada guru dengan hanya memberikan berbagai definisi yang sebenarnya tidak perlu, sehingga siswa
menjadi pasif karena hanya mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru sehingga menimbulkan kebosanan dan berdampak pada rendahnya minat siswa
untuk belajar matematika serta hasil belajar yang kurang maksimal. Keadaan serupa terjadi dalam pembelajaran di kelas III Sekolah Dasar
Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan pada mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III SD Negeri 1 Kalipancur,
diketahui bahwa hasil tes formatif siswa pada materi keliling bangun datar tahun
5 pelajaran 20132014 pada mata pelajaran matematika masih banyak siswa yang
belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum KKM. Dari tes evaluasi yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran matematika dengan nilai KKM
sebesar 65, terdapat 20 dari 40 siswa yang terdiri dari kelas IIIA dan IIIB hanya mampu mencapai batas nilai KKM yang telah ditentukan. Dari data awal yang
telah didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan jika mayoritas siswa mengalami kesulitan dalam menerima konsep matematika yang abstrak, sehingga
mengakibatkan rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika. Tugas seorang guru yaitu merancang pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat siswa. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang menyatakan bahwa:
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses, eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Kreativitas dan inovasi seorang guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Sebagai ilmu
pengetahuan matematika mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.
Supaya pembelajaran matematika khususnya materi keliling bangun datar dapat terlaksana dengan baik, guru hendaknya
menggunakan suatu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa.
6 Pengertian metode pembelajaran menurut Hamzah dan Muhlisrarini 2014: 231,
yaitu “cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu bahan pelajaran yang pelaksanaannya memerlukan satu atau beberapa teknik”. Penggunaan
metode matematika gasing merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh guru dalam mengajarkan materi keliling bangun datar kepada siswa sehingga dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika karena metode matematika gasing menjadikan proses pembelajaran matematika menjadi gampang, asyik, dan
menyenangkan. Metode matematika “GAmpang, aSyIk, dan menyenaNGkan” Gasing
merupakan inovasi yang dikembangkan oleh Yohanes Surya. Surya 2011: 1 menjelaskan bahwa metode matematika gasing merupakan suatu metode belajar
matematika dengan menggunakan cara yang lebih sederhana dan dipadukan dengan pendekatan logika dan meminimalisir penggunaan rumus serta
menekankan kepada suatu pembelajaran yang berupa kegiatan eksplorasi nyata konkret dari materi-materi yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah.
Surya 2011: 1 menjelaskan bahwa prinsip dasar dalam metode matematika gasing yaitu siswa belajar matematika dari konsep yang termudah
hingga tersulit. Kegiatan menghiung lebih banyak dilakukan di luar kepala mencongak dengan pemberian latihan secara terus menerus drill. Pemberian
penguatan dengan pemberian pujian dilakukan oleh guru sesering mungkin ketika siswa mampu menghitung. Guru perlu memiliki sikap optimis dan kasih sayang
dalam mengimplementasikan metode ini di dalam kelas.
7 Kegiatan belajar mengajar menggunakan metode matematika gasing
dirancang secara sistematis dan sistemik dengan mengurutkan materi dari kegiatan yang mudah sampai pada kegiatan yang sulit dengan tetap
memperhatikan pada ketercapaian tujuan, sehingga memberikan kebermaknaan kepada siswa dalam belajar matematika.
Terdapat beberapa penelitian yang telah menerapkan metode matematika gasing. Pertama, penelitian yang diakukan oleh Surya 2012 dengan judul
penelitian “ Math for The Indigenous Tribes in Indonesia”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode matematika gasing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Matematika pada anak-anak usia SD di Papua.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Charitas, Permana, dan Suwastri 2014 dengan judul penelitian
“Local Instruction Theory on Division In Mathematics Gasing: The Case of Rural Area’s Student in Indonesia”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode Matematika gasing memberikan kontribusi yang nyata pada pemahaman mahasiswa dalam konsep operasi
pembagian. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa metode matematika
gasing mampu meningkatkan motivasi, prestasi belajar matematika siswa, dan pemahaman mahasiswa terhadap konsep operasi pembagian. Kajian empiris
tersebut menjadi landasan bagi peneliti untuk menguji keefektifan metode matematika gasing terhadap minat dan hasil belajar pada materi keliling bangun
datar.
8 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti berminat untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Keefektifan Metode Matematika Gasing Terhadap Minat dan Hasil Belajar Keliling Bangun Datar Siswa Kelas III Sekolah
Dasar Negeri 1 Kalipancur Kabupaten Pekalongan”.
1.2 Identifikasi Masalah