Penyimpangan Sosial Positif Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang
109
Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial
tidak berulang-ulang. Tindakan siswa di atas menjadi penyimpangan sosial primer jika siswa tersebut tidak akan membolos, apabila telah
mengerjakan PR. Tindakan yang dilakukan oleh siswa tersebut di luar perencanaannya sehingga bisa disebut penyimpangan primer. Pelaku
penyimpangan primer masih dapat diterima secara sosial karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku tersebut. Sedangkan
penyimpangan sekunder terjadi, jika siswa tersebut mengulangi perilaku menyimpang yang pernah dilakukan. Keberhasilan dalam
melakukan perilaku menyimpang mendorong seseorang melakukan perilaku yang sama. Seperti pada kasus siswa yang membolos ketika
pelajaran sekolah. Tindakan membolos sering dilakukannya ketika ia merasa malas dan bosan. Pengulangan perilaku menyimpang ini
memunculkan penyimpangan sekunder secondary deviation.
Kartini Kartono 1983 dalam bukunya Patologi Sosial mengemuka- kan urutan terjadinya penyimpangan sekunder, yaitu:
a. Dimulai dengan penyimpangan primer.
b. Muncul reaksi-reaksi sosial, hukuman, dan sanksi-sanksi.
c. Pengembangan dari penyimpangan-penyimpangan primer.
d. Reaksi sosial dan penolakan yang lebih ketat dari masyarakat. e.
Pengembangan deviasi lebih lanjut disertai pengorganisasian yang lebih rapi, timbul sikap permusuhan, serta dendam penuh
kebencian terhadap masyarakat yang menghukum mereka. f.
Kesabaran masyarakat sudah sampai pada batas akhir, dibarengi penghukuman, tindakan-tindakan keras, dan mengecam tindakan
penyimpangan itu sebagai noda masyarakat atau sebagai stigma sosial.
g. Timbul reaksi kedongkolan dan kebencian di pihak penyimpang,
disertai intensifikasi tingkah laku yang sosiopatik sehingga berkembang menjadi deviasi sekunder. Hilanglah kontrol-kontrol
rasional dan dirinya menjadi budak dari nafsu-nafsu serta kebiasaan-kebiasaan yang abnormal.
h. Masyarakat menerima tingkah laku abnormal itu dan melekatkan- nya sebagai status sosial terhadap si pelaku penyimpangan.
Bentuk penyimpangan se- kunder dan primer dikemuka-
kan per tama kali oleh Lement.
Sejarah Pemberantasan Korupsi di Indonesia Sejak Orde Lama hingga Orde Reformasi
Berbagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi telah dilakukan sejak tahun 1960-an, baik berupa pembentukan komisi-komisi yang bersifat
ad hoc, kelembagaan yang permanen, maupun melalui penyempurnaan dan pembentukan peraturan perundang-undangan. Dimulai dari Orde Lama
di bawah kepemimpinan Soekarno tercatat dua kali dibentuknya badan pemberantasan korupsi. Adapun perangkat hukum yang digunakan adalah
undang-undang keadaan bahaya dengan produknya yang bernama Panitia Retooling Aparatur Negara Paran dan Operasi Budhi.
Pada Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto dibentuklah Tim Pemberantasan Korupsi TPK yang diketuai oleh jaksa agung. Namun,
tahun 1970 TPK akhirnya dibubarkan. Seiring dengan melajunya tingkat korupsi yang ada. Maka dibentuklah Operasi Tertib Opstib yang tugasnya
adalah memberantas korupsi. Karena adanya perbedaan pendapat antaranggotanya keberadaan Opstib pun akhirnya bubar.
SOSIOLOGI Kelas X
110
Di era B.J. Habibie dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN
berikut pembentukan berbagai komisibadan baru seperti KPKPN, KPPU, atau lembaga Ombudsman.
Sebagaimana presiden lainnya, ketika menjabat sebagai presiden, Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi TGPTPK. Melalui suatu judicial review Mahkamah Agung
TGPTPK akhirnya dibubarkan. Ketidakberdayaan hukum di hadapan orang kuat, ditambah minimnya
komitmen dari elite pemerintah di era reformasi ini menjadi penyebab kenapa perilaku menyimpang KKN masih tumbuh subur.
Sekarang dengan kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan perang melawan korupsi yang akhirnya dibentuknya Tim
Pemberantasan Tindakan Pidana Korupsi Timtas Tipikor dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.
Sumber: www.pdii.lipi.go.id