Media Massa Penerapan Ilmu Pengetahuan Sosiologi dalam Kehidupan Masyarakat, 126

85 Proses Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian berlangsung. Belajar berjalan, belajar berbicara, belajar makan, belajar mengenal sesuatu. Pada intinya, sosialisasi tidak mungkin terhenti selama individu tersebut masih hidup. Berdasarkan tahapannya, sosialisasi dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu sosialisasi primer dan sekunder Mayor Polak: 1979. a. Sosialisasi Primer Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada saat sosialisasi primer, seseorang akan dapat mengenal lingkungan terdekatnya, misalnya ibu, bapak, kakak, adik, paman, bibi, nenek, kakek, teman sebaya, tetangganya, dan bahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, proses sosialisasi primer adalah proses sosialisasi di lingkungan keluarga. Pada proses ini, seorang anak akan melakukan pengenalan akan dirinya sendiri, yang pada akhirnya si anak akan me- miliki jati diri yang berbeda dengan orang lain.

b. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung, namun sosialisasi primer merupakan dasar dari sosialisasi sekunder. Sosialisasi ini berlangsung di luar keluarga. Dalam proses sosialisasi sekunder, anak akan mendapat berbagai pengalaman yang berbeda dengan keluarga. Jika dalam sosialisasi primer yang berperan adalah orang tua dan keluarga dekatnya, maka dalam sosialisasi sekunder yang berperan adalah orang lain seperti teman sepermainan, teman sekolah, dan teman sebaya. Hal ini terlihat setelah anak berumur lebih dari 5 tahun, anak akan memperluas pergaulan. Ia mulai mengenal guru di sekolahnya, teman bermain, tetangganya, dan lain-lain. Sumber: Dokumen Penulis Gambar 4.10 Teman bermain berperan besar dalam sosialisasi sekunder. Sumber: quasar.net.id Gambar 4.9 Keluarga berperan penting dalam so- sialisasi primer. Sosialisasi Menurut Hasan Mustafa, sosialisasi adalah sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Peran sosialisasi dalam kehidupan manusia sangat penting, antara lain mampu memberikan dasar bagi manusia untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu melestarikan kehidupan masyarakat itu sendiri. Tanpa adanya sosialisasi, mustahil manusia untuk mengembangkan kehidupan sosial dengan sesamanya. Sementara itu, tanpa adanya sosialisasi nilai-nilai budaya maka generasi penerus akan kesulitan menemukan identitas budayanya. Ada beberapa syarat terjadinya sosialisasi, antara lain sebagai berikut. Pertama, secara biologis memungkinkan manusia untuk selalu mengadakan pembelajaran. Ia lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Sosialisasi manusia senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan biologisnya. Kedua, lingkungan yang baik juga akan mempermudah manusia dalam bersosialisasi. Sosialisasi dilakukan manusia sejak ia dilahirkan di dunia. Semenjak bayi, manusia telah hidup dalam lingkungan sosial. Oleh karena itu, fungsi SOSIOLOGI Kelas X 86 Dikenal dua pola sosialisasi, yaitu: • Sosialisasi represif, di mana kebijakan orang tua berupa hukuman ter- hadap kesalahan anak serta lebih menekankan kepada kepatuhan anak kepada orang tua dan ke- inginan orang tua ter- hadap anak. • Sosialisasi partisipatif, di mana akan menjadi pusat sosialisasi, keutuh- an anak menjadi penting. sosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi yang ada dalam masyarakat tersebut kepada anggota-anggota barunya agar mereka dapat segera dapat berpartisipasi di dalamnya. Artinya, yang disosialisasikan oleh manusia adalah kebudayaan yang berintikan nilai yang berkaitan dengan hal baik dan buruk serta norma yang berkaitan dengan aturan baku yang harus dipatuhi manusia. Sosialisasi bisa berlangsung karena peran institusi, media massa, individu, dan kelompok. Ada tiga teori yang menjelaskan proses pembelajaran dalam sosialisasi. 1. Teori pembelajaran sosial social learning theory Menurut B.F. Skinner 1953, proses pembelajaran sosial bisa dilakukan dengan mengkondisikan. Orang tua yang menginginkan anaknya taat dan patuh, bisa mengkondisikan keadaan di lingkungan rumahnya dengan memberi contoh, menasihati, memuji, atau memberi hukuman. Menurut Albert Bandura, proses pembelajaran dalam sosialisasi bisa dilakukan dengan meniru perilaku orang lain. Anak bisa berperilaku disiplin dengan meniru kedisiplinan yang diterapkan kedua orang tuanya. 2. Teori perkembangan individu developmental theory Menurut Erik Ericson 1950, dalam sosialisasi ada delapan tahap perkembangan: rasa percaya pada lingkungan, kemandirian, inisiatif, kemampuan psikis dan pisik, identitas diri, hubungan dengan orang lain secara intim, pembinaan keluargaketurunan, penerimaan kehidupan. 3. Teori interaksi simbolis symbolic interaction theory Inti dari teori ini adalah memusatkan pada kajian tentang bagaimana individu menginterpretasikan dan memaknakan interaksi-interaksi sosialnya. Menurut Herbert Mead 1934 ada tiga proses tahapan pengembangan diri: preparatory stage saat anak mencoba memberikan makna pada perilakunya, play stage saat anak mulai belajar berperan seperti orang lain, dan game stage saat anak melatih ketrampilan sosialnya. Sumber: dikutip secara bebas dari tulisan Hasan Mustafa dalam http:home.unpar.ac.id~hasanSOSIALISASI.doc B. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian Pada dasarnya, kepribadian diartikan sebagai suatu kebiasaan dan sikap yang bersifat tetap serta menjadi karakteristik dalam diri seseorang. Kepribadian menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bertindak dalam kehidupan sehari-harinya. Sedangkan menurut Koentjaraningrat, kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekuen Setiap manusia melakukan proses sosialisasi, tidak terkecuali dirimu. Proses sosialisasi berlangsung selama manusia masih hidup di dunia ini. Melalui proses sosialisasi, kepribadian seseorang individu dapat terbentuk. Untuk memahami lebih jauh mengenai proses sosialisasi, cobalah lakukan pengamatan sederhana terhadap proses sosialisasi yang ada di lingkungan sekitarmu. Temukan pula kepribadian yang dapat terbentuk dalam sosialisasi tersebut. Tulislah hasilnya dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang mudah dipahami. Selanjutnya, kumpulkan pada guru. 87 Proses Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Adanya kepribadian dalam diri sese- orang tidaklah semata-mata diperoleh sejak lahir, namun lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya. Dalam hal ini, kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi di mana individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit, bagaimana bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya, anak belajar bergaul, menghormati orang tuanya, meng- hormati hak milik orang lain, berlaku jujur, rajin beribadah, dan lain- lain. George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat. Mead mengemukakan pengembangan diri atau kepribadian seseorang berlangsung melalui beberapa tahap sebagai berikut. 1. Imitation Stage Tahap Peniruan Tahap ini merupakan tahap permulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain hanya sebagai bentuk imitasi atau peniruan. Mereka mengikuti perilaku- perilaku tertentu tanpa mengetahui maksud perilaku tersebut. Mereka belum mampu menggunakan simbol- simbol sehingga Mead menyimpulkan bahwa pada tahap ini seorang bayi belum memiliki diri.

2. Play Stage Tahap Bermain

Pada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Misalnya, menirukan peranan yang dijalankan orang tuanya atau orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengannya, seperti kakak, nenek, polisi, dokter, sopir, dan lain-lain.

3. Game Stage Tahap Bermain Peran

Pada tahap ini, seorang anak mengetahui peran yang harus dijalankan bahkan mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain. Hal ini terlihat pada seorang anak yang tengah bermain kasti. Anak tersebut tahu peranannya sendiri dalam permainan, misalnya sebagai pelempar bola. Ia mengetahui pula bagaimana peranan temannya yang menjadi pemukul bola, penangkap bola, pemain tengah atau pemain belakang.

4. Generalized Others Tahap Umum Lainnya

Pada tahap ketiga ini, seorang anak telah mampu mengambil peranan yang ada di dalam masyarakat. Ia mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Contoh: sebagai se- orang siswa, ia mengetahui peranan gurunya atau sebagai seorang cucu, ia pun memahami peranan neneknya. Sumber: Dokumen Penulis Gambar 4.12 Pada peristiwa inilah anak telah memasuki tahap bermain peran. Sumber: id.wikipedia.org Gambar 4.11 Semua bayi mengalami imitation stage.