SOSIOLOGI Kelas X
100
d. Tawuran Pelajar
Tawuran pelajar akhir-akhir ini menjadi ciri khas ke- hidupan pelajar di kota-kota besar. Akibat tawuran
pelajar bukan hanya menyangkut kepada yang terlibat saja, namun dapat dipastikan akibat yang ditimbulkan
menjadi sangat luas. Sebagian para pelajar berpendapat bahwa dengan tawuran dapat menunjukkan kejantanan
dan sportivitas. Umumnya, tawuran diawali dari hal- hal yang sepele bahkan hanya menyangkut dua orang
saja dari dua sekolah yang berbeda. Namun, karena alasan solidaritas kelompok, maka konflik menjadi
meluas, menjadi antarsekolah. Jika ada yang tidak mau ikut serta dianggap sebagai norak dan tidak solider,
tidak jantan, penakut, dan lain sebagainya. Tawuran pelajar sebagai perilaku menyimpang seharusnya
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena jika terjadi tawuran, maka nilai-nilai dan norma-norma serta-merta
dilanggar. Akibatnya, tawuran pelajar berdampak terhadap perilaku menyimpang lanjutan. Misalnya: merusak, menganiaya, me-
nyakiti, dan bahkan membunuh. Tidak jarang yang menjadi korban justru yang tidak terlibat.
e. Perilaku Seksual di Luar Nikah
Perilaku seksual di luar nikah merupakan perilaku menyim- pang. Naluri seksual memang merupakan karunia Tuhan Yang
Maha Esa bagi manusia. Dengan naluri seksual, maka eksistensi manusia dapat terus berlangsung karenanya manusia tidak akan
punah. Akan tetapi, jika penyaluran naluri seksual tidak meng- indahkan nilai-nilai dan norma yang berlaku, maka yang timbul
kemudian adalah kekacauan, atau paling tidak rasa malu yang berlebihan. Agar tidak terjadi kekacauan, maka pernikahan di-
perlukan untuk mengaturnya.
Apabila naluri seksual disalurkan di luar pernikahan, dapat menimbulkan berbagai akibat, misalnya penyakit kelamin, rasa
malu, keributan, kesulitan menentukan keturunan, dan lain-lain. Sedangkan bagi si pelaku, terutama wanita, umumnya merasa
waswas akan masa depannya. Jika sampai hamil di luar nikah, akan mendapat rasa malu dari keluarganya, tetangganya, bahkan
masyarakat di sekitarnya. Bencana akibat penyimpangan seksual yang paling menakutkan sampai saat ini yaitu penyakit AIDS.
Suatu penyakit yang mengakibatkan hilangnya kekebalan tubuh, yang lambat tetapi pasti akan sampai pada kematian. Perilaku
seksual di luar nikah banyak macamnya, di antaranya pelacuran, pemerkosaan, kumpul kebo, dan pelecehan seksual.
Sumber:
Tempo, Edisi 15–21 2001
Gambar 5.5 Tawuran pelajar salah satu contoh perilaku
menyimpang di kalangan remaja saat ini.
Kamu telah memahami pengertian perilaku menyimpang beserta ciri-cirinya. Dengan begitu, kamu kini mampu menemukan perilaku menyimpang di
masyarakat. Nah, tugasmu sekarang cobalah temukan perilaku-perilaku menyimpang yang terjadi. Ambillah beberapa artikel dalam media massa
kemudian tempelkan dalam selembar kertas dan komentarilah perilaku
101
Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial
B. Terjadinya Perilaku Menyimpang
Kamu telah memahami definisi perilaku menyimpang. Kamu juga mampu membedakan perilaku menyimpang dan tidak menyimpang.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak selamanya perilaku menyimpang bersifat negatif dan merugikan orang lain. Namun,
perilaku menyimpang sering kali disamakan dengan perilaku negatif yang melanggar aturan. Misalnya mencuri, membolos, menyontek
sewaktu ujian, memalak, tawuran pelajar, mencopet, pemakaian narkoba, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan dalam kenyataan sehari-
hari frekuensi terjadinya perilaku menyimpang negatif lebih tinggi dibanding dengan perilaku menyimpang positif. Lantas, yang menjadi
pertanyaannya sekarang, mengapa orang lebih sering melakukan tindakan melanggar norma?
1. Perilaku Menyimpang sebagai Hasil Sosialisasi
Tidak Sempurna
Melalui sosialisasi, individu mempelajari nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Lalu, apa yang akan terjadi jika individu
tersebut gagal melakukan sosialisasi? Individu tidak mempunyai kemampuan untuk memahami norma-norma yang berlaku. Kegagalan
dalam sosialisasi dapat disebabkan kurangnya komunikasi dengan masyarakat. Hal ini membuat individu tidak tahu apa yang menjadi
harapan masyarakat. Oleh karenanya, perilaku yang dihasilkan merupakan perilaku yang jauh dari harapan masyarakat. Orang yang
demikian tidak memiliki perasaan bersalah atau menyesal setelah melakukan pelanggaran hukum.
Selain itu, keragu-raguan memahami diri sendiri dapat juga menyebabkan seseorang mengalami proses sosialisasi yang tidak
sempurna, yang pada akhirnya menghasilkan perilaku menyimpang. Contoh, seorang guru adalah panutan dan teladan bagi murid-
muridnya. Namun, kadang kala terjadi seorang guru justru memberi contoh negatif seperti melakukan tindak kejahatan, korupsi, terlibat
perkelahian, dan lain-lain.
Proses sosialisasi tidak sempurna dapat pula timbul karena cacat bawaan, kurang gizi, gangguan mental, ataupun pengasingan diri.
Pengasingan diri dari pergaulan menimbulkan proses sosialisasi yang tidak sempurna. Hal ini dikarenakan dalam belajar nilai-nilai dan
norma masyarakat menjadi tidak sempurna. Akibatnya terjadilah perilaku menyimpang.
menyimpang tersebut, berdasarkan materi yang telah kamu dapatkan. Kamu dapat mengangkat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja, anak-
anak, atau pejabat-pejabat pemerintah. Setelah itu, kamu dapat memberi judul yang menarik atas kekritisan artikelmu. Hasilnya dapat kamu
kumpulkan kepada guru sebagai bahan penilaian atas prestasimu. Namun, sebelumnya bacakanlah di depan kelas.
Menurut James W. van der Zanden terdapat tiga faktor
utama seseorang berperilaku menyimpang antara lain:
1.
Longgar tidaknya nilai dan norma.
2. Sosialisasi tidak sem-
purna. 3.
Sosialisasi subkebuda- yaan yang menyimpang.