SOSIOLOGI Kelas X
102
Unsur-unsur budaya yang menyimpang meliputi perilaku, nilai- nilai dominan yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang
biasanya bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Unsur-unsur budaya yang menyimpang memisahkan diri dari aturan-aturan, nilai,
bahasa, dan istilah yang berlaku umum.
2. Perilaku Menyimpang sebagai Hasil Sosialisasi
Sub-Kebudayaan yang Menyimpang
Perilaku menyimpang terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang,
yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya ber- tentangan dengan norma-norma budaya yang dominan atau
umum. Oleh karena itu, hasil dari sosialisasi ini adalah perilaku yang menyimpang dari masyarakat pada umum-
nya.
Menurut Robert K. Merton 1959, di antara segenap unsur-unsur sosial dan budaya, terdapat dua unsur yang
terpenting. Dua unsur terpenting itu adalah kerangka aspirasi-aspirasi dan unsur-unsur yang mengatur kegiatan-
kegiatan untuk mencapai aspirasi-aspirasi tersebut. Dengan kata lain, ada nilai sosial budaya yang merupakan rangkaian daripada
konsepsi-konsepsi abstrak, yang hidup dalam alam pikiran dari warga masyarakat. Konsepsi-konsepsi abstrak tersebut yaitu tentang apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, serta kaidah-kaidah yang mengatur kegiatan manusia untuk mencapai cita-cita.
Nilai sosial budaya tadi berfungsi sebagai pedoman dan pendorong perilaku manusia di dalam hidupnya. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara nilai sosial budaya dengan kaidah-kaidah, atau tidak ada keselarasan antara aspirasi-aspirasi dengan saluran-
saluran yang tujuannya mencapai cita-cita, maka terjadilah kelakuan- kelakuan perilaku yang menyimpang.
Jadi, kelakuan-kelakuan yang menyimpang akan terjadi, apabila manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih mementingkan
suatu nilai sosial budaya, daripada kaidah-kaidah yang ada untuk mencapai cita-cita.
Sebagai contohnya, masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh, masalah etika dan estetika kurang diperhatikan, sehingga berkata-kata
kotor, membuang sampah sembarangan adalah hal biasa yang merupakan nilai sosial budaya. Namun, bagi masyarakat umum,
dianggap sebagai perilaku yang melanggar kaidah-kaidah yang ada.
Kehidupan anak jalanan identik dengan kehidupan yang bebas tanpa aturan. Tidak jarang perilaku yang ada hanyalah perilaku menyimpang di
mata masyarakat umum. Namun, tidak bagi komunitas mereka. Mengapa demikian? Anak-anak jalanan memainkan peran yang selama ini dijalankan
oleh kaum dewasa yang ada di sekitarnya, seperti meneguk minuman keras, ngepil, judi, serta menggemari free sex. Kebiasaan-kebiasaan yang dianggap
Sumber: Kompas, 10 Maret 2006
Gambar 5.6 Sosialisasi subkebudayaan menyimpang
sering kali terjadi di lingkungan kumuh.
Menurutmu, selain ling- kungan kumuh, lingkungan
bagaimanakah yang mampu mensosialisasi subkebuda-
yaan menyimpang?
103
Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial
tidak cocok untuk dilakukan oleh anak justru dianggap mampu membuat mereka merasa tumbuh dewasa dan menjadi jantan. Inilah fenomena sosial
yang terjadi, budaya atau kebiasaan secara tidak langsung menjadikan anak-anak jalanan berperilaku menyimpang.
Bersama teman sekelompokmu, cobalah kaji dan analisislah fenomena ini. Mengapa terjadi perbedaan pandangan perilaku menyimpang antara
masyarakat umum dengan anak-anak jalanan? Apa yang menjadikan anak jalanan terbiasa berperilaku menyimpang? Tulislah hasilnya dalam selembar
kertas. Selanjutnya, kumpulkanlah kepada guru sebagai bahan penilaian atas prestasimu.
3. Penyebab Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat tidak dapat dijelaskan secara sederhana. Begitu banyak sebab-sebab orang
melakukan perilaku menyimpang. Namun, kita akan mencoba menganalisis apa sebab musababnya.
a. Lingkungan Pergaulan
Jika seseorang bergaul dengan sekelompok orang yang berperilaku menyimpang dalam jangka waktu
yang lama, maka seseorang tersebut lambat laun akan berperilaku sama seperti kelompoknya. Dengan bergaul
seseorang mengamati keadaan dari lingkungan kelompoknya. Seiring waktu berjalan, seseorang
dengan sendirinya akan mensosialisasi apa saja yang menjadi nilai dan norma yang dianut oleh kelompok
tersebut. Jika lingkungan seseorang mempertontonkan aneka perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat, maka dapat dipastikan bahwa seseorang tersebut melakukan hal
serupa. Hal ini disebabkan terjadinya alih budaya cultural transmission dari bentuk menyimpang
kepada individu tersebut. Di mana penerimaan individu terhadap budaya baru ternyata berlawanan
dengan kaidah sosial yang dipatuhi masyarakat. Oleh karena itu, individu tersebut dinamakan menyimpang deviant. Biasanya
yang menjadi korban adalah anak-anak. Mereka belum mempunyai filter yang kuat untuk memilah hal-hal baru yang datang kepadanya
sementara teman pergaulannya tidak intensif mensosialisasi nilai dan norma yang ideal.
Faktor inilah yang menjadi bahan kajian teori penyimpangan sosial yang dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut
Shuterland, individu mempelajari berbagai perilaku menyimpang dari pergaulannya dengan sekelompok orang yang telah
menyimpang. Pernyataan inilah yang kemudian dikenal dengan teori pergaulan berbeda differential association. Misalnya,
seorang anak bergaul dengan sekelompok anak nakal di sekolah. Terdapat perbedaan antara nilai-nilai dan norma yang diterapkan
dalam keluarga dengan nilai dan norma yang terdapat dalam kelompok anak nakal. Mereka terbiasa berperilaku sesuka hati,
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar 5.7 Melalui lingkungan pergaulan seseorang
melakukan cultural transmission.