Uji Validitas Isi Content Validity Uji Reliabilitas

Penelitian suatu instrumen dikatakan reliable jika r 11 ≥ 0,70. 19 Berdasarkan pendapat tersebut, tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang memiliki koe fisien reliabilitas ≥ 0,70.

c. Uji Konsistensi Internal

Untuk menghitung konsistensi internal untuk setiap butir soal ke-i digunakan koefisien korelasi product moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson. Koefisien korelasi product moment diperoleh dengan rumus: = � � − � . � �=1 �=1 �=1 [ � 2 − � �=1 2 ][ � 2 − � �=1 2 ] �=1 �=1 Nilai adalah nilai koefisien korelasi dari setiap butir atau item soal sebelum dikoreksi. Kemudian dicari corrected item-total correlation coefficient dengan rumus sebagai berikut: −1 = � − � � 2 + � 2 − 2 � � Keterangan: � = nilai jawaban responden pada butiritem soal ke-i � = nilai total responden ke-i = nilai koefisien korelasi pada butiritem soal ke-i sebelum dikoreksi � = standar deviasi total � = standar deviasi butiritem soal ke-i −1 = corrected item-total correlation coefficient. 19 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, h. 209. Nilai −1 akan dibandingkan dengan koefisien korelasi tabel � = �, −2 . Jika −1 � , maka instrumen valid. Pada output SPSS, corrected item-total correlation coefficient � , maka instrumen valid. n = banyaknya responden. 20

d. Uji Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. 21 Tingkat kesukaran soal tes dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: � � = � � � � Keterangan : � � = Tingkat kesukaran butir i � = Jumlah skor butir i yang dijawab oleh testee � � = Skor maksimum � = jumlah test. 22 Adapun kategori tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran Nilai P Kategori P 0,3 0,3 P ≤ 0,7 P 0,7 Sukar Sedang Mudah 20 Novalia, Muhamad Syazali, Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2014, h. 38-39. 21 Ibid, h. 47. 22 Budiyono, Statistik untuk Penelitian, Surakarta: UNS Press, 2009, h. 112. Anas Sudijono menyatakan butir soal dikategorikan baik jika derajat kesukaran butir cukup sedang. 23 Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini, digunakan butir-butir soal dengan kriteria cukup sedang.

e. Uji Daya Pembeda

Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya. 24 Rumus menentukan daya pembeda yaitu: � = � − � = � − � Keterangan: � = besarnya daya pembeda yang dicari � = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar � = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar � = jumlah peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar � = jumlah peserta kelompok bawah. 25 Butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7. Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut. 23 Ibid, h. 373. 24 Novalia, Muhamad Syazali, Op. Cit., h. 49. 25 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h. 213-214

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PROSES BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Bandar Lampung Semester Genap Tahun P

0 16 42

PENERAPAN PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PROSES BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Penelitian Deskriptif Kualitatif Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 10 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 57

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

ANALISIS DESKRIPTIF DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL (Penelitian Kualitatif di SMP Al-Kautsar Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

2 13 89

ANALISIS SELF-EFFICACY BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 19 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

2 27 96

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Penelitian Kuantitatif pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 75

DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 19 81

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Al-Kautsar Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 6 67

ANALISIS DESKRIPTIF SELF-EFFICACY BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-J SMP Negeri 8 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 34 86

DESAIN DIDAKTIS BARISAN DAN DERET MELALUI METODE SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KRITIS SISWA

4 14 93