Metode tazkiyah Al-Nafs Sebagai Terapi Bagi Psikomatik

(1)

Oleh :

ELIS JAZILAH

Nim : 995 2017 444

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya bagi penulis serta taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk gelar sarjana Strata I dengan judul “Metode Tazkiyah Al-Nafs Sebagai Terapi Psikosomatik”. Shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw pembawa ajaran kebenaran yang namanya telah ditulis dan dilukiskan dalam Al-Qur’an.

Skripsi sederhana ini penulis haturkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta bapak Zainal Abidien dan Ibunda Ny. Asih Nengsih. Karena hanya atas doa, cinta kasih dan perjuangannyalah penulis dapat senantiasa belajar dan meneruskan cita-cita.

Penulis menyadari betapapun kesungguhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari tangan-tangan berjasa tanpa pamrih yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan doanya. Sehingga tak ada yang bisa penulis berikan sebagai balas jasa selain ucapan rasa terima kasih yang tulus dan ikhlas dari hati yang paling dalam kepada :


(7)

ii

Dakwah dan Komunikasi, Dra. Rini Laily Prihatini, MSi selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dan Drs. Sugiharto M.A., selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

2. Drs. Daud Efendi A.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu berupa kritik dan pemikiran serta limpahan doa dalam merampungkan penulisan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah, yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan terutama terimakasih kepada Bapak Drs. M. Chudri, MAg atas saran dan kerelaannya meminjamkan buku-buku terbaiknya demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Kepada seluruh keluarga yang ada di Krendang Tengah-Tambora-Jakarta Barat. Drs. H. Edi Suryadi dan Dra. Jumenah, yang dengan kesabaran membimbing penulis dan memberikan keceriaan pada penulis dengan celoteh Anneessa Iqlima Pratiwi, Anneessa Nurul Islam dan Muhammad Zihad Trisakti. Terima kasih telah menjadi tempat bernaung selama penulis menutut ilmu dan terima kasih atas nasehat-nasehat yang selalu terasa menyejukkan kehidupan penulis.


(8)

iii

penulis kesan yang mendalam untuk sebuah proses, melebur-bermetamorfosa bersama dalam kepompong persahabatan.

6. Sahabat-sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat, para kader dan aktivis Komisariat Fakultas Dakwah, yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis, terutama sahabat Alamsyah M,

Dja’far (Dirut majalah Syir’ah) dan Mbak Novie-nya, sahabat Mansur Al-Farisi dan Bung Wahyu Indra Jaya, yang telah menanamkan ruh pergerakannya kepada penulis, dan seluruh sahabat-sahabat anggota pergerakan yang telah berproses bersama penulis untuk sebuah eksistensi, terutama para senior dan para alumni yang telah menyediakan ruang kepada penulis untuk berkreasi, Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, Dra. Rubiyanah, Drs. Edi (Tjuk) Prasetyo dan Ny. Dra. Halimah, Bapak Mukhlas dan Istri, yang selalu mendukung laju dan gerak penulis baik dalam dunia perkuliahan maupun dalam wadah organisasi pergerakan, wejangan-wejangan dan semangat yang ditanamkan teramat sangat membantu proses pendewasaan penulis.


(9)

iv kepada kita semua. Amiin.

Terselesaikannya skripsi ini bukan merupakan hasil akhir yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca menjadi harapan penulis demi sebuah proses kesempurnaan.

Jakarta, 16 Januari 2003

Penulis

Skripsi ini kupersembahkan teruntuk :

Ayahanda Zainal Abidien dan Ibunda Asih Nengsih

Suamiku tercinta H. Dunih Muthani S. Sos. I dan Anakku tersayang, sumber inspirasi dan semangatku Abdan Shidqy Anduny.


(10)

v

Halaman

KATA PENGANTAR………. DAFTAR ISI………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..

C. Metodologi Penelitian……….

D. Sistematika Penulisan……….

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TAZKIYAH AL-NAFS DAN PSIKSOMATIK

A. Pengertian Tazkiyah Al-Nafs………. B. Keutamaan Tazkiyah Al-Nafs………

C. Pengertian Psikosomatik……….

D. Ciri-ciri dan Bentuk Psikosomatik………. E. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Penyakit

Psikosomatik………..

BAB III METODE TAZKIYATUNNAFS SEBAGAI TERAPI BAGI PSIKOSOMATIK

A. Tazkiyatunnafs Sebagai Terapi Dalam Islam……….


(11)

vi

1. Aspek Moralitas………..

2. Aspek Spiritualitas………..

C. Islam dan Terapi-Terapi Lain……….. BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………

B. Saran-saran………


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan material yang dikonsumsi manusia dewasa ini ternyata tidak diikuti dengan perkembangan nilai-nilai ruhiyah, bahkan disana-sini tampak kegersangan pada jiwa manusia. Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari adanya problem yang menganggu kejiwaannya, oleh karena itu sejarah manusia juga mencatat adanya upaya untuk mengatasi problem tersebut, upaya-upaya tersebut ada yang bersifat mistik yang irrasional, dan ada juga yang bersifat rasional, konseptual dan ilmiah.1

Secara alamiah manusia merindukan kehidupan yang tenang baik jasmani maupun rohani, kesehatan yang bukan hanya menyangkut badan tetapi juga kesehatan mental. Suatu kenyataan menunjukkan bahwa peradaban manusia yang semakin maju berakibat pada makin kompleksnya gaya hidup manusia. Bersamaan dengan pusatnya modernisasi kehidupan, manusia harus menghadapi persaingan yang sangat ketat, pertarungan yang sangat tajam, suatu kondisi yang menimbulkan kegalauan dan kegelisahan.

Diantara ciri kehidupan modern adalah berlangsungnya perubahan yang sangat cepat dan datangnya tuntutan yang terlalu banyak serta segala sesuatu yang ____________

1


(13)

terkesan serba sementara, tidak terjamin kepastiannya. Semua itu menyebabkan manusia tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan refleksi tentang eksistensi diri, hingga manusia cenderung mudah letih jasmani dan letih mental.2

Dalam Islam (baca ; tasawuf) batin manusia, terdiri atas dua domain : Nafsani (kejiwaan, psikis) dan ruhani (ruhaniah). Dalam domain nafsani (kejiwaan) terdapat intelektual dan emosi, yang bias bermuatan positif dan juga negatif, itulah yang diisyaratkan dalam firman Allah : “Demi nafs (jiwa) dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. Al-syams / 91 : 7-10).

Wilayah nafsani ini banyak dipengaruhi oleh dunia fisik, karena dekatnya dengan dunia fisik itu. Namun, dia juga mendapatkan pengaruh dari dunia ruhani, karena merupakan stadium menuju dunia ruhani itu. Domain ruhani merupakan bagian terdalam dari diri manusia yang didalamnya tersimpan fitrah dan qalbu. Fitrah adalah watak kesucian primordial manusia yang cenderung kepada tauhid, kebenaran dan kebaikan. Dengan demikian, warna dasar watak kemanusiaan adalah cenderung kepada Agama dan kebaikan.

Bagi Islam, ruhani, kendati senantiasa menyuarakan kebenaran dan menampilkan kebaikan, hal itu bias saja tertutup oleh suara-suara kebathilan. Menurut kaum sufi, segenap perbuatan yang kita lakukan akan memberi kesan

____________ 2


(14)

kepada hati. Ketika kita melakukan perbuatan buruk maka akibat perbuatan itu akan menutupi Qalbu kita.3

Menurut kaum sufi, segenap perbuatan yang kita lakukan member kesan pada hati. Ketika kita melakukan perbuatan jelek, maka akibat perbuatan itu akan menutupi kalbu kita. “sebenarnya apa-apa yang mereka lakukan itu menutup hati mereka”. (QS. Al-Muthaffifin:14).

Hati yang terlalu banyak mendengarkan hingar binger dunia material produk peradaban modern akan membuatnya terlupa mendengarkan suara nuraninya sendiri. Akibatnya orang terjerembab pada rasa cemas, ketakutan, kesepian. Dan bukan suatu yang mustahil jika timbul berbagai kecemasan, kegelisahan dan konflik batin yang timbul secara besar-besaran sehingga menimbulkan jangkit penyakit yang dinamakan psikosomatik.4

Kata psikosomatik berasal dari kata psyche – jiwa dan soma – badan.5 Dalam ilmu kedokteran yang dinamakan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan adanya dua hubungan yang erat antara jiwa dan badan. “Jika jiwa berada dalam kondisi yang tidak normal seperti susah, cemas, gelisah dan sebagainya, maka badan turut menderita”. Dalam istilah lain seperti menurut Dadang Hawari, psikosomatik yakni “penyakit atau keluhan pada satu atau beberapa organ dilatar belakangi oleh stress.7

__________ 3

Yunasril Ali, “Tazkiyah Al-Nafs”, Jurnal Khas Tasawuf, Nomor 09 Tahun II, 2002, h. 19-20 4

Sardjana, “Korelasi Ilmu Kedokteran, Filsafat dan Agama”, Jawa Pos, 16 November 2002, h.4. 5

M. Noor HS, Himpunan Istilah Psikologi, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet IV, h.143. 6 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet.1 h.138.

7

Dadang Hawari, Al-quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996) cet.1 h.4.


(15)

Sedangkan menurut Dr. Achmad Mubarok MA.8 Dalam bukunya Psikologi Qur‟ani menjelaskan bahwa psikosomatik adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak. Maka hal itu dapat menyebabkan kekacauan dan kegoncangan dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu menekan perasaannya. Maka perasaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya.

Jadi psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan antara fisik dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut Nafs jasadiyah atau nafs biolojiyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya tetapi kemudian menjelma dalam bentuk sakit fisik. Penderita psikosomatik biasanya selalu mengeluh merasa tidak enak badan, jantung berdebar-debar, merasa lemah dan tidak bisa kosentrasi. Wujud psikosomatik bisa dalam bentuk syndrome, trauma, stress, ketergantungan pada obat penenang/alkohol/narkotika atau berprilaku menyimpang.

Yahya Jaya pernah menjelaskan tentang gejala-gejala yang dialami penderita psikosomatik yaitu gejala-gejalanya antara lain dapat dilihat dari segi perasaan, fikiran, tingkah laku dan kesehatan badan. Dari segi perasaan gejalanya antara lain menunjukkan rasa gelisah, iri dengki, sedih, risau, kecewa, putus asa, bimbang dan marah. Dari segi fikiran dan kecerdasan gejala-gejalanya antara lain :

__________ 8


(16)

menunjukkan sifat lupa dan tidak mampu mengkonsentrasikan fikiran pada suatu pekerjaan karena kemampuan menurun. Dari segi tingkah laku antara lain menunjukkan kelakukan yang menyimpang dan tidak terpuji, seperti suka mengganggu lingkungan, mengambil hak orang lain, menyakiti dan memfitnah orang.9

Manusia diciptakan dalam satu sistem yang anggota-anggotanya berhubungan satu dengan yang lain, dimana jika salah satunya mengalami gangguan maka keseluruhan sistem juga akan terganggu. Karena itu kondisi kejiwaan seseorang dapat mempengaruhi tubuhnya, atau dapat dikatakan perubahan emosi seseorang mampu menambah atau mengurangi rasa sakit yang di deritanya.

Aspek kedua dari kehidupan kita adalah dunia fikiran atau kita sebut saja dunia emosi dan mental. Fikiran tidak sepenuhnya terpisah dari tubuh, tetapi merupakan bagian dari dan berhubungan erat dengan fungsi fisik. Suasana hati dan perasaan yang berasal dari fikiran (emosi, seperti perasaan marah, khawatir dan bahagia) seringkali berpengaruh terhadap tubuh. Apabila salah satu atau beberapa unsur itu dialami maka tekanan darah dapat naik atau turun, keringat tubuh, air mata akan keluar.10

Terutama emosi-emosi yang menyertai insting religiuslah yang memberikan pengaruh baik atas jiwa tiap orang bahkan akan melenyapkan emosi-emosi yang memberikan pengaruh buruk. Serta memurnikan emosi-emosi yang menyertai insting __________

9

Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1994), Cet 1. H.81

10


(17)

seperti keberanian, persahabatan, gotong royong dan tolong menolong. Emosi kikir, misalnya akan lenyap jika emosi pengorbanan atau rela berkorban tumbuh. Sifat tidak jujur atau korup, emosi malas, emosi mengejar kemaksiatan atau kenikmatan akan lenyap oleh emosi suci. Emosi marah Bengal, dengki, cemburu akan hilang oleh emosi sabar, hawa nafsu oleh suci, sombong oleh budi pekerti luhur.

Banyak penyakit yang karena emosi-emosi buruk itu yang tidak mungkin dapat disembuhkan oleh obat. Penyakit inilah yang disebut dengan penyakit psikosomatik. Krisis Ahlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat disaksikan dalam tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan positif dan emosi yang positif dapat membantu melenyapkan atau menetralkan yang negatif dan menjadi peserta dalam insting religious, dan akan menjadi bukti nyata bahwa Agama itu Anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, Agama bukan obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya Agama menjadi obat mujarab bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh emosi negatif.11

Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketenangan jiwa dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko serangan penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan. Sebaliknya jiwa yang merintih, meronta, gellisah dan penuh kemunafikan, bukan damai tetapi gersang. Jika terus menerus dibiarkan dapat terserang infeksi dan kanker.12

__________

11Sardjana, “Korelasi Ilmu Kedokteran, Filsafat dan Agama”, Jawa Pos, 16 November 2002.

12Moh. Sholeh, Tahajjud: Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan FS Himanda, 2001) Cet ke-1.


(18)

M. Utsman Najati dalam bukunya Al-Quran dan ilmu jiwa , untuk menekankan pentingnya peranan Agama, mengutip pendapat William James, seorang ahli psikologi dari Amerika dengan uraian sebagai berikut :

Tidak ragu lagi bahwa terapi yang terbaik bagi kesehatan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan. Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu kekuatan yang tidak boleh tidak terus dipenuhi oleh manusia untuk membimbing hidup ini. Di antara Tuhan dan manusia terdapat ikatan yang tidak terputus, apabila manusia menundukkan diri dibawah bimbingan-Nya, cita-cita dan keinginannya akan tercapai. Manusia yang beriman kepada Allah akan senantiasa terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangan dan selalu siap untuk menghadapi segala malapetaka yang terjadi.13

Karena begitu penting peranan agama ini bagi diri seseorang, maka tak heran bila seorang sejarawan Inggris, Arnold Toynbee menyatakan bahwa krisis yang dialami oleh orang-orang Eropa pada zaman modern ini disebabkan oleh karena kemiskinan spiritual, yang jalan untuk menyembuhkannya tidak lain kecuali pada agama.14 Bahkan A.A. Brill, seorang psikoanalis berkata sebagai berikut : “Individu yang benar-benar religious tidak akan pernah menderita sakit jiwa”.15

Agama yang sejak masa kesombongan ilmu pengetahuan, menjelma sebagai positivism akibat diperolehnya hasil-hasil yang menyilaukan, mula-mula diejek, kemudian diingkari, tapi sekarang diakui oleh ilmu psikosomatik sebagai anasir yang sangat penting didalam kehidupan orang-orang yang ingin memperoleh kebahagiaan.16

__________ 13

M. Utsman Najati, Al-quran dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Penerbit Pustaka, 1405 H-1985 M), Cet 1. H.287 14

Imam Musbikin, Rahasia Shalat: Bagi Penyembuhan Fisik dan Psikis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003) Cet.1. h.41-42.

15

M. Utsman Najati, Al-quran dan Ilmu Jiwa, op. cit. h.288 16


(19)

Karena dengan agama dimungkinkan bagi seseorang untuk mengadakan perubahan jiwanya, perbaikan dan pembaharuan. Adapun ilmu jiwa (psikologi) sekalipun dapat memberikan pada jiwa, akan tetapi perubahan tersebut tidak secara mendasar (substansi).

Terapi melalui pendekatan agama (tasawuf) sangat memungkinkan untuk memberikan perubahan yang mendasar terhadap kejiwaan si penderita, dengan cara mengeluarkan si penderita dari kegelapan menuju kea lam cahaya ke-Ilahian. Dan hal ini hanya dapat dicapai melalui berbagai upaya pelatihan dan perjuangan Tazkiyatunnafs.17

Belajar dari itu semua, dirasakan bahwa ajaran-ajaran esoterik Agama tentu akan bermanfaat dalam memberikan terapi terhadap penyakit yang banyak menimpan manusia modern ini. Dengan pendekatan metode penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs), mengisi hati dan jiwa dengan emosi positif. Maka hati yang telah hampir saja sekarat akan dapat disembuhkan.18 Untuk itu penulis tertarik membahasnya dalam bentuk skripsi ini, yang berjudul Metode Tazkiyah Al-Nafs Sebagai Terapi Bagi

Psikosomatik”. Pemilihan judul tersebut berlandaskan pada beberapa pertimbangan : 1. Terjadinya perubahan pola hidup masyarakat dari yang semula social religious

cenderung kearah pola kehidupan masyarakat materialistis dan konsumtif.

17


(20)

2. Kemajuan iptek yang diperoleh tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif dalam kehidupan manusia yang berlatar belakang stress, seperti timbulnya berbagai penyakit modern yakni psikosomatik.

3. Jiwa yang tenang dan tentram merupakan impian setiap manusia yang menginginkan kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.

4. Gangguan-gangguan kejiwaan yang sering dan selalu mewarnai bahkan menghantui kejiwaan manusia modern yang disebabkan oleh pengaruh- pengaruh-pengaruh global, seperti : kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang dan psikosomatik, perlu diartikan solusi yang dapat mengatasi kejiwaan-kejiwaan tersebut.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Karena sangat umumnya pembahasan dalam masalah ini, yang menyebabkan ketidakjelasan dan besar kemungkinan ada hal-hal yang sebenarnya memerlukan penjelasan secara mendetail terlewatkan, maka penulis membatasi permasalahan tersebut hanya pada aspek-aspek terapi pada metode Tazkiyah Al-Nafs (penyucian jiwa) sebagai upaya penyembuhan bagi psikosomatik.

Sejalan dengan pembahasan masalah di atas, maka penulis mengangkat perumusan masalah dalam skripsi ini sebagai berikut : Bagaimanakah ajaran Islam dalam metode Tazkiyah Al-Nafs (penyucian jiwa) sebagai suatu syifa dapat mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penyakit jiwa ?


(21)

Rumusan judul tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran umum tentang psikosomatik ?

2. Bagaimanakah metode dan fungsi Tazkiyah Al-Nafs sebagai terapi dalam penyembuhan psikosomatik ?

C. Metodologi Penelitian dan Pembahasan

Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan, metode penelitiannya adalah bersifat deskriptif analitis yaitu memberi gambaran tentang persoalan-persoalan dan cara menganalisanya. Sedangkan metode berfikir yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Deduktif, yaitu cara berfikir untuk memberi alasan yang bertitik tolak dari suatu pernyataan yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus atau spesifik.

2. Komparatif, yaitu membandingkan hasil penelitian yang satu dengan yang lain untuk mengambil suatu kesimpulan.

3. Pengambilan data, dalam proses pengambilan data ini yang dilakukan penulis adalah dengan cara mempelajari atau mengkaji serta meneliti buku-buku yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas, kemudian dilakukan penelaahan serta pengkajian untuk mengungkapkan isi yang berasal pada data tersebut sebagai bahan data pedoman penulisan ini.


(22)

D. Metode Penelitian

Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan, metode penelitiannya adalah bersifat deskriptif analitis yaitu memberi gambaran tentang persoalan dan cara menganalisanya. Sedangkan metode berfikir yang penulis gunakan adalah metode deduktif, yaitu cara berfikir untuk memberi alasan yang bertitik tolak dari suatu pernyataan yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat spesifik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengamilan data ini yang penulis lakukan adalah mempelajari atau mengkaji serta meneliti buk-buku yang berkenaan dengan masalah yang akan di bahas, kemudian dilakukan penelaahan serta pengkajian untuk mengungkapkan isi yang berasal pada data tersebut sebagai bahan data pedoman pada penulisan ini. F. Teknik dan Sistematika Penulisan

1. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada teknik yang ada pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan atas kerjasama oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.

2. Sistematika Penyusunan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyusun dengan sistematika sebagai berikut :


(23)

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan secara singkat tentang latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II Tinjauan Umum tentang Tazkiyah Al-Nafs dan Psikosomatik, yang terdiri dari pengertian, konsep-konsep dan tujuan tazkiyah al-nafs, dan dibahas pula penjelasan mengenai tingkatan kualitas nafs. pengertian psikosomatik, ciri-ciri dan bentuk psikosomatik, serta factor-faktor yang menjadi penyebab psikosomatik.

BAB III Konsep Tazkiyah AL-Nafs sebagai terapi psikosomatik, dalam bab ini penulis membahas mengenai metode-metode penyucian jiwa untuk penyembuhan psikosomatik, dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang metode tazkiyatunnafs sebagai terapi dalam Islam yang mempunyai dua sifat, yaitu preventif dan kuratif. Kemudian menjelaskan bentuk-bentuk tazkiyah al-nafs yang dibagi dalam dua aspek. Yaitu aspek etika/moral dan aspek ibadah spiritual. Dan yang terakhir dijelaskan mengenai terapi-terapi lain untuk penyembuhan psikosomatik, dengan mengemukakan pendapat para filosof muslim mengenai usaha penyucian jiwa.


(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TAZKIYATUNNAFS DAN PSIKOSOMATIK

A. Pengertian Tazkiyatunnafs

Di dalam al-Quran term zakiyah disebut sebanyak 25 kali dalam berbagai

bentuk, 2 kali dalam bentuk isian sebagai sifat dan (lihat surat Al-Kahf/18:74 dan Maryam/19:19), empat kali dalam bentuk af‟al tafdhil

(QS Al-Baqarah/232, annur/20-30, dan al-Kahf/190, dua belas kali dalam bentuk kata kerja (as-Syams/9, an-Najm/32), satu kali dalam bentuk kata kerja empat kali dalam bentuk kata kerja dua kali dalam bentuk kata disamping 32 kali dalam bentuk kata .1


(25)

Menurut Isfahani, kalimat pada dasarnya mengandung arti tumbuh karena berkah dari tuhan, seperti yang terkandung dalam arti zakat, jika dihubungkan dengan makanan mengandung halal, tetapi jika dihubungkan dengan nafs maka didalamnya terkandung sifat-sifat terpuji.2 Dan dalam kalimat tazkiyah berasal dari kalimat yang berarti berkembangan, tumbuh dan bertambah, tetapi yang bermakna yang suci tidak berdosa berasal dari kalimat .3 sedangkan term nafs dalam Bahasa Arab, selain bermakna jiwa juga mempunyai banyak makna yang lain, seperti ruh, darah, jasad, semangat, manusia, hasrat, kehendak, kebesaran, kebanggaan serta tingkahlaku.4

1

Achmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Quran, (Jakarta : Paramadina, 2000) Cet. 1 h.62 2Al-Raghib al-Isfahani, Mu’jam Mufrsdat Al-Fazh Al-Qur’an (Beirut : Daruul-Fikr,tth) h.218 3

Munawwir, al-Munawwir : Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), Cet.IV.,h.578. 4Ibid., h.1444

Nafs secara lateral/harfiah, berarti “esensi”, dan “esensi sesuatu” disebut “jiwa” sesuatu, atau “realitas” (haqiqahnya). Dalam terminology Aristotelian, nafs berarti jiwa, entah jiwa itu bersifat material, misalnya saja jiwa nabati dan jiwa hewani, atau bersifat abstrak, misalnya saja jiwa benda-benda samawi dan jiwa-jiwa rasional manusia. Dalam terminology etika, nafs berarti khayalan dan angan-angan palsu dari ego manusia yang terpisah dan independen, kata ini juga berate jiwa jasmani dan hawa nafsu berbagai hasrat dan keinginan.5

Dalam filsafat, pengertian nafs (jiwa) diklasifikasikan dengan bermacam teori, antara lain :


(26)

1. Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan substansi yang berjenis khusus, yang dilawankan dengan substansi materi, sehingga manusia dipandang memiliki jiwa dan raga.

2. Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan suatu jenis kemampuan, yakni semacam pelaku atau pengaruh dalam kegiatan-kegiatan.

3. Teori yang memandang jiwa semata-mata sebagai jenis proses yang tampak pada organisme-organisme hidup.

4. Teori yang menyamakan pengertian jiwa dengan pengertian tingkah laku.6

____________________ 5

Mill Valiudin, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung:Pustaka Hidayah, 1996) Cet.1,h.46 6

Louis O Katsoff, Elemen of Psilosofy, alih bahasa Soeyono Soemargono dengan judul pengantar filsafat (Yogyakarta : Tiara Wicana, 1986), Cet.1.h.301.

Sementara itu, Dr.M. Quraish Shihab M.A.,7 menyatakan bahwa kata nafs dalam al-Quran mempunyai beberapa makna, sekali diartikan sebagai totalitas manusia, seperti antara lain maksud surat Al-Maidah ayat 32, pada kesempatan lain beliau merujuk pada apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku, seperti maksud kandungan firman Allah :

“Sesungguhnya tidak akan mengubah keadaan suatu masyarakat, sehingga mereka merubah apa yang terdapat dalam diri mereka”.8 (QS. Ar-Ra‟d : 11)


(27)

Dalam pandangan al-quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-Quran dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar.

“Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan

dan ketaqwaan”9

(Qs. Al-Syams : 7-8).

Mengilhamkan berarti member potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Di sisi lain ditemukan pula isyarat bahwa nafs merupakan wadah, Firman Allah dalam surat al-Ra‟ad (13) : 11 yang dikutip diatas, mengisyaratkan

______________________________

7Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung : Mizan, 1970), Cet.VI, h.285. 8

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h.370. 9Ibid., h.975

bahwa nafs menampung paling tidak gagasan dan kemaun. Suatu kaum tidak dapat berubah keadaan lahiriahnya, sebelum mereka mengubah lebih dulu apa yang ada dalam wadah nafsnya.10

Kata jiwa (nafs) tertulis di dalam al-Quran mulia pada 295 ayat. Berdasarkan hasil studi Dr. Adnan terhadap al-Quran, yang kemudian beliau jelaskan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Qurani, ayat-ayat tersebut tampak menjelaskan kepada kita bahwa kata nafs, dalam persfektif al-Quran, memiliki banyak pengertian.11


(28)

Pertama kata nafs yang tertulis dalam beberapa ayat saja, yang berarti Zat Allah atau sifat-Nya, sebagaimana firman-Nya berikut ini :

“Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku (nafsi) dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri engkau / (nafsika). Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib”. (Qs. Al-Maidah : 116).

Kedua, diantara pengertian nafs menurut al-Quran adalah ruh, pengertian nafs semacam ini telah tertulis di dalam satu ayat al-Quran berikut ini :

______________________ 10

Ibid, h.288 11

Adnan, Syarif, Psikologi Qurani, (Jakarta : Pustaka Hidayah, 2002), Cet.1, h.68

“Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka kedalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku” (Qs Al-Fajr : 27-30)

Ketiga, nafs sebagai makhluk yang memiliki eksistensi, sifat, dan karakteristik khusus. Oleh karena itu, nafs dalam pengertian ini dapat mengalami kebinasaan sebagaimana mahluk-mahluk yang lainnya. Allah SWT berfirman :


(29)

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (Qs Ali-Imran : 185)

“Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan

dengan suatu (alasan) yang benar”. (Qs al-Isra : 33)

Kemudian berdasarkan pada hadits Rasulullah Saw :

“Sesuatu yang tidak memiliki darah (annafs as-sailah) itu tidak akan mengotori air jika ia mati di dalamnya. Sebaliknya, segala sesuatu yang memiliki darah (annafs

sailah), jika mati didalam bejana, akan mengotorinya”. (HR an-Nakhi)

Dalam hadits diatas Rasulullah Saw telah mengartikan an-nafs as-sailah itu dengan darah. Kemudian di dalam berbagai kamus bahasa ditemukan bahwa salah satu makna kata nafs adalah darah.12 Dan seorang filosof Yunani, Carel, semakin menguatkan pengertian ini dengan mengatakan bahwa jiwa adalah darah, dengan satu keyakinan, bahwa sifat yang paling khusus dari jiwa adalah perasaan, dan perasaan tempat kembalinya itu adalah darah.13

_____________________________ 12

Ibid., h. 89 13

Amir an-Najar, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, (Jakarta : Pustaka Azam, 2001), Cet.1 h.24.

Tentang makna tazkiyah al-nafs para mufassir mempunyai pandangan yang berbeda-beda :

1. Tazkiyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia, Sesuatu yang jika dipatuhi, akan menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya.

2. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik, karena syirik itu dipandang oleh al-Quran sebagai sesuatu yang bersifat najis.

3. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat tercela lainnya. 4. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia jiwa dari dosa.


(30)

5. Tazkiyah dalam arti mengangkat manusia dari martabat orang munafik ke martabat orang mukhlisin.14

Menurut Said Hawwa kata tazkiyah secara harfiah memiliki dua makna, yaitu tathir dan al-nami atau al-ishlah. Tazkiyah al-nafs dalam pengertian tathir berarti menumbuhkan dan memperbaiki jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Tazkiyah al-nafs tidak akan diperoleh kecuali melalui tathir al-nafs sebelumnya. Kebalikan tazkiyatunnafs ialah tadsiyah al-nafs, jika tazkiyah al-nafs mengangkat jiwa manusia ke tingkat yang tinggi, sebaliknya Tadzkiyatunnafs menjatuhkan jiwa dan merendahkannya.15 Pengertian kata Tazkiyah nafs dapat difahami dari ayat al-Quran surat al-Syam ayat 7-10.

_________________________________

14Imam Fakhr al-Razi, al-Tafsir al-Kabir, (Beirut : Dar Ihya‟ al-Turats al‟arabi, tth) Cet.III, Jilid IX, h.80. 15Sa‟id Hawwa

, al-Mustakhlash Fi Tazkiyat al-Anfus, (Mesir : Dar al-Salam, 1984), h. 5.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya/ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasihan dan ketakwaannya sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.

Gagasan nafs zakiyyah dalam al-Quran adalah sebagai berikut :

1. Bahwa ada nafs yang suci secara fitri yakni suci secara mula kejadiannya, yaitu nafs dari anak-anak yang belum mukallaf dan belum pernah melakukan perbuatan dosa seperti yang disebut dalam surat al-kahfi ayat 74 dan surat maryam 19.


(31)

2. Bahwa nafs yang suci jika tidak diperiksa kesuciannya bias berubah menjadi kotor seperti yang tersebut pada surat as-Syams 10.

3. Bahwa manusia bias melakukan usaha penyucian jiwa seperti yang tersebut dalam surat an-Naziat 18, al-Fatir : 18 dan surat al-A‟la : 14.

4. Proses penyucian jiwa itu bias melalui usaha, yakni dengan mengeluarkan zakat seperti yang tersebut dalam surat at-Taubah : 103, dan menjalankan pergaulan hidup secara terhormat seperti yang diisyaratkan dalam surat an-Nur : 28 dan 30. 5. Penyucian nafs juga bisa dilakukan dengan proses pendidikan seperti yang

dilakukan para Nabi kepada umatnya. Hal ini ditegaskan Quran dalam surat al-baqarah : 129, 151, surat Ali Imran 164 dan surat jum‟ah : 2.

6. Disamping melalui usaha dan pendidikan, penyucian jiwa juga bias karena karunia-karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki oleh-Nya, seperti yang disebutkan dalam surat an-Nur 21 dan surat an-Nisa 49. 7. Perbuatan mensucikan jiwa (tazkiyat an nafs) merupakan perbuatan terpuji dan

dihargai Tuhan seperti yang disebutkan dalam surat Thaha 75-76, Q/91: 9, Q/87:14 dan Q/92:18)

8. Bahwa perbuatan mengaku jiwanya telah suci itu merupakan hal yang tercela, seperti yang tersurat dalam surat an-Najm/53:32 dan Q/4:49).16

9. Kemudian, al-Ghazali dalam kitabnya ihya‟ulumuddin, 17 mengartikan tazkiyah al-nafs dengan tahkloyatunnafs atau mengosongkan diri dari akhak tercela, yang terdapat dalam ruh muhlikat, sedangkan tahliyatunnafs (mengisinya dengan ahlak


(32)

terpuji) yang terdapat dalam ruh munjiyat dan dengan bebasnya jiwa ahlak tercela dan penuh dengan akhlak terpuji, orang mudah mendekatkan diri kepada Allah.

B. Keutamaan Tazkiyatunnafs

Dalam Q.S. al-syams /91:9 dan Q.S. Al-a‟la/87:14, orang yang melakukan tazkiyah al-nafs disebut sebagai orang yang beruntung atau bahagia, dan dalam surat thaha/ 20_ 6 kepadanya diberikan pahala berupa derajat yang tinggi dan keabadian sorgawi. 29 Seperti yang tersirat dalam surat as-Syams di atas, bahwa nafs itu diciptakan oleh Tuhan secara sempurna, tetapi is harus tetap dijaga kesuciannya, sebab ia bias rusak dikotori dengan perbuatan maksiat.

Salah satu tujuan diutusnya para Rasul dan Nabi adalah untuk menyucikan jiwa umatnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Jumuah ayat 2:

“Dialah yang mengutus kepda kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada kitab dan hikmat (sunnah)…”30 (QS. Al-Jumu’ah: 2)

Allah juga telah menjadikan kebahagiaan seorang hamba tergantung kepada tazkiyah an-nafs, hal ini disebabkan di dalam al-Quran, suatu keistimewaan yang tidak dimiliki hal lain


(33)

__________

28 Rahmat Sarman, Pembangunan Rohani Solusi Tolak Krisis, dalam www.Google.com 29 Mubarok, Jiwa dalam al_quran, Lok. Cit., h.74

30 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit. h.732

“Demi matahari dan cahayanya dipagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakannya dan malam apabila menutupinya dan langit serta pembinanya dan bumi serta penghamparannya dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhami kepada jiwa itu (jalan) kefasihan dan ketakwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan

jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”31

(QS. As-Syams: 1-10)

Para Rasul‟alaihimush shalatu wassalam diutus untuk mengingatkan kita kepada ayat-ayat Allah, mengajarkan hidayah-Nya dan mensucikan jiwa dengan ajaran-Nya. Ta‟lim, tadzkir dan tazkiyah termasuk misi terpenting para rasul. Perhatikanlah kebenaran hal ini dalam do‟a Nabi Ibrahim untuk anak cucunya:

Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat engkau dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya

engkaulah yang Maha Perkasa lagi maha Bijaksana.”32


(34)

_________ 31

Ibid., h.697 32

Ibid., h.279

Perhatikanlah jawaban terhadap do‟a dan karunia atas umat ini dalam firman Allah :

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan

ayat-ayat Kami kepadamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu apa yang

belum kamu ketahui.” 33

(al-Baqarah: 151)

Nabi Musa AS berkata kepada fir‟aun :

“Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri. Dan kamu akan kupimpin kejalan

tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya.”34(annazi’at : 18-19)

Jelaslah bahwa tazkiyatunnafs termasuk misa para Rasul, sasaran orang-orang yang bertaqwa dan menentukan keselamatan atau kecelakaan di sisi Allah Firman itu berbunyi:

“Daud, kamu hendaknya mengkhawatirkan dan menakut-nakutkan sahabat-sahabatnya dengan mengatakan bahwa hawa nafsu itu akan menelan dirinya karena hawa nafsu itu selalu mengajak kalbumu, supaya tersesat dalam keduniawian, sehingga kalbumu ditutupi olehnya dan tidak dapat ingat kepada-Ku.”35


(35)

____________ 33

Ibid., h.721 34

Ibid., h.634 35

Muhammad Syarif Sukandi, Terjamah Bulughul Marom, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1991), Cet.9, h.191 Nabi Isa pernah mengucapkan sabda berikut :

“Sangat berbahagia orang-orang yang dapat meninggalkan ajakan hawa

nafsunya, supaya kita gemar akan barang-barang yang kelihatan; karena mereka mempunyai harapan akan turunya janji yang belum terwujud dan tidak dapat disaksikan oleh mata.”36

Ayat Al-Quran berbunyi:

“Dan katakanlah (kepada Fir‟aim): “Adakah keinginan bagimu unruk membersihkan diri (dari kesesatan)” Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuahnmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” Dan adakah orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya” 37 (an-naziat: 40)

Nabi Muhammad SAW ketika menyambut sahabat-sahabatnya yang baru datang dari peperangan bersabda :

“Kamu sekalian berbahagia benar-benar karena baru dating dari peperangan kecil, kemudian maju ke peperangan besar, dengan demikian kamu menekan hawa nafsumu sendiri. Tidak ada kemenangan yang lebih besar selain dari kemenangan atas nafsu sendiri.” 38

Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani dan karena itu wujud kepribadiannya bukanlah kualitas-kualitas yang bersifat kejasmanian, melainkan lebih berbentuk kualitas moral yang hidup dan dinamis. Hakekat proses penyucian jiwa adalah rentetan dan


(36)

____________ 36 Ibid., h.972

37 Departemen Agama Republik Indonesia

38 Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daarul Fikr), Jus.2. h.487

susunan dari tindakan-tindakan dan pengalaman-penglaman yang tidak pernah berhenti. Maka yang ada dan terjadi hanyalah proses penyempurnaan diri, tempat manusia mencoba dan berusaha membuat dirinya semakin sempurna. Ini keutamaan dari sebuah metode tazkiyah al-nafs yang paling utama menurut penulis.


(37)

B. Pengertian Psikosomatik

Kata psikosomatik berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan soma yang berarti tubuh. Ada pemikiran, manusia diciptakan oleh suatu sistem yang anggota-anggotanya berhubungan satu dengan yang lain, dimana jika salah satunya mengalami gangguan maka keseluruhan sistem juga akan terganggu pula. Karena itu kondisi kejiwaan seseorang dapat mempengaruhi fungsi tubuhnya. Atau dapat dikatakan bahwa perubahan emosi seseorang mampu menambah atau mengurangi rasa sakit yang dideritanya.1

Penyakit psikosomatik ini merupakan kasus yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tanda bahwa penderita tersebut memerlukan penanganan seorang ahli (psikiater atau psikolog). Tetapi yang dapat dilakukan terhadap penderita psikosomatik ini sangat bermacam-macam, tergantung dari beratnya gejala. Pada umumnya, penderita diberikan obat-obatan yang tertentu dan menjalani terapi psikoanalisis dan terapi tingkah laku.

Secara etimologis istilah psikosomatik berasal dari perkataan Yunani sama artinya tubuh, sedangkan kata Somatic merupakan sifat yang artinya bersifat jasmaniah dan psyche berarti jiwa. Jadi penyakit psikosomatik adalah penyakit jasmani yang berasal dari kejiwaan.2

Banyak ragam pendapat mengenai pengertian psikosomatik secara terminologis, dan masing-masing memiliki gaya khusus dalam mengartikannya sesuai dengan kapasitas dan kadar keilmuan mereka. Pendapat tokoh-tokoh tersebut antara lain CP Chaplin yang mengartikan psikosomatik dengan “satu penyakit yang


(38)

disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis.3 Dalam hal ini Frank J. Bruno mendefinisikan bahwa psikosomatik adalah penyakit yang diakibatkan secara langsung atau tidak langsung oleh faktor-faktor psikologis seperti stress, masa peralihan, variabel kepribadian dan konflik emosional.4

Definisi lainnya adalah “gangguan kesehatan jasmani yang ditimbulkan atau diperburuk oleh gangguan emosional”.5

Arti lain psikosomatik yakni “gangguan fisik akibat sebab-sebab emosional”, “hubungan fenomena psikologis, normal, abnormal atau patologis dengan kondisi-kondisi dan variasi-variasi tubuh maupun somatis”.7 Zakiah Daradjat, seorang tokoh dalam ilmu Jiwa Agama mengartikan kata psikosomatikdengan “penyakit pada badan yang disebabkan oleh mental”.8

Sedangkan dalam buku Patologi Sosial 3, psikosomatik diartikan dengan “kondisi dimana konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan-kecemasan menjadi sebab timbulnya bermacam-macam penyakit jasmaniah atau justru membuat semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada”.9 Sebagaimana tokoh yang lain, Jalaludin dan Ramayulis misalnya mengartikan psikosomatik itu merupakan istilah kedokteran yang artinya “kejiwabadanan”, yang dimaksudkan untuk menjelaskan adanya hubungan yang erat antara jiwa dan badan.10 Tokoh lain yakni R.H. Su‟dan mengartikan psikosomatik dengan menggambarkan suatu pengejawantahan gangguan jasmani dengan sebab rohani. Artinya ada gangguan fisik ini karena adanya ketegangan emosional.11 Definisi lain juga dikemukakan oleh KH. S.S. Djam‟an bahwa psikosomatik merupakan penyakit badan yang timbul dari keluhan jiwa.12 Ahmad Syauqi Al Fanjari juga berpendapat bahwa psikosomatik


(39)

diartikan sebagai psychosomatic disease yakni penyakit organis (badan) yang disebabkan pengaruh kejiwaan.13 Psikosomatik juga dapat diartikan “gangguan-gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor psikologis”.14 Sedangkan dalam Kamus besar Bahasa Indonesia psikosomatik adalah berhubungan dengan berbagai gejala yang timbul karena fakta psikologis.15 Disamping istilah psikosomatik ada juga yang menyebutnya dengan nafsiosomatik yaitu “gangguan nafsiah yang mempengaruhi soma (tubuh)”.16

D.Ciri-Ciri dan Bentuk-Bentuk Psikosomatik

Psikosomatik sebagai suatu penyakit memiliki beberapa ciri yang dapat dijadikan untuk mengidentifikasi penyakit tersebut. Diantara ciri-ciri psikomatik sebagaimana diutarakan oleh A. Supratiknya adalah sebagai berikut :

1. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat tak menentu.

_____________________

13Ahamd syauqi Al fanjari, Nilai Kesehatan Syariat Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Cet. 1. H. 93 14 A. Supratiknya, Mengenal perilaku Abnormal, (Yogyakarta; Kanisius, 1995), Cet. 1. H.49

15 Tim penyusunan Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet.III, h.704)

16 Sukamto dan A. dardiri hasyim, Nafsiologi: Refleksi Analis tentang diri dan Tingkah Laku Manusia, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), Cet.1, h.129


(40)

2. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak mampu, minder, depresi, serba salah.

3. Sulit berkonsentrasi dalam mengambil keputusan, serba takut salah.

4. Rasa Tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang-lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba atau yang tak diharapkan dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotic tertentu seperti mematahkan kuku jari, mendehem dan sebagainya.

5. Sering mengeluh bahwa otonya tegang, khususnya pada leher dan sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil dan menderita gangguan tidur berupa imsonia dan mimpi buruk. 6. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah. 7. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.

8. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas.

9. Sering mengalami anxiety attacks atau tiba-tiba lemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit bernafas, berkeringat, pingsan badan terasa dingin, terkencing-kencing atau sakit perut.

Sementara itu menurut Yahya Jaya gejala-gejala atau ciri-ciri penderita psikomatik adalah sebagai berikut :


(41)

Gejala-gejalanya antara lain dapat dilihat dari segi perasaan, fikiran, tingkah laku dan kesehatan badan. Dari segi perasaan gejalanya antara lain menunjukan rasa gelisah, iri, dengki, sedih, risau, kecewa, putus asa, bimbang dan rasa marah. Dari segi fikiran dan kecerdasan menunjukan sifat lupa dan tidak mampu mengkonsentrasikan fikiran kepada suatu pekerjaan karena kemampuan berpikir menurun. Dari segi tingkah laku menunjukan kelakuan yang menyimpang dan tidak terpuji seperti suka mengganggu lingkungan, mengambil milik orang lain menyakiti dan memfitnah.18

Peranan faktor-faktor psikologis terhadap kesehatan fisik, sangat signifikan. Banyak hal yang menandakan kaitan yang erat antara emosi dan kesehatan. Sebagai contoh, bahwa stress yang ditimbulkan oleh berbagai sebab dapat berakibat negatif terhadap kesehatan dengan cara menimbulkan penyakit tertentu atau memperburuk penyakit yang sudah ada. Stress yang semula pertama ditampung oleh panca indera akan diteruskan ke pusat emosi yang letaknya dalam tata syaraf pusat. Dari tata syaraf pusat ini stress akan dialirkan ke organ tubuh lewat jalur tata syaraf otonom. Untuk itu maka susunan syaraf mengadakan reaksi yang merupakan respon tubuh. Dalam keadaan menghadapi stress atau tegangan jiwa ini. Sistem syaraf otonomi bereaksi. Jikalau yang bereaksi syaraf simpatik maka yang terganggu jantung, tekanan darah semakin tinggi.

_______________

18 Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), Cet.II, h. 23

Kalau syaraf para simpatik maka yang terangsang pencernaan. Dalam hal ini jelas bahwa stress merupakan sesuatu yang dapat mengguncangkan keseimbangan antara fungsi organ tubuh dengan fungsi mental. Bilamana stres berkepanjangan gangguan yang semuka bersifat fungsional secara berangsur akan berubah menjadi kelainan organik.


(42)

Seiring dengan ciri-ciri tersebut maka ketika itu pula ia disebut penderita psikomatik. Adapun bentuk-bentuk gangguan dari psikomatik amatlah banyak bentuknya, yang masing-masing ahli mempunyai pendapat sendiri sesuai dengan

Pengalaman yang pernah mereka lakukan. Dalam hal ini Kartini Kartono mengemukan pendapatnya bahwa “diantara gangguan psikosomatik yang paling penting ialah hypertension (tekanan darah tinggi) dan Peptic Ulcer (penyakit lambung)” 19

Sebagai uraian adalah sebagai berikut : 1. Hypertension dan Effort Syndrom

Hypertention disebabkan oleh emosi-emosi yang sangat kuat yang kemudian menjelma menjadi reaksi somatisme dalam langsung mengenai sistem peredaran darah sehingga mempengaruhi kecepatan detak jantung dan tekanan darah. Eksperimen-eksperimen yang ada menunjukkan bahwa ketakutan-ketakutan dan kemarahan-kemarahan selalu cenderung untuk meninggikan tekanan darah dan mempercepat detak jantung yang normal. Jika kejadian ketegangan emosional disebabkan oleh ketakutan-ketakutan dan kemarahan ini berlangsung dalam waktu lama, kronis sifatnya dan tidak bias diredusir,

__________________

19 Kartini Kartono, Patologi Sosial I, (Jakarta: CV. Rajawali, 1981), Cet. V, h.332

pastilah akan menyebabkan penyakit hypertension. Hypertension merupakan symptom fisiologis hasil dari ketakutan-ketakutan dan gangguan psikologis yang tidak bias diformulasikan dengan jelas, juga tidak bisa dikompensasikan dan diredusir kekuatannya.


(43)

Effort syndrome adalah rekasi somatisasi berupa sekelompok symptom, penyakit, luka-luka atau kerusakan. Jelasnya merupakan gejala sebab pengeluaran sedikit tenaga fisik saja sudah menyebabkan bertambah cepatnya detak jantung,

Disertai dengan berbagai kesulitan-kesulitan bernafas dan perasaan hendak jatuh pingsan.

Symptom effort syndrome pada dasarnya disebabkan oleh perasaan-perasaan ketakutan berbuat (melakukan aktifitas jasmani yang sering disertai dengan perasaan-perasaan bersalah, berdosa dan penyesalan atau juga disertai rasa ketakutan-ketakutan serta kecemasan yang dikombinasikan dengan agresifitas.

2. Peptic Ulcer (Penyakit Lambung)

Peptic Ulcer adalah borok bernanah atau etterenek zweer pada alat pencernaan dan disebut pula sebagai maag zweer. Asal mulanya berupa peradangan yang disebabkan termapau banyaknya asam lambung dalam usus 12 jari, sehingga terjadi pengasaman dan penggerogotan terhadap usus-usus.

Terjadi Peptic Ulcer sebagaimana bekerjanya perut yang normal itu selalu dibantu oleh sekresi-sekresi lender yang bisa menetralisir atau melawan bekerjanya asam lambung. Jika bekerjanya lender itu terganggu disebabkan oleh gangguan-gangguan emosi dan konflik-konflik batin, asam lambung menjadi banyak dan konsentrasinya jadi terlalu kuat, sehingga merusak serta menimbulkan luka-luka pada usus dan lambung yang kemudian menjadi borok-borok.


(44)

Diantara sebab-sebab Peptic Ulcer yakni :

a. Cara hidup atau cara makan yang tidak atau kurang teratur, biasanya disertai dengan konflik-konflik internal.

b. Kostitusi organis yang lemah berupa lambung yang lemah terjadi infeksi, pernah menderita suatu penyakit pada alat pencernaan dan lain-lain. Sehingga usus dan lambung peka untuk menjadi sakit. Bagian-bagian yang lemah ini kalah terhadap tekanan-tekanan dan ekses-ekses, serta ketegangan emosional dan konflik batin.

c. Konflik-konflik batin serius yang berlangsung sangat lama dan terus menerus diiringi oleh reaksi-reaksi emosional yang kuat tanpa memiliki adjustmen yang positif. Akibatnya orang tidak mampu meredusire emosi-emosi dan ketegangan-ketegangan batinnya sehingga perut lambung usus 12 jari dan perut besar menjadi teramat peka mendapatkan luka-luka oleh terlalu banyaknya asam lambung.20

_______________ 20

Kartini Kartono, ibid, h.335

Diantara penderita penyakit Peptic Ulcer biasanya adalah pribadi yang sukses dalam hidupnya, orang yang memiliki ambisi besar, orang yang bersifat agresif dan orang yang suka bersikap bermusuhan, mereka itu lebih banyak dihinggapi konflik-konflik emosional dan ketegangan-ketegangan yang serius daripada orang biasa. Hal


(45)

ini disebabkan oleh ambisinya yang meluap-luap, usaha aktifitasnya yang lebih besar, kemauan dan keinginannya yang sangat keras sehingga berkonflik dengan orang-orang yang ada disekelilingnya. Disamping itu orang-orang-orang-orang yang terlalu banyak bergantung dan individu yang selalu berusaha menekan kebutuhan-kebutuhan biologisnya secara tidak wajar sering mendapatkan penyakit peptic ulcer.

Sementara itu lebih lanjut A. Supratik menyatakan bahwa “ada beberapa bentuk pola simpton psikosomatik klasik yaitu tukak lambung, anorexia nervosa,

Migraine, hypertensi, serangan jantung dan sebagainya.21 Untuk keterangan lebih lanjut adalah sebagai berikut :

a. Tukak lambung, adalah luka dilambung. Symptom ini disebabkan oleh keluarnya cairan asam secara berlebihan, sehingga menimbulkan luka pada dinding lambung. Meningkatnya produksi asam lambung secara berlebihan ini disebabkan dan kebencian. Akibatnya lambung melakukan pencernaan terhadap dirinya sendiri dan timbulah luka.

________________ 21

A. Supratiknya, Op. Cit., h.50

b. Anorexia nervosa, adalah gangguan makan berupa tidak mau makan dan selalu muntah setiap kali makan. Akibatnya badan penderita menjadi sangat kurus dan dalam kasus ekstrem dapat mengakibatkan kematian


(46)

karena kelaparan atau karena kegagalan fungsi organ-organ vital tubuh seperti jantung.

c. Migraine dan pusing karena tegang (tention headache) migraine adalah gejala pusing kepala sangat nyeri yang menyerang penderita berulang-lang secara periodik. Penyebabnya adalah pembesaran pembuluh darah dalam otak akibat ketegangan emosi.22 “migraine disebut pula nyeri kepala vaskuler, karena terjadi kelainan atau gangguan pada pembuluh uranoal (kelainan sirkulasi)”.23

Faktor-faktor psikologis yang merupakan predisposisi terjadinya migraine, antara lain kepribadian perfeksionistik dan kemarahan yang terpendam. Dalam hal migraine tampaknya tidak hanya faktor psikologis sewperti konflik emosional yang non-spesifik atau stress tetapi juga faktor familian atau genetic merupakan factor predisposisi pula. Sedangkan pusing karena ketegangan, yakni stress atau ketegangan emosi menyebabkan kontradiksi otot-otot di sekeliling tengkorak. Dampak dari kontraksi otot ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah leher dan kepala yang berakibat ke semua.24

________________ 22 ibid

23

Dadang Hawari, Al-quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), Cet.1, h.305

24

Ibid, h.306

1. Hipertensi

Penyakit ini dapat pula bermula dari perasaan stress yang melanda. Ketika seseorang mengalami stress maka terjadilah penyempitan pembuluh darah,


(47)

akibatnya dalam jumlah yang besar darah dialirkan ke otot-otot tubuh, tangan dan kaki sehingga bagian-bagian itu terasa tegang. Namun yang lain sering terjadi, penyempitan pembuluh darah dan organ dalam tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih cepat/keras, berdetak lebih cepat sehingga tekanan darah meningkat. Bila stress tersebut berkepanjangan maka tekanan darah yang tinggi menjadi kronis, sehingga timbulah hypertensi. Hypertensi ini dapat menimbulkan resiko beberapa penyakit seperti gagal ginjal, kebutaan dan sejumlah penyakit fisik lainnya.25

2. Asma

Asma adalah gangguan pernafasan (sulit bernafas) karena penyempitan jalan pernafasan. Salah satu penyebab symptom ini adalah gangguan emosi. RH Su‟dan dalam hal ini menyaTakan bahwa ketegangan dapat mengakibatkan gangguan faal pada otot-otot dalam.28 Berbagai penyakit yang termasuk golongan psikomatik adalah penyakit organ sepert jantung, alat pencernaan, alat pernafasan, tekanan darah tinggi, kencing manis, eksim, kegemukan dan sebagainya.27

___________ 25

A.Supratiknya, op. Cit.,h.51 26 Ibid

27R.H. Su‟dan, O. Cit, h.96

Berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa penyakit jasmani yang disebabkan oleh faktor psikis seseorang, memanglah banyak dan bias jadi seseorang dapat menderita lebih dari satu macam penyakit jasmani lantaran gangguan psikologis


(48)

kendatipun berupa stress. Dalam hal ini betapa peranan emosi manusia sangat vital bagi kelangsungan hidupnya.

E. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Penyakit Psikosomatik

Dalam penjelasan diatas telah dikatakan bahwa penyakit psikomatik adalah penyakit jasmani yang disebabkan adanya gangguan yang bersifat psikis. Timbulnya penyakit psikomatik ini tentunya disebabkan oleh beberapa factor, dapat pula dikatakan bahwa penyebab umum gangguan psikomatik ini adalah stress dengan urutan proses sebagai berikut : pertama, penderita emosi-emosi negatif

Atau stress terhadap sebagai reaksi terhadap situasi-situasi yang menekan, kedua, stress ini selanjutnya menyebabkan gangguan pada fungsi-fungsi tubuh tertentu, akhirnya, gangguan pada fungsi-fungsi tersebut menimbulkan gangguan psikomatik, yaitu gangguan fisik tertentu yang berakar dari ketegangan emosi.

Disamping factor yang bersifat umum tersebut, terdapat pula factor penyebab khusus, sebagaimana yang diungkapkan A.Supratiknya berikut ini :

Beberapa penyebab khusus…adalah faktor genetik atau bawaan, artinya ada orang yang karena pembawaan mudah terganggu psikomatik bila sedang terkena stress, kepedaan khusus dari bagian-bagian tubuh tertentu yang disebut “kecenderungan reaksi primer”, sehingga bila sedang mengalami stress ada orang yang mengeluh sakit perut (stomach reactors), tekanan darah meningkat (pulse reactors) atau bersin-bersin (nose reactors).28


(49)

Sementara itu Sukamto dan A. Dardiri Hasyim mengutarakan bahwa timbulnya penyakit psikomatik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. stressor fisik: temperatur panas dingin (tidak stabil), rasa nyeri dan infeski; b. stressor nafsanis emosi: rasa takut maupun sedih yang mendalam, rasa tertekan dan cemas; c. stressor sosio kultural: kehilangan salah satu anggota keluarga (meninggal), perubahan situasi pekerjaan, gagal sekolah, menghadapi ujian, konflik keluarga atau kelompok, kesulitan financial dan peristiwa yang tidak diharapkan.29

Mengenai hal ini Tarmizi mengungkapkan bahwa penyakit psikosomatik (psychosomatic disorder) atau nama yang lebih banyak dipakai dalam kedokteran psucho physiological autonomic visoeral disorders, ini ditemukan keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan pada alat-alat tubuh misalnya jantung dan alat pernafasan atau mungkin pula kelainan pada alat-alat perut, misalnya dalam lambung usus, alat kelamin dan lainnya. Kelainan itu disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syaraf-syaraf otonom. Hal ini lambat laun dapat menimbulkan perubahan struktur anatomik yang tidak dapat pulih kembali.30 _______________

28 A. Supratiknya, Op. Cit., h.53

29 Sukamto dan A. Dardiri Hasyim, loc. Cit

30 Tarmizi, Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. 1,h.21

Disamping factor emosional yang dikemukakan diatas, banyak ditemukan penyebab maraknya benih-benih psikosomatik yang muncul dari masalah sosial, tepatnya karena kekosongan nilai. Kekosongan nilai pada manusia modern itu disebabkan karena


(50)

ia tidak lagi mengenali dirinya dalam konstalasi makhluk-khalik. Ia terpuruk hanya terkutat dipojok makhluk, oleh karena itu dunianya menjadi sempit, langit menjadi rendah.31

Beban psikis pada era modern seperti diatas, menyebabkan pola fikir manusia modern dipengaruhi oleh berbagai beban, terutama beban kebutuhan hidup. Akibatnya timbullah pembaharuan dalam cara pergaulan hidupnya, sehingga setiap orang terlepas dari ikatan-ikatan social dan menjadi individualistis dan egoistis, akibatnya masing-masing mereka tidak segan untuk saling menjatuhkan, menyengsarakan bahkan memfitnah.

Inilah yang menyebabkan manusia gelisah, menimbulkan permusuhan, hasutan dan sikap adu domba. Selain itu kondisi yang tidak stabilpun dapat mempengaruhi ketentraman jiwa. Baik itu kondisi ekonomi, sosial maupun politik. Kondisi yang tidak menentu seperti inilah yang menyebabkan hilangnya kebutuhan rasa aman dan menimbulkan kegelisahan yang terus menerus karena membayangkan kemungkinan yang terjadi akibat kondisi yang tidak stabil tersebut.32

__________________________

31Acmad Mubarok, psikologi Qur‟ani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), Cet.1, h.35 32 Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet.1, h 102-104


(51)

BAB III

METODE TAZKIYATUNNAFS

SEBAGAI TERAPI BAGI PSIKOSOMATIK

A. Tazkiyatunnafs sebagai Terapi dalam Islam

Pada dasarnya, pengobatan terdiri dari dua bagian, yaitu pencegahan dan penyembuhan, Islam sangat memperhatikan kedua prinsip ini dengan memadukan manfaat keduanya dalam jasmani dan rohani, untuk memperoleh kesehatan tubuh dan keselamatan jiwa.

Dalam hal ini sasaran Islam terutama adalah penyembuhan hati dan jiwa, serta pencegahan penyakit dan penjagaan dari kerusakannya. Hal itu disebabkan karena tidak akan bermanfaat memperbaiki badan tanpa memperbaiki hati dan jiwa, sebab rusaknya bada sekalipun berbahaya akan menjadi ringan apabila hati masih dalam keadaan baik.

Karena psikosomatik merupakan penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan dan social, maka salah satu terapinya adalah dengan cara berusaha melepaskan nafs atau jiwa dari segala hal yang membebaninya. Sekiranya ditinjau dari segi penyembuhan maka pendekatan keagamaan melalui metode Tazkiyatunnafs memiliki 2 fungsi yang bersifat preventif dan kuratif.

1. Sifat Preventif

Bentuk penyembuhan yang bersifat preventif adalah bentuk pencegahan dari timbulnya penyakit, termasuk didalamnya penyakit psikosomatik. Upaya


(52)

pencegahan tentunya lebih baik daripada pengobatan. Prevention is better than cure, ini sudah diterima secara mutlak oleh ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran pencegahan.1 Bentuk penyembuhan secara preventif dalam metode tazkiyatunnafs terseirat dalam surat al-Imran (3) ayat 200:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.2

Perintah untuk menjaga bersabar dan bertakwa kepada Allah sebagaimana terkadung dalam ayat tersebut diatas merupakan langkah preventif dari timbulnya segala bentuk gangguan psikologis. Kesabaran dalam menghadapi cobaan adalah kunci terciptanya kesehatan mental.

Aspek moralitas yang terkandung dalam metode tazkiyah al-nafs ini bersifat preventif, karena sebagaimana telah dikemukakan pada uraian terdahulu, bahwa emosi dan insting religious dapat memusnahkan benih-benih psikosomatik yang disebabkan oleh adanya emosi yang berpengaruh buruk, seperti marah, iru, dengki, kikir dan sombong, yang semaunya itu dapat diterapi dengan emosi religious yang terdapat dalam aspek moralitas metode tazkiyah al-nafs.

___________ 1

Dadang Hawari, al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997) hal 70

2


(53)

3. Sifat Kuratif

Penyembuhan melalui pendekatan agama dengan terapi tazkiyatunnafs adalah upaya pengobatan dan perawatan terhadap si penderita ketika sedang mengalami gangguan/penyakit psikosomatik. Sebagaimana tersirat dalam ayat berikut :

“Dan (juga) orang-orang yang apabula melakukan perbuatan keji dan

menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa, mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka itu, sedang mereka

mengetahuinya”.3

(QS Ali-Imran : 135)

Ungkapan yang tersirat pada ayat diatas adalah suatu petunjuk bagi manusia yang ingin terbebas dari perasaan tertekan lantaran berbuat dosa. Mereka hendaknya segera meminta ampun kepada Allah dan bertaubat untuk tidak melakukannya untuk yang kedua kali. Anjuran untuk segara minta ampun adalah langkah kuratif dari penyakit psikosomatik lantaran merasa tertekan setelah berbuat dosa.

B. Beberapa Metode Tazkiyatunnafs

Mensucikan jiwa adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan seorang muslim, jiwa yang bersih akan menghasilkan perilaku yang bersih pula, karena jiwalah yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk.

Tazkiyatunnafs secara singkat berarti membersihkan jiwa dari kemusyrikan dan cabangnya, merealisasikan kesuciannya dengan tauhid dan


(54)

cabang-cabangnya. Dan menjadikan nama-nama Allah yang baik sebagai akhlaknya. Disamping ubudiyah yang sempurna kepada Allah dengan membebaskan diri dari pengakuan rububiyah.

Konsep tazkiyah al-nafs secara umum oleh al-ghazali didasarkan atas rub-rub yang terdapat dalam kitab ihya’ Ulumuddin yaitu rub al-ibadat, al-adat, dan akhlak yang terdiri dari akhlak al-muhlikal dan almunjiyat. Landasan ibadat, al-adat, dan akhlak dalam arti terciptanya keserasian atau keharmonisan hubungan manusia dengan Allah, dengan sesame manusia dan dengan dirinya sendiri. Jadi, konsep tazkiyah al-nafs al-Ghazali pada garis besarnya tersusun dari dasar ibadat, al-adat dan akhlak yang baik. Suatu proses tazkiyah hanya bias dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, maka pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna yang menjadikan jiwa tersucikan dan memiliki sejumlah dampak dan hasil kepada seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga, dan yang lainnya.4

Banyak metode penyucian jiwa yang dapat kita ketahui di antara melalui metode yang digunakan tarikat-tarikat yang ada di Indonesia seperti terikat Naqsabandiyah, Qadariyah, Tijaniyah, dan lain sebagainya. Namun dalam pembahasan ini, penulis membahas konsep penyucian jiwa yang bersumber pada telaga keasliannya. Yaitu ayat-ayat-Nya yang mulia dan hadits-hadits rasulullah, ditambah penjelasan dari para ulama spesialis masalah tazkiyah al-nafs, seperti Ibnu Qayyim, Ibnu Rajab dan Abu Hamid al-Ghazali.


(55)

Untuk lebih memudahkan penyusunan metode-metode yang terdapat dalam tazkiyah al-nafs, disini penulis membagi pembahasan ke dalam dua aspek terapi alam tazkiyah al-nafs, pertama aspek etika dan moralitas, kemudian yang kedua yaitu aspek spiritual, yaitu terapi melalui ibadah ritual, seperti shalat, zakat, haji, puasa, tilawah al-Quran.

1. Terapi Melalui Aspek Etika dan Moralitas Dalam Tazkiyah Al-Nafs a. Niat

Niat adalah yang paling essensial dalam melakukan suatu perbuatan, khususnya dalam hal ini adalah memberikan bantuan dan pertolongan kepada individu-individu yang sangat membutuhkannya, hendaknya semata mengarap ridha, cinta dan perjumpaan wajah-Nya, bukan karena selain itu, karena niat itu disamping sebagai perbuatan professional juga sebagai ibadah. Dari firman Allah SWT.5

Niat merupakan hakikat yang mempunyai dua wajah, dimana yang pertama terkait dengan motivasi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan, kedua adalah terkait dengan tujuan dari amal perbuatan yang dilakukan, dimana ia melakukannya dengan maksud tertentu. Motivasi adakalanya datang dari dalam batin manusia itu sendiri dan itu bersifat dzali, atau yang berasal dari luar yaitu dari urf dan kondisi sosialnya.


(56)

b. Taubat

Pengakuan seorang mukmin akan dosanya, permohonan ampunannya kepada Allah, dan taubatnya kepada-Nya otomatis akan menyirnakan fikiran dosa dari benaknya dan menyirnakan sebab-sebab yang menjadi sumber penyakit jiwa.6 Indikasi keberhasilan awal dari pertaubatan biasanya adalah munculnya rasa ketenangan dan kedamaian dalam jiwa; hati merasa terasa halus dan lembut, sehingga sangat peka, wajah dan kulit tampak mulai cerah dan bersih, jiwa dan rohani mulai merasakan dahaga dan lapar terhadap makanan dan minuman rohani. Maka pada kondisi seperti inilah seseorang dapat mengembangkan tazkiyah nafsiyahnya dengan “tahalli”, yaitu mengisi diri dengan ketenangan-ketenangan dan akhlak yang terpuji.7 Taubat merupakan slah satu kunci dalam pengobatan jiwa, bahkan dapat dikatakan sebagai media pengobatan yang paling penting dalam rangka menyucikan jiwa dan hati.8

c. Ikhlas

Secara teminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.9 Amalan ibadah yang dilakukan dengan tidak ikhlas akan menjadi bebas dan menimbulkan kecemasan ataupun kekecewaan. Kekecewaan akan meningkatkan fungsi kortisol diatas ambang normal akan menyebabkan tidak terbentuknya respon imunitas baik seluler maupun humoral. Tidak terbentuknya imunitas ini akan menyebabkan individu


(57)

rentan terkena penyakit infeksi. Demikian persis seperti pesan Al-Qur‟an, agar segala ibadah harus dijalankan secara ikhlas (QS. Yunus : 22). Sebab dampak dari ibadah yang tidak ikhlas itu dari segi medis bukan hanya hampa makna, melainkan juga mendatangkan penyakit.

Ibadah yang tidak ikhlas bisa diperumpamakan dengan suatu hubungan komunikasi yang tidak efektif. Beberapa waktu yang lalu American Psychological Association mengumumkan hasil penelitian tentang hubungan (komunikasi) pada beberapa pasangan hidup. Dari penelitian itu ditemukan bahwa hubungan yang buruk dengan pasangan hidupnya, terutama dalam hal komunikasi verbal, dapat mengurangi performa system kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung. Selain itu, komunikasi verbal yang buruk sebagaimana shalat yang dilakukan dengan tidak iklahs akan menyebabkan produksi hormone stress yang bernama kortisol meningkat.10

d. Sabar

Sabar merupakan sisi yang penting dalam memperbaiki kendala kejiwaan, dan sabar pada hakikatnya merupakan sikap berani dalam menghadapi kesulitan-kesulitan, kesulitan ini adakalanya merupakan hal yang bersifat akal maupun mental.11 Dalam usaha problem solving menyangkut berbagai urusan kehidupan, sabar merupakan kekuatan yang sangat besar dan efektif.12


(58)

Salah satu tujuan dari terapi jiwa adalah membantu penderita untuk mengendalikan dirinya. Pengendalian diri berarti mengendalikan keinginan, dorongan, perasaan, dan emosi, baik yang bersifat fisik maupun biologis, sosial ekonomi, dan psikis. Pribadi yang tidak terkendali menimbulkan kepincangan, ketidak adilan serta kesengsaraan diri dan orang lain. Penyakit sempit hati kadang-kadang membawa efek kepada tubuh lahir, sehingga terus tidak enak badan, sakit kepala, kencing manis, dan penyakit-penyakit lainnya yang berasal dari jiwa yang gelisah (penyakit psychosomatik), dewasa ini tidak sedikit orang yang ditimpa penyakit psychosomatik ini, dikarenakan banyak masalah yang difikirkan, sejak dari masalah yang sekecil-kecilnya sampai kepada masalah besar. Dan jika tidak dihadapi dengan sabar, tentu dirinya akan terus terhanyut dalam emosi-emosi negatif tersebut dan akan menganggu kesehatan jiwanya, sehingga psikosomatik akan terus berkembang dalam dirinya.13

e. Tawakkal

Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT. Untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudlaratan, menyangkut urusan dunia maupun akhirat.14 Perisai tawakal adalah senjata yang paling tangguh dalam menghadapi serangan putus asa. Semakin maju dunia maka semakin banyak orang yang ditimpa penyakit putus asa, patah


(59)

hati, pencemasan, gelisah dan berbagai penyakit jiwa lainnya. Penyakit ini biasanya menimpa orang-orang yang hatinya tidak terisi nilai-nilai agama.15

Prof. Dr. Aulia (almarhum) mantan guru besar ilmu penyakit dalam psikosomatik pada fakultas kedokteran UI, dalam bukunya yang berjudul “Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa”, pernah menceritakan pengalaman beliau:

“Ada seorang laki-laki bangsa Indonesia, beragama Islam berusia kira-kira 50 tahun, dan mempunyai tanggung jawab seorang istri dan tiga orang anak yang masih bersekolah. Sedangkan keadaan ekonominya boleh dikatakan lumayan walaupun tidak mewah. Pasien tersebut sudah kurang lebih selama satu bulan menderita berbagai macam penyakit, diantaranya : sering sakit kepala berdenyut-denyut, ketakutan, jantung berdebar-debar, ketekunan berkurang, tidur tak enak dan selalu merasa letih. Setelah diadakan pemeriksaan ketubuhan dengan lengkap dan teliti, ternyata tidak ditemukan kelainan-kelainan/ penyakit, maka dilanjutkanlah dengan pemeriksaan psikis. Akhirnya didapatilah data, bahwa si sakit mulai menderita sakitnya pada saat datang kepadanya suatu berita, bahwa perusahaan tempatnya bekerja akan mengurangi jumlah pegawai secara besar-besaran. Karena hal itu maka pasien itu sangat khawatir, dan sangat panik menghadapi kemungkinan akan dipecat yang dibayangkannya akan merupakan malapetaka, karena ia tidak akan sanggup lagi membiayai kehidupan rumah tangganya dan pendidikan anak-anaknya. Gejala inilah yang membuat ia sakit-sakitan ditambah lagi dengan pengalaman masa kecilnya yang penuh dengan tantangan hidup. Pasien tadi tidak sedikitpun menggantungkan dirinya kepada Tuhan dalam menghadapi desas-desus yang belum pasti itu, maka akibatnya dia menderita berbagai penyakit yang disebut dengan penyakit psikosomatik. Seandainya ia bertawakal kepada Tuhan dalam menghadapi kabar angin ini, niscaya akan berkurang jumlah beban batinnya. Bahkan jika kabar yang tersiar inipun akhirnya terjadi nantinya, dengan bertawakal kepada Tuhan dia tidak akan mengalami kekurangan asalkan dia mau berusaha.16


(60)

Firman Allah SWT :

“Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan

mencukupkannya”.17 (Ath-Thalaq : 3)

f. Wara’

Ibrahim Bin Adham berkata : Wara‟ itu adalah meninggalkan segala yang syubhat, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu, dan itu adalah meninggalkan al-fudhul (kelebihan harta atau segala yang berlebih-lebihan). Yaitu meninggalkan urusan yang bukan kepentingan agama, meninggalkan sesuatu yang haram, makruh dan termasuk syubhat. Orang yang wara‟ tidak akan sama sekali mempunyai penyakit jiwa, karena sikap wara‟ merupakan hasil dari seluruh taubat hati dan seluruh anggota jasmani, sikap inilah yang mendatangkan ketenangan jiwa.19

g. Mujahadah

Al-Qusyairi mengatakan : sesungguhnya berjuang melawan jiwa (hawa nafsu) dan mengendalikannya, adalah dengan memotong apa yang menjadi kebiasaannya, serta mengarahkan jiwa untuk senantiasa menentang hawa nafsunya setiap waktu.

Sesungguhnya kehidupan jiwa yang hakiki harus melalui mujahadah dan dzikir, sebab barang siapa yang mengikuti hawa nafsunya, dan jika mengikuti kehendaknya berarti ia mati karena tenggelam didalam maksiat dan


(61)

jauh dari ketaatan. Yang dimaksud dengan “ijtihad” menurut para sufi adalah mujahadah jasmani dan jiwa secara bersamaan, karena tidak akan bersih jiwa seseorang kecuali dengan menghilangkan syahwat badani. Sesungguhnya syahwat makan dan kawin, akan menelorkan kerakusan pada harta, gila hormat seperti takabbur, riya, hasud dan kebencian. Sebetulnya antara jiwa dan raga bukanlah suatu yang terpisah, akan tetapi merupakan sisi saling terkait. Dari itu mujahadah jasmani yaitu dengan lapar dan bangun malam.20

h. Muhasabah

Perawatan kejiwaan menghendaki agar manusia dapat mengadakan control dan kritik yang sehat terhadap dirinya karena hal itu merupakan prinsip dari kesehatan mental. Seseorang yang tidak mampu melakukan kontrol terhadap tingkah laku dan kritik terhadap kekurangan dirinya diantaranya merupakan gejala dari gangguan kejiwaan. Orang yang tidak memiliki pengawasan dan perhitungan diri dalam hidupnya akan mengalami penyesalan dan penderitaan batin karena ia tidak memikirkan dan tidak memperhitungkan diri dan tingkah laku yang diwujudkannya. Dengan muhasabah seseorang dapat berusaha mengontrol kondisi kejiwaannya sehingga proses tazkiyatunnafs dapat terlaksana dengan sempurna.

Dalam proses tazkiyatunnafs, jiwa harus benar-benar dapat ditaklukan, oleh karena itu seseorang yang ingin menyembuhkan penyakitnya melalui


(1)

suatu terapi yang efektif jika seseorang penderita psikosomatik itu menyadari pentingnya peranan agama dalam kehidupannya.

5. Benih-benih psikosomatik akan dengan sangat mudah dinetralkan dengan emosi-emosi positif yang terdapat dalam insting religious dan dengan ibadah-ibadah esoterik yang ditawarkan dalam metode tazkiyah al-nafs.

B. Saran-Saran

Dengan melihat dan mempertimbangkan kesimpulan di atas tersebut, maka penulis disini merasa perlu untuk memberikan saran-saran kepara para pembaca. 1. Untuk para pembaca yang bergelut dalam dunia kedokteran hendaknya tidak

mengesampingkan aspek emosi dan ruhani dalam memberikan pengobatan kepada para pasiennya. Selain itu diharapkan agar dalam memberikan pengobatan tidak terpaku kepada hal-hal yang bersifat jasmaniyah, selain memberikan pengobatan yang bersifat medis hendaknya jangan melupakan aspek keberagamaan pasien. 2. Psikosomatik terutama disebabkan oleh adanya emosi-emosi yang berpengaruh

buruk pada diri seseorang. Seperti kebencian, keserakahan, iri, dengki dan takabur. Oleh karena itu hendaknya emosi seperti ini dijauhi dan sebagai terapinya emosi ini digantikan dengan emosi-emosi religious yang ditawarkan oleh metode tazkiyah al-nafs.

3. Untuk sebuah proses penyucian jiwa, disarankan kepada para pembaca untuk menjaga hubungan kepada dua titik kehidupan, yaitu habluminallah dan habluminannas. Karena dua titik ini yang banyak mempengaruhi kesucian jiwa.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril, Pelita Hidup Masyarakat Ridha Ilahi, Jakarta: Kalam Mulia, 1991, Cet. Ke-1.

Ancok, Djamaluddin dan Suroso Fuad Nashori, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. Ke-2.

Aziz Abdul Syeikh bin Abdullah bin Baaz, Shahih Bukhari, Beirut: Daarul Fikr, Juz.2. Azwirman, Aids dan Kanker – Teori Biofisika Dalam Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi

Press, 1996, Cet. Ke-1.

Aulia, Agama dan Kesehatan Badan dan Jiwa, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, Cet. Ke-2. Bruno, Frank, J., Kamus Istilah Kunci Psikologi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, Cet. Ke-5. Burhanudin, Yusak, Kesehatan Mental, Bandung: Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1.

Burt, Cryll, Ilm Nafs Dini, terj. Oleh Samir „Abduh, Damaskus Dar Dimasy qli al-Thiba‟ah wa al-Nasyr,t.th.

Chaplin, C/P., Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono, Jakarta: Raja Grafindo Pers, 1993, Cet. Ke-1.

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989.

Dzakky-Adz, Hamdani Bakran, Psikoterapi dan Konseling Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001, Cet. Ke-1.

Dadang Hawari, Al-quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996, Cet. 1.

Daradjat, Zakiah, Prof. Dr., Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990, Cet. Ke-12.

---, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung.

Djami‟an, K.H.S.S., Islam Psikosomatik (Penyakit Jiwa), Jakarta: Bulan Bintang, 1975,


(3)

Drever, James, Kamus Psikologi, Terjemahan Nanoy Simadjuntak, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986. Cet. Ke-1.

Ghazali-Al, Abu Hamid, Muhamad, Ibn Muhamad, Ihya Ulum din, Kairo: Darihya al-Kutub, t.th.

---, Tahdzib al-ahlaq wa mualajat al-qulub, Terjemahan Mohamad al-Baqir, Mengobati Penyakit Hati, Bandung: Kharisma.

Gayatri, Arum, Kamus Kesehatan, ed. Liwan Yuwono, Jakarta : Arcan, 1990, Cet. Ke-1. Hamka, Dr., Prof. Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

Hawwa, Sa‟id, Mensucikan Jiwa, Konsep Tazkiyatunnafs Terpadu, Jakarta: Rabbani

Perss, 2001.

---, al-Mustakhlash Fi Tazkiyat al-Anfus, Mesir : Dar al-Salam, 1984.

H. Alkaf, Idruss, Cara Perawatan Diri dan Pengobatan, Kuala Lumpur: Darul Nu‟mat, 1995, Cet.1

HS M. Noor, Himpunan Istilah Psikologi, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997, Cet Ke-4.

Isfahani-al Raghib-al, Mu‟jam Mufrsdat Al-Fazh Al-Quran, Beirut: Daruul-Fikr, tth Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,

2001, Cet. Ke-4

Jalaludin, Psikologi Agama Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-1

Jauziah-al Ibnu Qayyim, Ibnu Rajab al-Hambali, Iman Ghazali, Tazkiyah al-Nafs, Solo: Pustaka Arah, 2002, Cet. Ke-1

Jaya, Yahya, Spritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, Jakarta: YPI rumaha, 1994, Cet. Ke-1.

Katsoff, O Louis, Elements of Psilosofy, alih bahasa Soeyono Soemargono dengan judul Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wicana, 1986, Cet ke-1.

Kartaono, Kartini, Dr.,Patologi Sosial 3, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, Cet ke-1.


(4)

_______, dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya, 1987, Cet. Ke-1. _____, Patologi Sosial, Jakarta: CV Rajawali, 1981, Cet ke-5.

Kusuma, Wijaya, Hembing, Hikmah Shalat untuk Pengobatan dan Kesehatan, Jakarta: Pustaka Kartini, 1996, Cet 2.

K.D, Sukardi, Puasa Bersama Sufi, Jakarta: Pustaka Hidayah Press, 2000, Cet ke-1. Mubarok, Achmad Dr., Jiwa dalam al-Quran, Jakarta: Paramadina, 2000, Cet ke-1. ______, Psikilogi Qur’ani, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, Cet ke-1.

Muhammad, Hasyim, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, cet ke-1.

Munawwir, al-Munnawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, Cet ke-4.

Miskawaih, Ibnu, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung: Mizan, 1999, Cet ke-5. Moinuddin, Ghulam. Syaikh, Penyembuhan Cara Sufi, Jakarta: Yayasan Bentang

Budaya, 2000, Cet ke-3.

Najati, Utsman Muhammad, Dr., Al-quran dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka, 1983, Cet ke-1.

Partanto and Al-barry, Muhamad Dahlan, Kamus Ilmiah Populer Plus A, Surabaya, Arcola.

Qadir, Abdurachman, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, Cet ke-1.

Rani-al, Abu Bakr, al-Thibb al-Ruhaniy, Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1978.

Razi-al Imam Fakhr, al-Tafsir al-Kabir, Beirut: dar Ihya‟ al-Turats al‟arabi, tth. Cet ke-3 jilid IX.

Ramayulis dan Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1993, Cet ke-2.


(5)

Shihab, Quraish, Wawasan al_quran, Bandung: Mizan, 1970, Cet ke-6.

Sholeh, Moh, Tahajjud, Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan FS Himanda, 2001, Cet ke-1.

Suadi, Putro, Drs, MA., Muhamad Arkoun Tentang Islam dan Modernitas, Jakarta: Paramadina, 1998, Cet ke-1.

Sudarsono, Drs, S.H., Kamus Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, Cet ke-1.

Supratiknya, A., Mengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995, Cet ke-1. Sukandi Syarif Muhammad, Tarjamah Bulughul Marom, Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1991,

Cet ke-9.

Sukanto dan A. Dardiri hasyim, Nasiologi: Refleksi Analisis tentang diri dan Tingkah Laku manusia, Surabaya: Risalah Gusti, 1995, Cet ke-1.

Su‟dan R.H. Alqur’an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: dana Bhakti Prima

Yasa, 1997.

Syarif Adnan, Psikologi Qurani, Jakarta: Pustaka Hidayah, 2002, Cet ke-1.

SF, Qomarudin, Zikir Sufi – menghampiri ilahi lewat tasawuf, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000, Cet ke-1.

Tarmizi, Kesehatan Jiwa, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet ke-1.

Tim Penyusun Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet ke-3.

Tim Penyusun Kamus, Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet ke-2.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Umar, Abdullah, Ibnu Mahali, Menguak Kedalaman Nilai Tasawuf “Sucikan Hati

Teguhkan Jiwa”, Yogyakarta: Media Insani Press, 2001, Cet ke-1.

Valiudin, Mill, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996, Cet ke-1.


(6)

Yusuf, Ali Abdullah, The Meaning of Glorious Quran, Beirut: Dar al-kutub al-lubnani, tth.

Dari Koran, Majalah dan Internet. Jurnal Khas Tasawuf, Ed II 2002. Jurnal Ulumul Quran

Jawa Pos, 16 November 2002 Republika

Swara Quran

http://Google.com, 30 Februari 2003.