jauh dari ketaatan. Yang dimaksud dengan “ijtihad” menurut para sufi adalah mujahadah jasmani dan jiwa secara bersamaan, karena tidak akan bersih jiwa
seseorang kecuali dengan menghilangkan syahwat badani. Sesungguhnya syahwat makan dan kawin, akan menelorkan kerakusan pada harta, gila
hormat seperti takabbur, riya, hasud dan kebencian. Sebetulnya antara jiwa dan raga bukanlah suatu yang terpisah, akan tetapi merupakan sisi saling
terkait. Dari itu mujahadah jasmani yaitu dengan lapar dan bangun malam.
20
h. Muhasabah
Perawatan kejiwaan menghendaki agar manusia dapat mengadakan control dan kritik yang sehat terhadap dirinya karena hal itu merupakan prinsip
dari kesehatan mental. Seseorang yang tidak mampu melakukan kontrol terhadap tingkah laku dan kritik terhadap kekurangan dirinya diantaranya
merupakan gejala dari gangguan kejiwaan. Orang yang tidak memiliki pengawasan dan perhitungan diri dalam hidupnya akan mengalami penyesalan
dan penderitaan batin karena ia tidak memikirkan dan tidak memperhitungkan diri dan tingkah laku yang diwujudkannya. Dengan muhasabah seseorang
dapat berusaha
mengontrol kondisi
kejiwaannya sehingga
proses tazkiyatunnafs dapat terlaksana dengan sempurna.
Dalam proses tazkiyatunnafs, jiwa harus benar-benar dapat ditaklukan, oleh karena itu seseorang yang ingin menyembuhkan penyakitnya melalui
terapi tazkiyatunnafs harus mampu menjaga nafs-nya dengan bermuhasabah cara mengetahui aib dirinya.
Muhasabah harus dilakukan secara sungguh-sungguh, karena jika ia mengabaikannya maka ia akan mudah terjangkit emosi-emosi negatif dari
pengaruh maksiat yang ia lakukan, dan seperti yang banyak dibahas pada uraian terdahulu, tentunya hal-hal seperti inilah yang menyuburkan benih-
benih psikosomatik dalam diri manusia.
21
2. Aspek Ibadah Spiritual
a. Shalat
Shalat adalah sarana terbesar dalam tazkiyatunnafs dan pada waktu yang sama merupakan bukti dan ukuran dalam tazkiyah, ia adalah sarana
sekaligus tujuan. Ia mempertajam makna-makna ubudiyah, tauhid dan syukur. Ia adalah dzikir,
gerakan ruku‟, sujud dan duduk. Ia menegakkan ibadah dalam berbagai bentuk utama bagi kondisi fisik. Penegakannya dapat memusnahkan
bibit-bibit kesombongan dan pembangkangan kepada Allah, disamping merupakan pengakuan terhadap rububiyah dan hak pengaturan. Penegakannya
secara sempurna juga akan dapat memusnahkan bibit-bibit uzub dan dhurur bahkan semua bentuk kemungkaran dan kekejian. “Sesungguhnya shalat dapat
mencegah kekejian dan kemungkaran”. Shalat akan berfungsi sedemikian rupa apabila ditegakan dengan semua rukun, sunnah dan adzab dzhir dan batin yang
harus direalisasikan oleh orang yang shalat. Diantara adab dzahir adalah