Untuk lebih memudahkan penyusunan metode-metode yang terdapat dalam tazkiyah al-nafs, disini penulis membagi pembahasan ke dalam dua aspek terapi alam
tazkiyah al-nafs, pertama aspek etika dan moralitas, kemudian yang kedua yaitu aspek spiritual, yaitu terapi melalui ibadah ritual, seperti shalat, zakat, haji, puasa,
tilawah al-Quran.
1. Terapi Melalui Aspek Etika dan Moralitas Dalam Tazkiyah Al-Nafs
a. Niat
Niat adalah yang paling essensial dalam melakukan suatu perbuatan, khususnya dalam hal ini adalah memberikan bantuan dan pertolongan kepada
individu-individu yang sangat membutuhkannya, hendaknya semata mengarap ridha, cinta dan perjumpaan wajah-Nya, bukan karena selain itu, karena niat
itu disamping sebagai perbuatan professional juga sebagai ibadah. Dari firman Allah SWT.
5
Niat merupakan hakikat yang mempunyai dua wajah, dimana yang pertama terkait dengan motivasi seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan suatu perbuatan, kedua adalah terkait dengan tujuan dari amal perbuatan yang dilakukan, dimana ia melakukannya dengan maksud tertentu.
Motivasi adakalanya datang dari dalam batin manusia itu sendiri dan itu bersifat dzali, atau yang berasal dari luar yaitu dari urf dan kondisi sosialnya.
b. Taubat
Pengakuan seorang mukmin akan dosanya, permohonan ampunannya kepada Allah, dan taubatnya kepada-Nya otomatis akan menyirnakan fikiran
dosa dari benaknya dan menyirnakan sebab-sebab yang menjadi sumber penyakit jiwa.
6
Indikasi keberhasilan awal dari pertaubatan biasanya adalah munculnya rasa ketenangan dan kedamaian dalam jiwa; hati merasa terasa
halus dan lembut, sehingga sangat peka, wajah dan kulit tampak mulai cerah dan bersih, jiwa dan rohani mulai merasakan dahaga dan lapar terhadap
makanan dan minuman rohani. Maka pada kondisi seperti inilah seseorang dapat mengembangkan tazkiyah nafsiyahnya dengan “tahalli”, yaitu mengisi
diri dengan ketenangan-ketenangan dan akhlak yang terpuji.
7
Taubat merupakan slah satu kunci dalam pengobatan jiwa, bahkan dapat dikatakan
sebagai media pengobatan yang paling penting dalam rangka menyucikan jiwa dan hati.
8
c. Ikhlas
Secara teminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
9
Amalan ibadah yang dilakukan dengan tidak ikhlas akan menjadi bebas dan menimbulkan kecemasan ataupun
kekecewaan. Kekecewaan akan meningkatkan fungsi kortisol diatas ambang normal akan menyebabkan tidak terbentuknya respon imunitas baik seluler
maupun humoral. Tidak terbentuknya imunitas ini akan menyebabkan individu
rentan terkena penyakit infeksi. Demikian persis seperti pesan Al- Qur‟an, agar
segala ibadah harus dijalankan secara ikhlas QS. Yunus : 22. Sebab dampak dari ibadah yang tidak ikhlas itu dari segi medis bukan hanya hampa makna,
melainkan juga mendatangkan penyakit. Ibadah yang tidak ikhlas bisa diperumpamakan dengan suatu hubungan
komunikasi yang tidak efektif. Beberapa waktu yang lalu American Psychological Association mengumumkan hasil penelitian tentang hubungan
komunikasi pada beberapa pasangan hidup. Dari penelitian itu ditemukan bahwa hubungan yang buruk dengan pasangan hidupnya, terutama dalam hal
komunikasi verbal, dapat mengurangi performa system kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung. Selain itu, komunikasi verbal
yang buruk sebagaimana shalat yang dilakukan dengan tidak iklahs akan menyebabkan produksi hormone stress yang bernama kortisol meningkat.
10
d. Sabar
Sabar merupakan sisi yang penting dalam memperbaiki kendala kejiwaan, dan sabar pada hakikatnya merupakan sikap berani dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan, kesulitan ini adakalanya merupakan hal yang bersifat akal maupun mental.
11
Dalam usaha problem solving menyangkut berbagai urusan kehidupan, sabar merupakan kekuatan yang sangat besar dan
efektif.
12