Firman Allah SWT :
“Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkannya”.
17
Ath-Thalaq : 3
f. Wara’
Ibrahim Bin Adham berkata : Wara‟ itu adalah meninggalkan segala yang syubhat, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat
bagimu, dan itu adalah meninggalkan al-fudhul kelebihan harta atau segala yang berlebih-lebihan. Yaitu meninggalkan urusan yang bukan kepentingan
agama, meninggalkan sesuatu yang haram, makruh dan termasuk syubhat. Orang yang wara‟ tidak akan sama sekali mempunyai penyakit jiwa, karena
sikap wara‟ merupakan hasil dari seluruh taubat hati dan seluruh anggota jasmani, sikap inilah yang mendatangkan ketenangan jiwa.
19
g. Mujahadah
Al-Qusyairi mengatakan : sesungguhnya berjuang melawan jiwa hawa nafsu dan mengendalikannya, adalah dengan memotong apa yang menjadi
kebiasaannya, serta mengarahkan jiwa untuk senantiasa menentang hawa nafsunya setiap waktu.
Sesungguhnya kehidupan jiwa yang hakiki harus melalui mujahadah dan dzikir, sebab barang siapa yang mengikuti hawa nafsunya, dan jika
mengikuti kehendaknya berarti ia mati karena tenggelam didalam maksiat dan
jauh dari ketaatan. Yang dimaksud dengan “ijtihad” menurut para sufi adalah mujahadah jasmani dan jiwa secara bersamaan, karena tidak akan bersih jiwa
seseorang kecuali dengan menghilangkan syahwat badani. Sesungguhnya syahwat makan dan kawin, akan menelorkan kerakusan pada harta, gila
hormat seperti takabbur, riya, hasud dan kebencian. Sebetulnya antara jiwa dan raga bukanlah suatu yang terpisah, akan tetapi merupakan sisi saling
terkait. Dari itu mujahadah jasmani yaitu dengan lapar dan bangun malam.
20
h. Muhasabah
Perawatan kejiwaan menghendaki agar manusia dapat mengadakan control dan kritik yang sehat terhadap dirinya karena hal itu merupakan prinsip
dari kesehatan mental. Seseorang yang tidak mampu melakukan kontrol terhadap tingkah laku dan kritik terhadap kekurangan dirinya diantaranya
merupakan gejala dari gangguan kejiwaan. Orang yang tidak memiliki pengawasan dan perhitungan diri dalam hidupnya akan mengalami penyesalan
dan penderitaan batin karena ia tidak memikirkan dan tidak memperhitungkan diri dan tingkah laku yang diwujudkannya. Dengan muhasabah seseorang
dapat berusaha
mengontrol kondisi
kejiwaannya sehingga
proses tazkiyatunnafs dapat terlaksana dengan sempurna.
Dalam proses tazkiyatunnafs, jiwa harus benar-benar dapat ditaklukan, oleh karena itu seseorang yang ingin menyembuhkan penyakitnya melalui