Faktor-faktor yang mempengaruhi terpeliharanya simptom-simptom social

2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terpeliharanya simptom-simptom social

phobia Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terpeliharanya simptom-simptom social phobia yaitu bias kognitif, hambatan kemampuan sosial dan operant conditioning Beck dkk; Clark Wells; Musa Lepine dalam Kashdan Heirbert, 2001. Menurut pendekatan kognitif, inti dari social phobia adalah adanya keinginan yang kuat untuk tampil dan disukai oleh orang lain namun disertai oleh persepsi ketidakmampuan diri untuk melakukan hal tersebut. Individu dengan social phobia merasa yakin bahwa dirinya akan melakukan sesuatu yang akan menimbulkan penolakan dan penilaian negatif dari orang lain. Keyakinan ini ditambah dengan persepsi tentang adanya penilaian dari orang lain menimbulkan pernyataan diri negatif dan membuat individu menjadi terobsesi dengan penampilan sosial orang lain Hartman dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Hal inilah yang kemudian terwujud menjadi simptom kecemasan dalam bentuk reaksi fisiologis dan perilaku. Reaksi fisiologis seperti wajah yang memerah, berkeringat dingin, gangguan pencernaan lalu diinterpretasikan oleh individu sebagai bukti bahwa ia tidak berhasil yang pada akhirnya semakin meningkatkan kecemasan. Individu pun menjadi fokus pada pikiran negatifnya, reaksi somatis serta sinyal-sinyal yang menunjukkan bahwa orang lain menilai buruk dirinya. Hal ini kemudian akan menghambat fungsi sosial individu tersebut Hope, Gansler Heimberg dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Hambatan dalam kemampuan sosial juga dikatakan berpengaruh terhadap bertahannya simptom-simptom social phobia. Spence dkk dalam Kashdan dan Heirbert, 2001 menemukan bahwa remaja dengan social phobia lebih cemas dan menunjukkan kemampuan sosial yang buruk dibandingkan dengan kelompok individu yang tidak mengalami social phobia. Penelitian lainnya menemukan bahwa anak Universita Sumatera Utara dengan social phobia cenderung kurang bergaul dan juga kurang mendapatkan dukungan dan penerimaan dari teman sebaya La Greca dan Lopez dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Fakta-fakta ini sering disalah artikan oleh individu dengan social phobia, ia menganggap dirinya memiliki hambatan dalam kemampuan sosial. Sesungguhnya permasalahan yang berkaitan dengan perilaku sosial bisa jadi mencerminkan adanya hambatan dalam keterampilan sosial, atau kemungkinan permasalahan tersebut muncul sebagai akibat dari kecemasan yang berlebihan. Faktor-faktor lainnya seperti penguat negatif terhadap perilaku menghindar yang sering muncul dari interaksi orang tua dan anak, hubungan dengan teman sebaya, serta ingatan akan peristiwa traumatis juga mempengaruhi bertahannya simptom-simptom social phobia. Penguat negatif dapat muncul sewaktu individu berusaha untuk menghindari suatu situasi dan merasa lega saat ia berhasil menghindar dari situasi tersebut. Demikian juga halnya dengan peristiwa traumatis, misalnya dengan menyaksikan seseorang yang terjatuh di muka umum juga dapat menjadi penguat negatif serta menimbulkan perasaan lega pada individu dengan social phobia. Orang tua sering kali tanpa disadari memberikan penguat negatif kepada anak dengan cara membantu anak untuk menghindari situasi yang ditakutinya, misalnya dengan menuliskan surat izin kepada guru agar anaknya tidak masuk sekolah. Faktor-faktor operant yang menguatkan pola perilaku menghindar ini dapat mempengaruhi tugas- tugas perkembangan anak. Sebagai contoh kesempatan anak untuk menguasai keterampilan penting dalam interaksi sosial seperti membina hubungan persahabatan dan mencapai kemandirian dari keluarga menjadi terbatas. Perilaku menghindar berlebihan pada masa-masa penting perkembangan seorang anak berpengaruh negatif terhadap perkembangan keterampilan sosial anak dan menjadi penguat bagi bias kognitif yang maladaptif. Universita Sumatera Utara

2.2. Coping Cat