Menyusun hirarki situasi pemicu kecemasan

kritikan yang diterima A dari orang tua dan majikan menyebabkan A menjadi cemas saat melakukan sesuatu di hadapan orang lain. Pada awalnya, majikan A mengatakan bahwa ia sebetulnya ingin bermaksud baik dan ingin mengajarkan A agar tidak menjadi anak manja. Namun ia menyadari bahwa cara yang dilakukannya selama ini salah dan bertekad akan mengubah pendekatannya kepada A. Selain itu peneliti juga menyampaikan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti pengalaman A di sekolah dengan teman sebaya. Peneliti menjelaskan agar sebaiknya orang tua dan majikan lebih meningkatkan komunikasi dengan cara yang positif terhadap A. Caranya dengan memberikan kata- kata dorongan dan pujian untuk meningkatkan keyakinan dan kemampuan dirinya. Orang tua dapat meningkatkan kedekatan emosional dengan A dengan cara sering berkumpul dan meluangkan waktu bersama. Selain itu, penting juga bagi orang tua untuk menjelaskan mengenai kondisi keluarga kepada A. Orang tua dapat menekankan pentingnya A untuk mensyukuri kondisi keluarga yang meskipun dengan ekonomi yang pas-pasan namun keluarga mereka utuh dan juga memiliki majikan yang penuh perhatian. Peneliti kemudian menjelaskan mengenai bagaimana A dapat belajar untuk mengendalikan kecemasannya melalui program terapi yang akan dijalankan. Pada sesi ini, baik orang tua maupun majikan A bersikap kooperatif dan terlihat antusias saat menjalaninya. Majikan juga bahkan membantu memberikan pemahaman kepada orang tua A apabila ada hal-hal yang kurang dipahami. PENGENALAN PROGRAM Tujuan: 1. Membangun rapport 2. Memberikan gambaran singkat mengenai program terapi Jalannya sesi: Peneliti menyapa A dan menanyakan kabarnya hari itu. Selanjutnya peneliti bertanya tentang kegiatan yang dilakukan A selama di sekolah. Peneliti pun lalu mengatakan bahwa hari ini A akan melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama peneliti. Peneliti mengajak A untuk memainkan sebuah permainan yang namanya “Personal Facts ” mengenai biodata diri masing-masing. Hal-hal yang ditanyakan seperti “berapa usiamu?”, siapa nama lengkapmu?”, “apa hobimu?” dan pertanyaan lainnya yang terkait dengan informasi personal. A terlihat malu-malu dan ragu dalam menjawab pertanyaan peneliti. Demikian juga saat ia diminta untuk menanyakan biodata peneliti, ia hanya tersenyum malu-malu. Setelah peneliti mendorongnya untuk mencoba barulah A mengajukan pertanyaan kepada peneliti. Selama proses ini, A menunjukkan sikap kooperatif dan mengerjakan tugas sesuai dengan instruksi yang diberikan. Peneliti menjelaskan bahwa selama terapi A akan diberikan pekerjaan rumah di setiap sesi dan A dapat mengumpulkan stiker jika mengerjakannya dengan baik. Stiker tersebut kemudian dapat ditukar dengan hadiah kecil dari peneliti pada waktu yang ditentukan. SKILLS TRAINING FEAR F = FEELING FRIGHTENED? Sesi 1 : mengenali perasaan cemas Tujuan : 1. Mengenali berbagai bentuk emosi yang berbeda-beda beserta ekspresi yang dimunculkan. 2. Membedakan antara kecemasan dengan bentuk emosi lainnya dan mengenali reaksi fisiknya saat cemas

3. Menyusun hirarki situasi pemicu kecemasan

Jalannya sesi: Sesi dimulai dengan meninjau homework assignment yang telah dikerjakan oleh A. Universita Sumatera Utara Adapun tugas yang diberikan adalah untuk menulis situasi saat ia merasa senang serta menggambarkan apa yang dirasakan dan dipikirkannya saat itu. A menuliskan ia merasa senang pada saat bisa tertawa dan bersenang-senang. Namun ia juga menuliskan bahwa ia merasa takut saat berada di sekolah, terutama pada saat ke kantin karena ia takut dimarahi oleh temannya. A juga mengatakan takut minta izin buang air kecil karena takut dimarahi oleh ibu guru. Peneliti lalu memberikan stiker kepada A karena telah mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Peneliti mengajak subjek untuk membicarakan mengenai berbagai emosi atau perasaan yang dimiliki oleh manusia. Subjek diberikan tugas untuk menuliskan bentuk emosi apa saja yang ia ketahui dan ia menuliskan beberapa diantaranya yaitu senang, marah dan takut. Selanjutnya subjek diberikan beberapa pertanyaan tentang bagaimana cara mengetahui saat seseorang sedang marah, senang, sedih dan terkejut. Subjek mengatakan bahwa untuk mengetahui seseorang sedang marah dapat dilihat dari suara dan wajah, untuk mengetahui seseorang sedang sedih dapat dilihat dari wajahnya, sedangkan orang yang sedang senang dapat dilihat dari gerakan tangannya, lalu orang yang terkejut juga dapat dilihat dari gerakan tubuh seperti melompat. Subjek kemudian diajak untuk mengenali beberapa emosi atau perasaan melalui ekspresi wajah dengan cara bermain peran. Subjek terlihat malu-malu untuk memeragakan ekspresi wajah yang berbeda-beda lalu mengatakan ia tidak bisa. Namun ia berhasil menebak ekspresi wajah yang diperagakan peneliti dengan tepat. Selain itu untuk lebih mengenal berbagai bentuk perasaan, subjek juga diminta untuk menebak ekspresi dari beberapa gambar wajah. Pada tugas ini, subjek juga dapat melakukannya dengan baik dan terlihat antusias dalam melaksanakannya. Pada saat membicarakan mengenai perasaan takut, subjek mengatakan bahwa ia sering mengalami rasa takut terutama saat berada di sekolah. Ia takut keluar kelas pada saat jam istirahat untuk bermain dengan anak-anak lainnya atau jajan ke kantin sekolah. Subjek kemudian menyusun hirarki kecemasan dengan menggunakan fear ladder dan feelings thermometer untuk mengukur kecemasannya. Pada akhir pertemuan, peneliti memberikan tugas kepada subjek untuk menuliskan pengalaman ketika ia merasa cemas dan tidak cemas selama beberapa hari ke depan. Subjek juga diminta untuk mengamati seseorang dan mencoba menebak perasaannya. Berikut ini adalah hirarki kecemasan subjek: Jajan di kantin sekolah = 8 Mengajak salah seorang dari teman untuk jajan ke kantin = 7 Menyapa teman-teman yang sedang bermain = 6 Berjalan di dekat teman-teman yang sedang bermain = 5 Berjalan keluar kelas sepuluh langkah = 4 Universita Sumatera Utara Gambar 4.4. Hirarki kecemasan subjek 1 Sesi 2: mengenali respon somatis saat cemas Tujuan: Mengenali secara spesifik respon somatis anaknya saat cemas Jalannya sesi: Peneliti membahas tugas yang dikerjakan oleh subjek terlebih dahulu. Berdasarkan tugas yang dikerjakannya, terlihat bahwa subjek sudah dapat mengenali perasaan cemas. Subjek mengatakan ia merasa cemas dan takut ketika disuruh ibu guru untuk maju ke depan kelas mengerjakan matematika sedangkan ia merasa tenang saat duduk diam di kelas pada jam istirahat. Selain itu subjek juga sudah memahami bahwa apa yang sedang dirasakan oleh seseorang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Peneliti pun memberikan stiker kepada subjek karena telah mengerjakan tugasnya dengan baik. Peneliti selanjutnya memperkenalkan bentuk-bentuk reaksi somatis yang berhubungan dengan perasaan cemas melalui gambar anggota tubuh manusia. Peneliti menanyakan bagian tubuh subjek yang terasa aneh ketika ia sedang merasa cemas dengan menunjuk pada gambar tubuh manusia. Subjek menunjukkan beberapa diantaranya yaitu jantung yang berdebar kencang, perut yang terasa tidak enak, kaki dan tangan yang terasa kaku. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah subjek diminta untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan penyebab munculnya reaksi tubuh manusia. Subjek terlihat mulai memahami konsep reaksi somatis karena ia disini dapat membedakan antara reaksi fisik yang disebabkan oleh rasa takut atau karena penyebab lain, misalnya perut yang terasa tidak enak karena memakan ikan basi. Peneliti mulai menjelaskan kepada subjek, bahwa ada beberapa cara untuk mengendalikan kecemasan yang disebut dengan FEAR. Untuk memudahkan subjek mengingatnya maka peneliti menyesuaikannya dengan istilah bahasa Indonesia yaitu dengan menggunakan kata TAKUT: T= Takutkah aku? A= Apa isi pikiranku yang membuatku takut? K= Kalau begitu, aku harus melakukan sesuatu untuk mengatasi rasa takutku U= Untuk usaha yang kulakukan, aku pantas mendapat hadiah T= Takutku sudah bisa aku atasi Peneliti mengatakan bahwa pada sesi ini, subjek telah mempelajari langkah pertama yang dilakukan dengan mencari tahu apakah diri kita sedang merasa cemas berdasarkan reaksi tubuh kita. Subjek pun telah memahami bahwa di saat ia merasa jantungnya berdebar kencang, perutnya terasa tidak enak, dan tangannya terasa kaku tanpa alasan yang jelas maka itu artinya ia sedang merasa cemas. Pertemuan diakhiri dengan pemberian tugas. Sesi 3: latihan relaksasi Tujuan: Melakukan prosedur relaksasi sederhana untuk membantu mengurangi ketegangan saat sedang merasa cemas. Jalannya sesi: Pertemuan diawali dengan membahas tugas yang dikerjakan oleh subjek sebelumnya. Adapun tugas yang diberikan adalah menuliskan kejadian yang membuatnya cemas dan mengukurnya melalui feelings thermometer. Subjek mengatakan bahwa kejadian yang membuatnya takut pada saat temannya memarahinya saat jam istirahat. Ia merasa sangat takut dengan nilai ketakutannya adalah 8 yaitu Berdiri diam di depan pintu kelas saat jam istirahat sambil menyaksikan teman-teman yang sedang bermain = 3 Universita Sumatera Utara sangat takut sekali. Subjek juga dapat mengenali reaksi somatisnya saat cemas, ia mengatakan mengatakan bahwa saat itu ia dapat merasakan dirinya sedang takut dari jantungnya yang berdebar kencang. Peneliti kembali memberikan stiker atas usaha subjek untuk mengerjakan tugas ini. Pada sesi ini juga peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk menukar stiker yang selama ini telah dikumpulkannya dengan sebuah hadiah kecil untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuan dirinya. Peneliti mulai memperkenalkan tentang bagaimana tubuh dapat terasa tegang dan kaku. Peneliti mengajak subjek untuk berpura-pura menegangkan tubuh seperti robot. Peneliti lalu mengajak subjek untuk melemaskan tubuh seperti boneka dari kain. Selanjutnya subjek diajak untuk membedakan antara saat ia menjadi robot dan boneka kain. Subjek disini mengatakan bahwa ia lebih suka saat menjadi boneka kain karena tubuhnya terasa lemas dan santai, sedangkan saat menjadi robot tubuhnya terasa tegang. Kemudian, peneliti memperlihatkan gambar otot-otot yang ada dalam tubuh manusia sambil mengajak subjek untuk menegangkan bagian otot yang ada dalam gambar. Peneliti mulai mengajarkan teknik relaksasi menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya seperti ibaratnya meniup balon. Peneliti disini juga memperlihatkan video agar subjek lebih mudah memahaminya. Subjek terlihat antusias dan mencoba melakukan prosedur ini beberapa kali. Prosedur selanjutnya adalah melakukan progressive muscle relaxation. Peneliti meminta subjek untuk menutup mata dan mendengarkan petunjuk dari terapis. Peneliti mengajak subjek berpura-pura sedang memegang jeruk di tangan sebelah kanan, dan menginstruksikan subjek untuk memerasnya dengan kuat. Lalu subjek diminta untuk melepasnya cepat-cepat dan merasakan perbedaannya. Prosedur ini dilakukan juga pada bagian otot lainnya. Subjek terlihat antusias dan memahami prosedur relaksasi ini. Peneliti menutup pertemuan dengan memberikan tugas dan meminta subjek untuk melakukan latihan relaksasi di rumah dan melaporkan bagaimana prosesnya. E = EXPECTING BAD THINGS TO HAPPEN? Sesi 4: mengenali dan memodifikasi anxious self talk Tujuan: 1. Memahami fungsi self talk dan pengaruhnya terhadap respon yang muncul saat cemas 2. Mengidentifikasi anxious self talk isi pikiran saat cemas

3. Mengembangkan coping self talk isi pikiran yang dapat membantu mengatasi