Coping Cat adalah suatu terapi yang bertujuan untuk membangun keterampilan Rancangan intervensi

a. Variabel terikat : Social Phobia b. Variabel bebas : Coping Cat

3.3. Definisi Operasional Penelitian

a. Social Phobia adalah kecemasan yang menetap dan berlangsung terus menerus terhadap satu atau lebih situasi sosial atau muncul ketika ia harus tampil di hadapan orang yang belum dikenal dengan baik atau pada situasi ketika dirinya diamati oleh orang lain. Social Phobia pada penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala evaluasi diri yaitu The Liebowitz Anxiety Scale for Children and Adolescents LSAS-CA. Semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan tingkat social phobia semakin menurun, sebaliknya semakin tinggi skor yang diperoleh maka berarti tingkat social phobia semakin meningkat.

b. Coping Cat adalah suatu terapi yang bertujuan untuk membangun keterampilan

anak dalam mengendalikan kecemasan dengan melibatkan pendekatan perilaku dan faktor-faktor kognitif yang terkait dengan kecemasan. 3.4. Subjek penelitian dan lokasi penelitian 3.4.1. Teknik pemilihan subjek penelitian Subjek penelitian adalah anak social phobia yang sesuai dengan kriteria DSM- IV dengan manifestasi perilaku cemas dan menghindar pada satu atau beberapa situasi sosial. Anak tidak sedang menjalani terapi apapun. Jenis sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sampel tidak diambil secara acak melainkan justru dipilih mengikuti kriteria tertentu yang merupakan karakteristik subjek penelitian Hadi, 1995. Universita Sumatera Utara

3.4.2. Karakteristik subjek penelitian

Subjek penelitian ini terdiri dari dua orang anak perempuan yang duduk di kelas 3 SD. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut: - Anak berusia 8 tahun - Memiliki kemampuan intelektual yang tergolong rata-rata - Mengalami social phobia yang terlihat dari sejumlah perilaku seperti kerap menghindar pada berbagai situasi sosial di sekolah maupun di rumah dan sulit tampil di hadapan orang lain.

3.4.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan subjek penelitian. Pada subjek pertama, penelitian dilakukan di dua tempat yaitu rumah dan sekolah. Sedangkan pada subjek kedua, penelitian dilakukan di sekolah. 3.5. Alat Ukur Penelitian 3.5.1. The Liebowitz Social Anxiety Scale for Children and Adolescents Self Report LSAS-CA-SR The Liebowitz Social Anxiety Scale for Children and Adolescents Self Report LSAS-CA-SR; Warner dkk, 2003 merupakan skala untuk mengukur tingkat kecemasan dan penghindaran pada situasi sosial maupun situasi performance yand dimodifikasi dari versi LSAS orang dewasa Liebowitz, 1987 Skala ini dirancang untuk anak-anak berusia 7-18 tahun. Skala ini terdiri dari 24 aitem; 12 aitem berkaitan dengan situasi interaksi sosial dan 12 aitem lainnya berkaitan dengan situasi performance. Masing-masing aitem mengukur tingkat kecemasan dan tingkat Universita Sumatera Utara penghindaran pada skala Likert dengan skor tingkat kecemasan mulai dari 0= tidak takut sama sekali, 1= sedikit takut, 2= takut, dan 3= sangat takut. Sedangkan skor untuk tingkat penghindaran adalah 0= tidak pernah, 1= terkadang, 2= sering, dan 3= selalu. LSAS-CA-SR menghasilkan skor yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini Olivares, Garcia, Pina, 2009: Tabel 3.1. Rentang skor pada LSAS-CA-SR No Subskala Rentang Skor 1. Kecemasan pada situasi interaksi sosial LMS Nomor aitem: 1, 4, 6, 8, 9, 12, 17, 18, 19, 20, 22, 23 0-36 2. Penghindaran pada situasi interaksi sosial LES Nomor aitem: 1, 4, 6, 8, 9, 12, 17, 18, 19, 20, 22, 23 0-36 3. Kecemasan pada situasi performance LMA Nomor aitem: 2, 3, 5, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 21, 24 0-36 4. Penghindaran pada situasi performance LEA Nomor aitem: 2, 3, 5, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 21, 24 0-36 5. Total subskala kecemasan LMT Subskala LMS dan LMA 0-72 6. Total subskala penghindaran LET Subskala LES dan LEA 0-72 7. Total skor Subskala LMT dan LET 0-154 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skala ini menghasilkan 6 skor diantaranya skor kecemasan pada situasi sosial, skor penghindaran pada situasi sosial, skor kecemasan pada situasi performance, skor penghindaran pada situasi performance, skor total kecemasan dan skor total penghindaran. Total skor LSAS-CA-SR dapat diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan subskala kecemasan dan penghindaran. Skor maksimum adalah 154, semakin rendah skor yang diperoleh akan semakin baik. Universita Sumatera Utara Berikut adalah kategori skor untuk LSAS-CA-SR Raj dan Sheehan dalam Loretz, 2005: Tabel 3.2. Kategori Skor LSAS-CA-SR Kategori Rentang Skor Normal range 55 Moderate social phobia 65-80 Severe social phobia 80-95 Very severe social phobia 95

3.5.2. The Subjective Units of Distress Scale SUDS

The Subjective Units of Distress Scale SUDS; Wolpe, dalam Kendall dkk, 2005 digunakan untuk menelaah indikasi dari tingkat kecemasan subjek yang dirasakannya saat itu melalui self judgement subjek yang bersangkutan. Pada penelitian ini, SUDS terdiri dari 9 poin jawaban yang merupakan skala Likert, dimulai dari 0 tidak merasa cemas hingga 8 sangat cemas untuk lebih memudahkan subjek penelitian yang masih anak-anak untuk mengisinya. Berikut adalah kategori rentang skala SUDS yang digunakan: Tabel 3.3. Kategori Skor SUDS Kategori Rentang Skor Tidak merasa cemas Sedikit cemas 1-3 Cukup cemas 4-5 Cemas 6-7 Sangat cemas 8 3.6. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.6.1. The Liebowitz Social Anxiety Scale for Children and Adolescents Self Report LSAS-CA-SR LSAS-CA-SR memiliki konsistensi internal reliabilitas alpha sebesar 0.83-0.97 serta test-retest reliabilitas sebesar 0.89-0.94. Selain itu skala ini juga memiliki validitas Universita Sumatera Utara convergent yang baik karena hasil pengukuran dari skala ini dilaporkan juga berhubungan dengan hasil pengukuran dari skala social phobia lainnya Warner, dkk 2003. Pada penelitian ini LSAS-CA-SR yang digunakan diadaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Peneliti melakukan expert judgement pada alat ukur dengan meminta pendapat ahli psikologi dari Universitas Sumatera Utara yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

3.6.2. The Subjective Units of Distress Scale SUDS

SUDS telah terbukti memiliki validitas concurrent dengan indicator-indikator fisiologis kecemasan lainnya seperti denyut jantung r=.39;p0.05 Thyer, Paspdorf, Davis Vallecorsa dalam Devilly, Spence, Rapee, 1998. Lebih lanjut dikatakan bahwa SUDS memiliki validitas tampang dan mudah dipahami serta diadministrasikan Cone, 2008.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Selain menggunakan alat ukur diatas, peneliti juga menggunakan metode- metode pengumpulan data sebagai berikut:

3.7.1. Wawancara

Banister dalam Poerwandari, 2007 mendefinisikan wawancara sebagai percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi struktur, dan dalam mengajukan pertanyaannya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Adapun pertanyaan- pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mengacu pada teori yang melandasi penelitian ini. Wawancara dilakukan terhadap orang tua, kerabat dan subjek penelitian sendiri dengan tujuan untuk mengetahui gambaran social phobia yang dialami oleh Universita Sumatera Utara subjek. Selain itu, wawancara dilakukan selama pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang gambaran tingkat social phobia subjek sebelum dan sesudah mengikuti program terapi.

3.7.2. Observasi

Patton dalam Poerwandari, 2007 menegaskan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data yang esensial dalam sebuah penelitian. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut, dan makna kejadian dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Pada penelitian ini, tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk melakukan observasi adalah rumah, pusat perbelanjaan, dan sekolah. Tujuannya yaitu untuk mengetahui situasi apa yang ditakuti oleh subjek dan perilaku seperti apa yang ditampilkan oleh subjek saat cemas. Pada saat melakukan observasi, penulis hanya mengamati dan tidak ikut berperan serta dalam kegiatan yang berlangsung. 3.7.3. Tes Psikologi 3.7.3.1. Tes Inteligensi Pada penelitian ini, subjek penelitian harus memiliki kapasitas intelektual minimal rata-rata anak seusianya untuk bisa mengikuti proses terapi kognitif melalui program Coping Cat yang dikembangkan oleh Kendall. Oleh karena itu, peneliti terlebih dahulu memberikan tes inteligensi yang bertujuan untuk mengetahui kapasitas intelektual subjek. Adapun tes inteligensi yang diberikan adalah dengan menggunakan WISC-R Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised. Universita Sumatera Utara

3.8. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

3.8.1. Tahap persiapan penelitian

Peneliti melakukan sejumlah persiapan untuk melangsungkan penelitian mengenai program intervensi pada anak dengan social phobia. Pertama, peneliti melakukan studi literatur dengan mencari, mengumpulkan, membaca teori dan hasil penelitian tentang social phobia pada anak. Berdasarkan teori, hasil penelitian dan informasi yang didapat maka peneliti memutuskan untuk melakukan intervensi dengan program Coping Cat Kendall pada anak dengan social phobia. Selanjutnya peneliti mencari alat ukur yang dapat digunakan dan mencari subjek penelitian. Seleksi subjek dilakukan peneliti dengan cara mendatangi beberapa sekolah dasar di kota Medan. Peneliti selanjutnya meminta referensi dari guru di sekolah yang bersangkutan untuk memilihkan anak yang duduk di kelas 3-6 SD dan berusia minimal 8 tahun yang tergolong anak yang pemalu dan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi di sekolah serta menunjukkan beberapa gejala social phobia. Peneliti kemudian meminta persetujuan dari wali kelas dan orang tua subjek untuk melakukan observasi dan meminta kesediaan subjek untuk menjadi klien dalam penelitian ini.

3.8.2. Tahap pelaksanaan penelitian

Program ini direncanakan akan dilakukan dalam 13 kali pertemuan. Sebelum intervensi dilakukan, peneliti mengumpulkan data selengkap-lengkapnya mengenai subjek penelitian melalui wawancara dan observasi. Peneliti melakukan tes inteligensi terlebih dahulu untuk memperoleh skor IQ subjek. Selain itu peneliti juga melakukan analisa fungsional untuk melihat pola kognitif, emosi dan perilaku subjek yang terkait dengan social phobia. Hasil dari analisa fungsional penting untuk dijadikan dasar Universita Sumatera Utara perancangan program terapi Martin dan Pear, 2005. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti selanjutnya melakukan analisa fungsional dengan menggunakan model S-O-R- C stimulus-organism-response-consequences yang dikemukakan oleh Goldfried dan Sprafkin dalam Mash dan Barkley, 2009. Gambar 3.1. Diagram analisa S-O-R-C Keterangan: S eliciting stimulus : Peristiwa yang terjadi sebelum individu menunjukkan perilaku tertentu. O organism : Individu dengan aspek kognisi C dan emosi E di dalamnya. R Response : Perilaku yang dimunculkan oleh individu atau organism, baik perilaku yang tampak overt behavior maupun tidak tampak covert behavior C Consequences : Apa yang terjadi secara langsung pada individu, orang lain, dan lingkungan fisik sebagai suatu hasil dari perilaku tersebut. Saat consequence positif, maka individu akan cenderung mengulangi perilaku yang sama. Sedangkan saat consequence negatif, maka individu cenderung mengurangi perilaku tersebut di kemudian hari. Consequence dapat S Stimulus: Event O Organism: Cognitive C dan Emotion E R Response: Behavior Overt dan Covert CConsequence: Positive dan negative Universita Sumatera Utara berasal dari dalam diri individu internal maupun dari luar diri eksternal. Intervensi yang akan dilakukan pada penelitian ini berdasarkan program Coping Cat yang dikembangkan oleh Kendall 2006. Intervensi tersebut dimodifikasi agar lebih sesuai untuk diterapkan pada anak dengan social phobia di Indonesia. Sebelum intervensi dimulai pada anak, terlebih dahulu dilakukan 1 sesi khusus untuk orang tua. Selanjutnya barulah dilakukan sesi intervensi pada anak dengan durasi 1 jam dan berlangsung dalam 12 kali pertemuan dengan jarak antar sesi antara satu sampai dua hari. Namun waktu ini disesuaikan dengan kesediaan subjek yang bersangkutan. Berikut adalah jadwal pelaksanaan intervensi pada masing-masing subjek penelitian: Tabel 3.4. Jadwal pelaksanaan intervensi pada subjek 1 HariTanggal Lama sesi Tempat Tujuan Sesi PSIKOEDUKASI PADA ORANG TUA Senin27 Mei 2013 60 menit Rumah Psikoedukasi kepada orang tua dan majikan subjek PENGENALAN PROGRAM Rabu 29 Mei 2013 60 menit Rumah Membina rapport dan memberikan gambaran singkat mengenai program terapi TAHAP SKILLS TRAINING FEAR F = FEELING FRIGHTENED? Kamis30 Mei 2013 60 menit Rumah Mengenali perasaan cemas Jumat31 Mei 2013 60 menit Rumah Mengenali respon somatis saat cemas Senin3 Juni 2013 60 menit Rumah Latihan relaksasi E = EXPECTING BAD THINGS TO HAPPEN? Rabu5 Juni 2013 60 menit Rumah Mengenali dan memodifikasi anxious self talk A = ATTITUDES AND ACTIONS THAT CAN HELP Jumat7 Juni 2013 60 menit Rumah Mengembangkan keterampilan problem solving R = RESULTS AND REWARDS Senin10 Juni 2013 60 menit Rumah Memperkenalkan konsep self rating dan self reward Universita Sumatera Utara TAHAP SKILLS PRACTICE Rabu12 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi terendah dari fear ladder Kamis13 Juni2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi kedua dari fear ladder Jumat14 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi ketiga dari fear ladder Sabtu15 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi keempat dari fear ladder Senin17 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi kelima dari fear ladder Selasa18 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi tertinggi dari fear ladder Tabel 3.5. Jadwal pelaksanaan intervensi pada subjek 2 HariTanggal Lama sesi Tempat Tujuan Sesi PSIKOEDUKASI PADA ORANG TUA DAN GURU Rabu29 Mei 2013 60 menit Sekolah Psikoedukasi kepada orang tua dan majikan subjek PENGENALAN PROGRAM Kamis 30 Mei 2013 60 menit Sekolah Membina rapport dan memberikan gambaran singkat mengenai program terapi TAHAP SKILLS TRAINING FEAR F = FEELING FRIGHTENED? Sabtu1 Juni 2013 60 menit Sekolah Mengenali perasaan cemas Selasa4 Juni 2013 60 menit Sekolah Mengenali respon somatis saat cemas Kamis6 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan relaksasi E = EXPECTING BAD THINGS TO HAPPEN? Sabtu8 Juni 2013 60 menit Sekolah Mengenali dan memodifikasi anxious self talk Universita Sumatera Utara A = ATTITUDES AND ACTIONS THAT CAN HELP Selasa11 Juni 2013 60 menit Sekolah Mengembangkan keterampilan problem solving R = RESULTS AND REWARDS Kamis13 Juni 2013 60 menit Sekolah Memperkenalkan konsep self rating dan self reward TAHAP SKILLS PRACTICE Sabtu15 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi terendah dari fear ladder Senin17 Juni2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi kedua dari fear ladder Selasa18 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi ketiga dari fear ladder Rabu19 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi keempat dari fear ladder Kamis20 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi kelima dari fear ladder Jumat21 Juni 2013 60 menit Sekolah Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi tertinggi dari fear ladder

3.8.3. Tahap Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melihat ada atau tidaknya perubahan pada tingkat social phobia yang dialami oleh masing-masing subjek penelitian. Perubahan tersebut dapat diketahui melalui evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif dilihat dari perbedaan nilai subjek penelitian pada The Liebowitz Social Anxiety Scale for Children and Adolescents LSAS-CA saat pre-test dan post-test. Sebagai hasil tambahan dilakukan juga evaluasi terhadap perubahan tingkat kecemasan yang dipersepsi subjek pada The Subjective Unit of Distress Scale Universita Sumatera Utara SUDS yang diperoleh mulai dari saat pra intervensi, sesi intervensi dan paska intervensi. Apabila terjadi penurunan skor pada LSAS-CA dan rentang skala SUDS maka dapat dikatakan terjadi penurunan pada tingkat social phobia subjek. Selain itu dilakukan juga evaluasi hasil wawancara dan observasi kepada subjek penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik dan perilaku subjek antara sebelum dan setelah intervensi dilakukan.

3.9. Rancangan intervensi

Pada bagian ini, peneliti menguraikan gambaran kegiatan yang dilaksanakan pada seluruh sesi intervensi detil uraian tersedia pada lampiran. Tabel 3.6. Kegiatan pada sesi program intervensi Coping Cat Kendall PSIKOEDUKASI DENGAN ORANG TUA a. Memberikan penjelasan mengenai kecemasan dan mekanismenya. b. Memberikan penjelasan tentang perbedaan kecemasan dengan gangguan kecemasan. c. Memberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk gangguan kecemasan, yaitu salah satunya social phobia. d. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya gejala social phobia pada anak. e. Menjelaskan peran orang tua untuk membantu anak mengatasi ketakutannya. f. Menjelaskan tentang program terapi yang akan dijalankan. PENGENALAN PROGRAM a. Mengawali percakapan dengan topik yang ringan dan aktivitas yang menyenangkan. b. Melakukan permainan personal facts agar lebih mengenal satu sama lain c. Memperkenalkan konsep perasaan dan pikiran d. Menjelaskan program yang akan dijalani kepada subjek secara singkat e. Memberikan homework assignment pertama yang ringan dan menjelaskan bahwa subjek akan memperoleh stiker setiap kali menyelesaikan homework assingmentnya dengan baik. Stiker kemudian dapat dikumpulkan untuk ditukar dengan hadiah pada waktu yang ditentukan. f. Menetapkan daftar hadiah SKILLS TRAINING FEAR F = FEELING FRIGHTENED? Sesi 1: mengenali perasaan cemas a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Membuat daftar berbagai bentuk perasaan dan menggunakan gambar wajah yang menunjukkan berbagai ekspresi. c. Bermain feeling charades yaitu role play tentang berbagai bentuk ekspresi emosi dan saling menebak ekspresi yang ditampilkan d. Membahas mengenai kecemasan yang dirasakan subjek, pada saat kapan kecemasan Universita Sumatera Utara itu muncul, reaksi subjek saat cemas, dan respon terhadap situasi tersebut. e. Menggunakan Feelings Thermometer yang dapat membantu menentukan situasi mana yang dapat lebih memicu kecemasan subjek. f. Menyusun hirarki situasi pemicu kecemasan subjek g. Memberikan homework assignment Sesi 2: mengenali respon somatis saat cemas a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker. b. Memperkenalkan berbagai respon somatis c. Latihan mengenali respon somatis melalui pada situasi yang ditakuti oleh anak d. Memperkenalkan anak pada strategi mengendalikan kecemasan yang pertama, yaitu F Feeling frightened? e. Memberikan homework assignment Sesi 3: latihan relaksasi a. Meninjau homework assignment dan memberikan reward berbentuk stiker b. Melakukan penukaran stiker dengan hadiah c. Subjek diminta untuk membayangkan situasi pemicu kecemasan dan fokus pada bagian tubuhnya yang terasa tegang. d. Melakukan latihan relaksasi dengan prosedur deep breathing dan progressive muscle relaxation. e. Terapis menjadi mencontohkan prosedur relaksasi kemudian ajak anak untuk berpartisipasi. f. Memberikan homework assignment E = EXPECTING BAD THINGS TO HAPPEN? Sesi 4: Mengenali dan memodifikasi “anxious self talk” a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Memperkenalkan konsep self talk isi pikiran c. Membuat self talk pada situasi pemicu kecemasan subjek d. Memperkenalkan perbedaan antara anxious self talk dengan coping self talk e. Memperkenalkan strategi FEAR yang kedua, yaitu E Expecting bad things to happen? f. Latihan membuat coping self talk g. Memberikan homework assignment A = ATTITUDES AND ACTIONS THAT CAN HELP Sesi 5: Mengembangkan keterampilan problem solving a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Memperkenalkan strategi FEAR yang ketiga, yaitu A Attitudes and actions that can help c. Memperkenalkan konsep problem solving dan tahap-tahapnya d. Latihan membuat tahapan problem solving e. Memberikan homework assignment R = RESULTS AND REWARDS Sesi 6: Memperkenalkan konsep self rating dan self reward a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Menukar stiker dengan hadiah c. Menjelaskan konsep self rating dan self reward d. Menetapkan daftar reward yang mungkin diperoleh subjek e. Latihan melakukan self rating dan self reward f. Meninjau keseluruhan strategi FEAR g. Membahas situasi berdasarkan fear ladder yang akan dipraktikkan pada tahap selanjutnya Universita Sumatera Utara h. Memberikan homework assignment SKILLS PRACTICE Sesi 7: Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi terendah dari fear ladder a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Latihan imaginal exposure c. Latihan in vivo exposure d. Membahas situasi berdasarkan fear ladder yang akan dipraktikkan pada pertemuan selanjutnya e. Memberikan homework assignment Sesi 8: Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi kedua dari fear ladder a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Latihan imaginal exposure c. Latihan in vivo exposure d. Membahas situasi berdasarkan fear ladder yang akan dipraktikkan pada pertemuan selanjutnya e. Memberikan homework assignment Sesi 9: Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi ketiga dari fear ladder a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Latihan imaginal exposure c. Latihan in vivo exposure d. Membahas situasi berdasarkan fear ladder yang akan dipraktikkan pada pertemuan selanjutnya e. Memberikan homework assignment Sesi 10: Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi keempat dari fear ladder a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Latihan imaginal exposure c. Latihan in vivo exposure d. Membahas situasi berdasarkan fear ladder yang akan dipraktikkan pada pertemuan selanjutnya e. Memberikan homework assignment Sesi 11: Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi kelima dari fear ladder a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Latihan imaginal exposure c. Latihan in vivo exposure d. Membahas situasi berdasarkan fear ladder yang akan dipraktikkan pada pertemuan selanjutnya e. Memberikan homework assignment Sesi 12: Latihan menerapkan strategi FEAR pada situasi yang berada di posisi tertinggi dari fear ladder a. Meninjau homework assignment dan memberikan stiker b. Menukar stiker dengan hadiah c. Latihan imaginal exposure d. Latihan in vivo exposure e. Merangkum keseluruhan proses yang telah dijalani dan mengakhiri terapi Universita Sumatera Utara

3.10. Kriteria Keberhasilan Program Intervensi