a. Psikoedukasi
Pada tahap ini terapis bertugas untuk memberikan informasi selengkap- lengkapnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kecemasan.
Mulai dari aspek biologis, perilaku dan psikologis dari kecemasan, sifat natural kecemasan, faktor-faktor penyebabnya, serta teknik terapi yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya. Terapis juga dapat memperbaiki apabila orang tua memiliki pemahaman yang keliru mengenai kecemasan dan konsep terapi.
b. Skills trainingcoping skills
Pada tahap ini terapis mengajarkan konsep-konsep penting dalam mengendalikan kecemasan yang disingkat dengan FEAR sebagai berikut:
- F: Feeling frightened?
Terapis menyampaikan bahwa langkah pertama untuk mengendalikan kecemasan adalah mengenali perasaan cemas dan membedakannya dari emosi
lainnya. Anak diajarkan untuk mengenali ekspresi wajah, postur dan sinyal- sinyal fisiologis yang berhubungan dengan emosi yang berbeda-beda. Konsep
kecemasan ini diperkenalkan pada anak secara abstrak dan tidak langsung mengacu pada pengalaman anak .Terdapat banyak aktivitas yang dapat
dilakukan, misalnya bersama-sama menggunting gambar orang di majalah yang memperlihatkan emosi yang berbeda-beda. Pada gilirannya, anak akan belajar
untuk mengidentifikasi
ekspresi fisiologisnya
sendiri dengan
cara membayangkan saat dalam kondisi cemas dan membuat gambar dirinya saat
mengalami kecemasan. Pada saat anak mulai dapat mengenali reaksi fisiknya saat mengalami
kecemasan, anak mulai dapat diajarkan untuk menjadikan reaksi tersebut sebagai
Universita Sumatera Utara
isyarat untuk melakukan relaksasi. Pada umumnya, anak dapat diajarkan untuk menarik nafas dalam-dalam segera setelah menyadari bahwa dirinya sedang
merasa cemas. Anak kemudian belajar prosedur relaksasi secara bertahap yang pertama-tama difokuskan pada otot-otot utama yang berhubungan dengan
perasaan cemas. Terapis mencontohkan pada anak bagaimana caranya menggunakan prosedur relaksasi secara tepat. Cara lainnya yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan cerita khususnya untuk anak yang usianya lebih muda. Terapis juga dapat memberikan rekaman prosedur relaksasi yang bisa
dibawa oleh anak untuk dilatih di rumah. Terapis menekankan pada anak bahwa prosedur relaksasi tersebut dapat dilakukan dengan tepat jika anak sering
berlatih menggunakannya.
- E: Expecting bad things to happen?
Terapis mengajarkan anak untuk mengenali pikiran-pikiran cemas. Konsep penting yang diajarkan pada tahap ini adalah mengenai “self talk” yaitu hal-hal
yang terlintas dalam benak atau pikiran anak saat merasakan cemas. Self talk dapat berupa harapan anak akan dirinya sendiri, atau pemikirannya mengenai
orang lain atau situasi tertentu. Pada anak-anak yang cemas, self talk sering kali berupa penilaian yang negatif terhadap diri sendiri, menetapkan standar yang
terlalu tinggi, khawatir akan penilaian orang lain, takut akan gagal dan tidak mampu mengatasi masalah.
Tahap ini kelihatannya agak sedikit sulit untuk dilakukan, namun terdapat berbagai cara yang akan memudahkan terapis untuk mengajarkan anak
mengenai konsep self talk. Terapis dapat menggunakan gambar-gambar kartun dengan gelembung yang akan diisi dengan hal-hal yang ada dalam pikiran tokoh
Universita Sumatera Utara
dalam kartun tersebut. Pada saat anak mulai terlihat nyaman, terapis dapat mulai mengarahkan anak pada situasi yang memicu kecemasannya. Segera setelah
anak dapat mengenali pikiran cemasnya sendiri, maka terapis membantu anak untuk membentuk pikiran-pikiran yang dapat menanggulangi kecemasan anak.
Terapis menantang pikiran-pikiran negatif yang terdapat dalam diri anak melalui proses uji hipotesis. Tujuan proses ini adalah agar anak dapat menciptakan
proses informasi alternatif untuk menanggulangi kecemasannya. Pemberian tugas, permainan peran, dan tugas exposure dapat diberikan untuk membantu
anak membentuk pikiran-pikiran alternatif tersebut.
- A: Attitude and actions that can help
Pada tahap ini fokusnya adalah problem solving atau penyelesaian masalah, terapis membantu anak membuat berbagai solusi alternatif dan kemudian
memilih solusi yang paling tepat untuk dilakukan saat mengalami kecemasan. Konsep problem solving dapat dikenalkan dengan cara membahas situasi-situasi
yang tidak terlalu mengancam bagi anak. Terapis dapat mencontohkan situasi- situasi tertentu dan membantu anak membuat beberapa solusi dan memilih
solusi yang sesuai. Pada saat anak mulai terlihat nyaman, barulah terapis dapat mengarahkan anak pada situasi yang memicu kecemasannya. Berbagai solusi
dapat dilakukan misalnya dengan membuat daftar teman dekat atau keluarga yang memberikan dukungan, mengamati cara orang lain mengatasi masalah,
atau melatih kemampuan akademik, dan sosial. Anak yang usianya lebih muda sering kali memilih karakter kartun atau televisi
yang menjadi pahlawannya dan dapat mengatasi kesulitannya. Terapis dapat mendorong anak untuk memikirkan apa yang akan dilakukan tokoh kesukaan
Universita Sumatera Utara
anak tersebut untuk menanggulangi kecemasan. Anak juga dapat bermain peran menjadi tokoh tersebut saat berada dalam situasi cemas.
- R: Results and rewards
Tahap pengendalian kecemasan selanjutnya terapis mengajarkan anak untuk menilai usaha yang telah mereka lakukan untuk mengatasi kecemasannya dan
memberi hadiah kepada dirinya sendiri. Intinya, anak diajarkan untuk menilai diri mereka berdasarkan atas usaha yang telah mereka lakukan bukan pada hasil
yang diperoleh. Anak belajar untuk mengenali hal-hal apa yang disukai dari usaha-usaha yang telah dilakukannya atau hal-hal apa yang ingin mereka ubah.
Anak kemudian diminta untuk membuat hal-hal apa saja yang dapat dijadikan imbalan atas usahanya.
c. Skills practiceexposure task