anak tersebut untuk menanggulangi kecemasan. Anak juga dapat bermain peran menjadi tokoh tersebut saat berada dalam situasi cemas.
- R: Results and rewards
Tahap pengendalian kecemasan selanjutnya terapis mengajarkan anak untuk menilai usaha yang telah mereka lakukan untuk mengatasi kecemasannya dan
memberi hadiah kepada dirinya sendiri. Intinya, anak diajarkan untuk menilai diri mereka berdasarkan atas usaha yang telah mereka lakukan bukan pada hasil
yang diperoleh. Anak belajar untuk mengenali hal-hal apa yang disukai dari usaha-usaha yang telah dilakukannya atau hal-hal apa yang ingin mereka ubah.
Anak kemudian diminta untuk membuat hal-hal apa saja yang dapat dijadikan imbalan atas usahanya.
c. Skills practiceexposure task
Pertama-tama terapis bersama anak merencanakan sejumlah situasi yang akan dipraktikkan melalui prosedur imaginal maupun in vivo exposure. Situasi
tersebut diawali dengan tingkat kecemasan yang paling rendah kemudian meningkat secara bertahap hingga tingkat kecemasan yang paling tinggi.
Selanjutnya terapis menghadirkan situasi sosial yang ditakuti oleh anak, kemudian secara verbal menggambarkan aspek-aspek dari situasi tersebut yang
memicu kecemasan kemudian mencontohkan langkah FEAR. Anak kemudian menyusun langkah FEARnya sendiri dan mulai dilatih terlebih dahulu melalui
imaginal exposure. Setelah anak siap, barulah berlanjut kepada in vivo exposure.
Universita Sumatera Utara
2.3.Program Coping Cat Kendall pada Anak dengan Social Phobia
Beberapa anak kerap menunjukkan permasalahan perilaku dalam interaksi sehari-hari dengan lingkungan sosialnya, salah satunya adalah perilaku menghindar dan
menarik diri dari interaksi sosial yang merupakan gejala dari social phobia. Berdasarkan DSM-IV-TR 2000, social phobia merupakan ketakutan yang menetap dan
berlangsung terus menerus terhadap satu atau lebih situasi sosial atau muncul ketika ia harus tampil di hadapan orang yang belum dikenal dengan baik atau pada situasi ketika
dirinya diamati oleh orang lain. Terdapat sejumlah situasi yang menjadi sumber kecemasan bagi anak dengan social phobia, dan salah satunya adalah sekolah. Sebuah
hasil penelitian yang terdahulu menemukan bahwa 60 situasi yang mencemaskan ternyata dialami oleh anak di sekolah Strauss dan Last, dalam Morris, 2004.
Namun sayangnya, gangguan ini cenderung diabaikan dan kurang disadari baik oleh orang tua maupun guru di sekolah. Hal ini disebabkan karena anak dengan
social phobia pada umumnya tergolong anak yang pendiam, tenang dan penurut di sekolah. Padahal social phobia memiliki berbagai dampak negatif bagi anak. Anak
dengan social phobia cenderung mengalami berbagai hambatan di sekolah seperti prestasi akademis yang rendah serta tidak memiliki banyak teman. Selain itu anak
dengan social phobia juga cenderung memiliki harga diri yang rendah serta mengalami hambatan dalam kemampuan sosial Chavira, Stein; Van Ameringen dkk; Fordham dan
Stevenson dalam Hitchcock dkk, 2009. Social phobia pada anak juga menjadi faktor resiko berkembangnya gangguan psikologis lainnya di kemudian hari Wittchen, Stein
dan Kessler dalam Melfsen dkk, 2011. Melihat berbagai dampak buruk tersebut, dirasakan perlu adanya intervensi yang
tepat bagi anak dengan social phobia. Agar suatu intervensi dapat efektif harus menggunakan metode yang sesuai dengan klien dan dapat diterima oleh mereka Riley,
Universita Sumatera Utara
Wallin dan Durr, 2002. Terdapat beberapa karakteristik simptom social phobia yang dapat dilihat berdasarkan aspek kognitif, fisiologis dan perilaku. Anak dengan social
phobia menunjukkan distorsi kognitif yang berupa adanya keyakinan bahwa dirinya tidak mampu dan tidak normal sehingga selalu melakukan kesalahan dan tidak diterima
oleh orang lain. Anak yang mengalami kondisi ini sangat peka terhadap sinyal-sinyal yang menunjukkan adanya kemungkinan penilaian negatif dari orang lain. Distorsi
kognitif tersebut kemudian mengaktifkan sistem saraf autonom dan memunculkan sejumlah reaksi fisiologis yang selanjutnya menjadi penguat bagi gambaran diri yang
negatif dan perasaan tidak mampu pada anak yang akhirnya membuat anak dengan social phobia menarik diri dan menghindar dari situasi sosial Clarks dan Well dalam
Ito dkk 2008. Berdasarkan karakteristik anak dengan social phobia tersebut diatas, maka
peneliti berpendapat bahwa Coping Cat Kendall yaitu suatu terapi yang melibatkan pendekatan perilaku dan faktor-faktor kognitif yang bertujuan untuk membangun
keterampilan anak dalam mengendalikan kecemasan merupakan cara yang tepat untuk mengatasi social phobia pada anak. Diharapkan melalui program Coping Cat Kendall,
anak dengan social phobia dapat mengendalikan kecemasannya melalui keterampilan- keterampilan yang telah dipelajarinya sehingga tidak lagi menghindar terhadap situasi
sosial yang dihadapinya sehari-hari. Secara singkat, dinamika landasan teori tersebut dapat digambarkan dalam
skema berikut ini:
Universita Sumatera Utara
Gambar 2.1. Skema kerangka berpikir program Coping Cat Kendall pada anak dengan Social Phobia
Distorsi kognitif: Merasa diri tidak
mampu, selalu melakukan
kesalahan, dan akan mendapat
penilaian negatif dari orang lain.
Fisiologis: Jantung
berdebar kencang, otot
tegang, gemetaran,
keringat dingin, wajah
memerah Perilaku:
Avoidance behavior,
escape behavior,
safety behavior
Program intervensi Coping Cat Kendall
Social Phobia
F : Feeling Frightened?
Mengenali perasaan cemas
dan reaksi fisik saat cemas
E : Expecting bad things to
happen? Mengenali dan
memodifikasi anxious self
talk A : Attitudes
and actions that can help
Mengembang kan
keterampilan problem
solving R : Results
and rewards Self rating
dan self reward
Universita Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimental before-after study atau yang disebut juga dengan desain pre-testpost-test Kumar, 1999. Desain ini
dapat mengukur suatu perubahan pada suatu situasi, fenomena, isu, masalah, atau sikap dan merupakan desain yang sesuai untuk menelaah efektivitas dari suatu program.
Penelitian ini menggunakan desain tersebut karena bertujuan untuk mengetahui efektivitas Coping Cat Kendall pada anak dengan social phobia. Maka, peneliti
melakukan pengukuran di awal sebelum intervensi dilakukan pre-testpra intervensi dan pengukuran lainnya pada saat setelah intervensi post-testpaska intervensi. Pada
penelitian ini pengukuran dilakukan untuk mengetahui tingkat social phobia pada anak. Kedua pengukuran tersebut pre-test dan post-test akan dibandingkan untuk melihat
adanya pengaruh dari intervensi yang dilakukan terhadap tingkat social phobia pada anak.
3.2. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbul dan berubahnya variabel
terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang mengalami perubahan akibat adanya variabel bebas. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2009.
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
Universita Sumatera Utara