situasi tersebut namun kemudian berusaha untuk keluar dari situasi tersebut lebih awal.
- Safety behaviorpartial avoidance Apabila avoidance dan escape behavior tidak mungkin dilakukan, maka
individu dengan social phobia biasanya melakukan safety behaviorpartial avoidance yang digunakan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan
seperti misalnya menghindari kontak mata, berbicara dengan cepat, berbicara dengan suara pelan, atau duduk di kursi bagian belakang.
c. Aspek fisiologis Individu dengan social phobia mengalami sejumlah reaksi somatis saat
dihadapkan pada situasi sosial yang ditakutinya. Reaksi ini muncul akibat meningkatnya aktifitas sistem saraf otonom, adapun diantaranya adalah jantung
berdebar kencang, wajah memerah, keringat, gemetaran, otot tegang, serta perut terasa tidak enak.
2.1.5. Faktor Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya social phobia yaitu interaksi antara faktor kerentanan psikologis dan biologis, peristiwa traumatis atau
tekanan hidup, serta adanya siklus yang berulang dari pikiran negatif, perasaan dan perilaku menghindar yang menyebabkan kecemasan bertahan Barlow dalam Kashdan
dan Herbert, 2001.
a. Kerentanan Genetik
Beberapa hasil penelitian membuktikan peran faktor genetik terhadap social phobia. Salah satunya adalah sebuah penelitian yang dilakukan terhadap saudara
Universita Sumatera Utara
kembar, berdasarkan hasil ditemukan kecocokan sebesar 24.4 untuk kembar monozigot perempuan dan 15.3 untuk kembar monozigot laki-laki Kendler dkk
dalam Kashdan dan Herbert, 2001. Penelitian lainnya dilakukan untuk mengetahui faktor resiko social phobia dalam sebuah keluarga dengan cara membandingkan antara
individu yang memiliki kerabat pasien social phobia dengan individu yang tidak memiliki kerabat pasien social phobia. Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya
peningkatan rata-rata social phobia pada individu yang memiliki kerabat pasien social phobia Fyer dkk; Mannuza dkk; Reich dan Yates; Stein dkk dalam Kashdan dan
Herbert, 2001. Meskipun demikian, ternyata banyak juga individu yang memiliki kerabat pasien social phobia dan saudara kembar dari pasien social phobia tidak
mengalami gangguan ini. Dengan demikian faktor lain mungkin turut berperan dalam terjadinya social phobia. Dilaporkan juga dari hasil pencitraan otak dan teknik
genotyping bahwa serotonin pengangkut protein dan kepadatan reseptor dopamine berpengaruh pada patogenesis social phobia dan generalized anxiety disorder Schmidt
dkk; Tiihonen dalam Kashdan dan Herbert, 2001.
b. Temperamen
Behavioral Inhibition
Beberapa studi menemukan bahwa tipe temperamen dengan karakteristik pemalu, cenderung menahan diri dan menghindar merupakan faktor resiko bagi
berkembangnya social phobia di kemudian hari Stemberger dkk, Turner dkk dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Meskipun usia munculnya social phobia rata-rata 15
tahun, namun karakteristik pemalu sudah muncul sejak usia 21 bulan Kagan dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Kagan menggunakan istilah behavioral inhibition BI
untuk menggambarkan kecenderungan bada bayi dan anak-anak untuk menarik diri dari situasi, orang maupun objek yang baru baginya. Anak dengan temperamen ini semasa
Universita Sumatera Utara
bayinya digambarkan sebagai bayi yang mudah terganggu dan kurang tidur, mudah cemas di masa balita, dan menarik diri sejak masa anak-anak hingga dewasa Kagan
dkk dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Fakta menyebutkan adanya hubungan antara BI dengan berkembangnya gangguan kecemasan Biederman dalam Kashdan dan
Heirbert, 2001. Hayward dkk dalam Kashdan dan Heirbert, 2001 meneliti 2.242 mahasiswa dalam kurun waktu 4 tahun, dan ia menemukan bahwa mahasiswa dengan
riwayat BI di masa kanak-kanaknya beresiko empat kali lebih besar dibandingkan mahasiswa lainnya untuk mengalami social phobia.
BI juga dikatakan berhubungan dengan tingginya negative affect NA dan rendahnya positive affect PA yang merupakan ciri dari individu dengan social phobia
Brown dkk; Watson dkk dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Anak dengan temperamen ini memiliki ambang batas reaksi fisiologis yang rendah, NA yang tinggi
dikarakteristikkan menunjukkan reaksi fisiologis yang berlebihan, mudah takut terhadap situasi maupun orang yang baru baginya. PA yang rendah bersumber dari
kecenderungan menghindari situasi maupun orang baru. Sesuatu hal yang baru dikatakan tidak hanya menimbulkan kecemasan dan penolakan, akan tetapi juga dapat
memunculkan emosi positif seperti minat, ketertarikan dan kesenangan Izard dan Hyson; Spielberger dan Starr dalam Kashdan dan Heirbert, 2001. Anak dengan
temperamen BI cenderung mudah curiga dan sangat berhati-hati sehingga saat menghadapi situasi yang baru mereka kurang bereksplorasi dengan lingkungan. Namun
demikian tidak semua anak dengan temperamen BI akan mengalami social phobia. Schwartz dalam Kashdan dan Heirbert, 2001 dalam penelitiannya menemukan hanya
34 remaja yang semasa anak-anaknya tergolong dalam temperamen BI yang menunjukkan simptom social phobia pada usia 13 tahun. Hal ini berarti terdapat faktor
Universita Sumatera Utara
lainnya yang dapat mempengaruhi berkembangnya social phobia termasuk diantaranya pengalaman hidup Stein dalam Kashdan dan Heirbert, 2001.
c. Pengalaman dari lingkungan