dan berdasarkan data pengukuran seismisitas, thermal, deformasi, densitas batuan, gas PVMBG, 2007
2.3.1 Klasifikasi Gunung Api Di Indonesia
Berdasarkan tipenya, gunung api dapat dibedakan menjadi PVMBG,
2007:
1. Tipe A : gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang- kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
2. Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan
solfatara. 3. Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,
namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatarafumarola pada tingkah lemah.
2.3.2 Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunung Berapi menurut PVMBG
Menurut PVMBG ada prosedur tetap yang harus dilaksanakan dalam mengantisipasi kegiatan gunung api, sebagai berikut:
1. Aktif Normal Level I Keadaan aman, penduduk melakukan kegiatan dengan tenang. Tidak ada
gejala aktivitas tekanan magma. Tindakan yang dilakukan adalah pengamatan rutin, survey dan penyelidikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Waspada Level II Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau
hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya. Terdapat kenaikan level aktivitas di atas normal dan sedikit perubahan aktivitas yang
diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. Tindakan yang dilakukan adalah penyuluhan sosialisasi, penilaian resiko, pengecekan sarana
dan pelaksanaan piket terbatas. 3. Siaga Level III
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visualpemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis,
perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. Tindakan yang dilakukan adalah sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian
dan piket penuh. 4. Awas Level IV
Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abuasap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
Menandakan gunung api yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana. Tindakan yang dilakukan adalah
merekomendasikan wilayah yang terancam untuk dikosongkan. Koordinasi dilakukan harian, dengan piket penuh.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Landasan Teori