sakit habis dan Dinas Kesehatan melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi Sumatera Utara jika kebutuhan atau persediaan obat di Dinas Kesehatan telah
menipis.
5.6 Faktor yang Menghambat dan Mendukung Koordinasi
Yang mendukung kegiatan kordinasi dalam penanggulangan bencana khususnya bidang kesehatan adalah rasa persaudaraan yang tinggi. Bagi Satgas di
Dinas Kesehatan semua pengungsi adalah saudara yang semarga atau senina sehingga merupakan bagian dari diri mereka sendiri. Untuk itu mereka akan melakukan daya
upaya untuk membantu pengungsi. Hal ini terbukti dengan langsung didirikannya posko kesehatan di titik pengungsian meskipun tidak ada dana di awal bencana
karena bencana belumlah menjadi bagian dalam perencanaan APBD Daerah Karo. Selain itu, faktor budaya juga memberikan pengaruh yang signifikan. Konsep
aron dalam budaya Karo yang berarti gotong royong menimbulkan rasa persaudaraan yang tinggi pada pelaksana kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Karo.
Hal itu terlihat dari usaha Dinas Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan mereka yang terbatas dalam mencari tahu dan berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan
Propinsi dan Kementerian Kesehatan mengenai penanggulangan bencana. Semua tenaga kesehatan juga mau berperan dalam posko kesehatan, bahkan dari hasil
observasi petugas kesehatan yang sedang mengungsi juga turut berperan dalam pelayanan kesehatan di pengungsian.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa budaya menjadi salah satu hal yang berperan dalam meningkatkan kesadaran dalam menolong sesama yang
menjadi korban erupsi Gunung Sinabung. Dari hasil wawancara dengan salah seorang pengungsi juga diketahui bahwa istri pendeta atau yang disebut dengan Naura
mempunyai peranan penting terhadap jemaatnya, ini dibuktikan dengan kepedulian Naura tersebut dalam penyediaan dan pengaturan makanan tambahan bagi bayi dan
balita serta ibu hamil yang ada di pengungsian. Ke depannya, budaya sebaiknya digali lebih dalam pengambilan kebijakan penanggulangan bencana sehingga dapat
membantu mengurangi faktor resiko dalam bencana. Keterlibatan budaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga dapat merumuskan kebijakan yang
tepat dalam penanggulangan risiko bencana karena persepsi publik ternyata turut mempengaruhi detail keseluruhan dari desain kebijakan publik tentang bencana Jati,
2013. Yang menghambat adalah kurang komunikasi antar instansi, SKPD, dan
lembaga lain yang turut serta dalam penanggulangan bencana. Banyak pihak yang masih bekerja secara sendiri-sendiri dengan tujuan menyelesaikan tupoksi masing-
masing. Mereka menganggap bahwa dengan menyelesaikan tupoksi masing-masing mereka telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik tanpa harus melakukan
koordinasi dengan pihak atau instansi lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan