3.6 Teknik Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik Triangulasi.
Metode yang digunakan dalam triangulasi ini antara lain : a.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara b.
Membandingkan persepsi dan perilaku seseorang dengan orang lain c.
Membandingkan data dokumentasi dengan wawancara d.
Melakukan perbandingan dengan teman sejawat e.
Membandingkan hasil temuan dengan teori f.
Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara dalam bentuk
diskusi dengan pembimbing, penguji, dan teman sejawat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Demografi
4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Karo
Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan Ibukota Kabanjahe. Ibukota Kabanjahe berjarak 76 km dari pusat kota
Medan dan 10 km dari kota Brastagi yang berhawa sejuk dan memiliki dua gunung api yang masih aktif, yakni Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Secara geografis
Kabupaten Karo terletak pada koordinat 2 50’–3
19’Lintang Utara dan 97 55’-98
Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang
38’ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir
Sebelah Barat : Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun.
Kabupaten Karo secara geografis terletak pada jajaran bukit barisan dan sebagian besar merupakan dataran tinggi dan ada dua gunung berapi aktif terletak di
wilayah ini yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Menurut data BPS Karo tahun 2009, wilayah Kabupaten Karo berada 120-1420 di atas permukaan laut.
Kabupaten Karo mempunyai wilayah seluas 2.127,25 Km
2
atau 2,97 dari luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo memiliki dua musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar 16,4 C-23,9
C dengan
38
Universitas Sumatera Utara
kelembapan udara tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 tersebar antara 61,8 sampai dengan 87,8 Profil Kesehatan Dinkes Karo, 2012. Gunung Sinabung saat ini
sedang mendapat perhatian khusus karena statusnya yang sudah pernah berada pada level Awas Januari 2014 dan turun menjadi Siaga 8 April 2014.
4.1.2 Demografi
Penduduk Kabupaten Karo sangatlah heterogen karena terdiri dari berbagai macam etnis yaitu Suku Karo sebagai suku yang mayoritas, Toba, Padang, Tionghoa,
Jawa dan lain-lain. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2012, jumlah penduduk Kabupaten Karo adalah 358.823 orang, Dari hasil Survei Penduduk 2010
tersebut Kecamatan Kabanjahe, Berastagi dan Tigapanah merupakan 3 kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing berjumlah 64.746 orang
18,06 persen, 43.494 orang 12,14 persen, dan 29.976 orang 8,39 persen. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Kabanjahe yakni sebanyak 1.450 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Kuta Buluh yakni sebanyak 55 orang per kilo meter persegi
BPS, 2013. Data demografi penduduk Kabupaten Karo dapat dilihat berdasarkan tabel
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2012
Kecamatan Sub District
Luas Wilayah
Area Km
2
Penduduk Population
Kepadatan Penduduk
Population Density Km
2
1 Mardingding
267,11 17.445
65,31 2
Laubaleng 252,60
18.110 71,69
3 Tigabinanga
160,38 20.346
126,86 4
Juhar 218,56
13.540 61,95
5 Munte
125,64 20.127
160,20 6
Kutabuluh 195,70
10.823 55,30
7 Payung
47,24 11.079
234,53 7
Tiganderket 86,76
13.474 155,30
8 Simpang Empat
93,48 19.440
207,96 8
Naman Teran 87,82
13.083 148,98
8 Merdeka
44,17 13.607
308,06 9
Kabanjahe 44,65
64.746 1.450,08
10 Berastagi 30,50
43.494 1.426,03
11 Tigapanah 186,84
29.976 160,44
12 Dolat Rayat 32,25
8.482 263,01
13 Merek 125,51
18.458 147,06
14 Barusjahe 128,04
22.593 176,45
Karo 2.127,25
358.823 168,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan sebanyak 180.750 orang
yang lebih banyak dari laki-laki sebanyak 178.073 orang. Data demografi penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut kecamatan dan sex ratio dapat dilihat berdasarkan
tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2012
Kecamatan Sub District
Laki-Laki Male
Perempuan Female
Jumlah Total
Sex Rasio
Sex Ratio
1. Mardingding
8.705 8.740
17 445 99,60
2. Laubaleng
9.092 9.018
18 110 100,82
3. Tigabinanga
10.122 10.224
20 346 99,00
4. Juhar
6.730 6.810
13 540 98,83
5. Munte
9.943 10.184
20 127 97,63
6. Kutabuluh
5.351 5.472
10 823 97,79
7. Payung
5.476 5.603
11 079 97,73
8. Tiganderket
6.569 6.905
13 474 95,13
9. Simpang Empat
9.714 9.726
19 440 99,88
10. Naman Teran
6.659 6.424
13 083 103,66
11. Merdeka
6.821 6.786
13 607 100,52
12. Kabanjahe
31.639 33.107
64 746 95,57
13. Berastagi
21.651 21.843
43 494 99,12
14. Tigapanah
14.823 15.153
29 976 97,82
15. Dolat Rayat
4.194 4.288
8 482 97,81
16. Merek
9.453 9.005
18 458 104,98
17. Barusjahe
11.131 11.462
22 593 97,11
Karo 178.073
180.750 358.823
98,52
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Berdasarkan jumlah rumah tangga, Kabanjahe berada pada posisi pertama
yaitu sebanyak 16.314 diikuti Brastagi di posisi kedua sebanyak 10.897 dan yang ketiga yaitu Kecamatan Tigapanah sebanyak 8.423 rumah tangga. Data tersebut dapat
dilihat menurut tabel di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga menurut Kecamatan Tahun 2012
Kecamatan Sub District
Jumlah Penduduk
Population Jumlah
Rumah
Tangga Household
Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga
Average Household Size
1. Mardingding
17.445 4.555
3,83 2.
Laubaleng 18.110
4.966 3,65
3. Tigabinanga
20.346 5.983
3,40 4.
Juhar 13.540
4.343 3,12
5. Munte
20.127 5.955
3,38 6.
Kutabuluh 10.823
3.506 3,09
7. Payung
11.079 3.325
3,33 8.
Tiganderket 13.474
3.944 3,42
9. Simpang Empat
19.440 5.531
3,51 10.
Naman Teran 13.083
3.502 3,74
11. Merdeka
13.607 3.563
3,82 12.
Kabanjahe 64.746
16.314 3,97
13. Berastagi
43.494 10.897
3,99 14.
Tigapanah 29.976
8.423 3,56
15. Dolat Rayat
8.482 2.288
3,71 16.
Merek 18.458
4.660 3,96
17. Barusjahe
22.593 6.546
3,45
Karo 358.823
98.301 3,65
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Jumlah penduduk yang paling banyak berdasarkan kategori usia adalah balita
bawah lima tahun yaitu 20.747 orang dan diikuti usia 5-9 tahun sebanyak 19.327 orang sementara kelompok umur yang paling sedikit adalah 75 tahun ke atas yaitu
sebanyak 1.806 orang. Kelompok usia produktif cukup tinggi di Kabupaten Karo. Distribusi penduduk berdasarkan usia tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Berdasarkan Usia Tahun 2012
Kelompok umur Age Group
Laki-Laki Male
Perempuan Female
Laki-laki + Perempuan
Male + Female
0 - 4 20.747
19.926 40.673
5 - 9 19.327
18.531 37.858
10 - 14 18.609
17.455 36.064
15 - 19 15.007
13.950 28.957
20 - 24 12.292
11.832 24.124
25 - 29 13.791
14.018 27.809
30 - 34 14.939
14.692 29.631
35 - 39 14.031
13.926 27.957
40 - 44 12.404
12.511 24.915
45 - 49 9.990
10.875 20.865
50 - 54 8.293
9.059 17.352
55 - 59 6.865
7.689 14.554
60 - 64 4.816
5.319 10.135
65 - 69 3.080
4.257 7.337
70 - 74 2.076
2.779 4.855
75 + 1.806
3.931 5.737
Karo 178.073
180.750 358.823
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013
4.1.3 Sosial, Ekonomi dan Budaya
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Indeks HDI pada suatu
negara. Pendidikan yang dinilai melalui pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yang akhirnya akan mempengaruhi derajat kesehatan. Data dari
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 354.242 penduduk di tahun 2011 persentase tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan
penduduk di Kabupaten Karo yang berusia 10 tahun ke atas paling banyak adalah SD sebesar 25,11. Sedangkan tingkat pendidikan terakhir yang paling sedikit adalah
penduduk yang tidakbelum pernah sekolah yakni sebanyak 2,18 dan yang lulus
Universitas Sumatera Utara
pendidikan tinggi 5,18. Sementara itu, angka melek huruf pada tahun 2010, 98,57 lebih tinggi dari angka melek huruf Sumatera Utara yaitu 98,26. Angka partisipasi
penduduk yang, mengikuti pendidikan menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Partisipasi Penduduk untuk Sekolah Berdasarkan Usia dalam Persen
Usia 2011
2012
7-12 13-15
16-18 19-24
98,19 94,54
69,47 11,99
99,67 88,32
72,65
6,87 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013
Partisipasi penduduk berdasarkan kecamatan dan tingkat pendidikan diuraikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk yang Bersekolah per Kecamatan Tahun 2013 No
Kecamatan TK
SDMI NegeriSwasta
SMP SMA
SMK Total
1 Mardingding
199 2.629
974 229
4.031
2 Laubaleng
225 3014
1.686 594
5.519
3 Tigabinanga
238 3124
1.272 923
5.647
4 Juhar
89 1.683
543 137
2.462
5 Munte
2.671 739
361 3.771
6 Kutabuluh
66 1.341
659 82
2.148
7 Payung
15 1.411
470 1.896
8 Tiganderket
127 1.932
624 436
3.119
9 Simpang Empat
209 2.259
1.245 293
4.006
10 Naman Teran
1.726 586
2.312
11 Merdeka
60 940
1.149 2.149
12 Kabanjahe
1.042 9.887
5.526 5.231
21.686
13 Berastagi
572 7.095
3.631 3.004
14.302
14 Tigapanah
172 3.490
1.314 852
5.828
15 Dolat Rayat
41 1.031
79 1.151
16 Merek
25 2.800
636 751
4.212
17 Barusjahe
141 2.958
1.227 360
4.686
Total 3.221
49.991 21.211
14.402 88.925
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Agama
Pada tahun 2012 persentase berdasarkan agama yang dianut penduduk Kabupaten adalah 54,04 beragama Kristen Protestan, sebanyak 23,67 beragama
Islam, Agama Hindu dan Buddha masing-masing 1,97 dan 0,23 dan lain-lain 1,02 Profil Dinkes Kabupaten Karo, 2012. Dalam menjalankan ibadahnya tentu
dibutuhkan sarana untuk memenuhi kebutuhan rohani pemeluknya. Terdapat 195 Mesjid dan 408 Gereja Kristen Protestan, serta 121 Gereja Katolik yang ada di
Kabupaten Karo.
4.1.5 Perekonomian
Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan
menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di daerah pegunungan, air terjun, air
panas, dan kebudayaan yang unik. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk
yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99 persen dari
luas Kabupaten Karo Kabupaten Karo dalam angka tahun 2013. Pendapatan daerah Kabupaten Karo tahun 2012 paling tinggi diperoleh dari
pertanian sebesar Rp. 5.190.654.560 dan kedua berasal dari sektor jasaservice sebesar Rp.1.184.434.160 dan ketiga berasal dari sektor pariwisata sebesar
Rp.977.881.000. Namun kejadian erupsi Gunung Sinabung sejak September 2013
Universitas Sumatera Utara
hingga Januari 2014 telah menghancurkan keadaan perekonomian masyarakat Kabupaten Karo. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo
Nugroho mengatakan berdasarkan perhitungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo, kerugian di sektor pertanian dan perkebunan sejak Gunung Sinabung erupsi
hingga 6 Januari 2014 diperkirakan mencapai Rp. 712,2 miliar. Sebagian besar dari lahan seluas 10.406 ha merupakan lahan pertanian dan perkebunan puso. Luas lahan
pertanian dan perkebunan itu meliputi tanaman pangan 1.837 ha, hortikultura 5.716 ha, tanaman buah 1.630 ha, biofarmaka 1,7 ha, dan perkebunan 2.856 ha Harian
Media Indonesia, 2014.
4.1.6 Keadaan Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo saat ini dipimpin oleh Dr.Jansen Perangin- angin dan beralamat Jl. Kapt. Selamat Ketaren No. 9, Kabanjahe, Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo membawahi 19 Puskesmas, 155 poskesdes dan 377 posyandu Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, 2012.
Untuk mencapai pembangunan kesehatan, Kabupaten Karo telah menetapkan Visi Misi yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2011-
2015. Adapun visinya adalah: “Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
terjangkau dan berkesinambungan serta didukung perilaku hidup bersih dan sehat untuk menuju Indonesia sehat 2015”. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau pada individu, keluarga dan masyarakat. 2.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk ber-Prilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS dalam lingkup yang sehat.
3. Menumbuhkembangkan keikutsertaan masyarakat dan swasta dalam
pembangunan berwawasan kesehatan termasuk pendanaan. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dapat dilihat dari
gambar di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dapat
dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Rekapitulasi Tenaga Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2013
No Profesi
Jumlah PNS
NON PNSPTT
Total
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Strata II :
KesmasPublic Health Dokter :
Dokter Umum Dokter Gigi
Keperawatan: Perawat S-1Ners
Perawat S-1S.Kep Perawat DIII
SPK Kebidanan:
Bidan DIV Bidan DIII
Bidan DI Perawat Gigi:
Perawat Gigi DIII SPRG
Kefarmasian: Apoteker S-I
Asisten Apoteker DIII SAASMF
Analis: Analis DIII
SMAK Gizi:
Gizi DIV Gizi DIII
SPAG Kesmas Penyuluh:
SI Kesmas DIII Kesmas
Sanitarian : SI Kesling
DIII Kesling DI Kesling
6 73
17
6 10
73 121
3 128
221
9 18
2 5
26 10
9 1
16 18
36
1 12
22 5
6 73
22
6 10
73 121
3 128
221
9 18
2 5
26 10
9 1
16 18
36
1 12
22
Universitas Sumatera Utara
Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Karo telah ada sejak zaman Belanda, hal ini membuktikan bahwa masyarakat Karo sejak dahulu telah peduli
dengan kesehatan. Hal ini bisa dibuktikan dengan keberadaan Rumah Sakit Umum Kabupaten Karo yang sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda.
Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Karo tahun 2012, jumlah puskesmas sebanyak 19 buah. Setiap kecamatan telah memiliki paling sedikit 1
puskesmas, bahkan Kecamatan Berastagi dan Tiga Panah memiliki dua puskesmas. Dengan jumlah penduduk sebanyak 358.823 jiwa maka setiap puskesmas melayani
18.885 jiwa, yang berarti melebihi kemampuan standar nasional sebanyak 30.000 jiwa setiap 1 Puskesmas. Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di seluruh
Puskesmas Kabupaten Karo sebanyak 204.621 jiwa. Sumber daya kesehatan di Kabupaten Karo sampai tahun 2012 memiliki 8
delapan rumah Sakit dengan rincian, 1 rumah sakit umum daerah milik pemerintah, 4 rumah sakit umum swasta, 2 rumah Sakit Ibu dan Anak dan 1 rumah sakit khusus
yaitu Rumah Sakit Kusta Lau Simomo.
4.1.7 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik purposive sampling dengan pertimbangan bahwa informan adalah orang yang mengemban tugas sebagai
pelaksana kebijakan penanggulangan bencana yaitu: Kepala Dinas Kesehatan sebagai koordinator satgas bidang kesehatan, dan Kepala bidang Kesehatan sebagai
koordinator bidang logistik dan perbekalan dalam satgas kesehatan. Untuk triangulasi
Universitas Sumatera Utara
dilakukan wawancara dengan Kepala Komando Tanggap Darurat, PMI Basarnas, Camat Tiganderket, dan BPBD Karo.
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Penelitian dilakukan pada tanggal 11 April dan 5 Mei 2014 di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo bernama Dr.
Jansen Perangin-angin merupakan lulusan Fakultas Kedokteran USU. Mengawali karir sebagai dokter Puskesmas, Kepala Puskesmas. Kepala Tata Usaha di Dinas
Kesehatan, Kepala Rumah Sakit periode 2008-2010 dan akhirnya Beliau menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan sejak tahun 2010 hingga sekarang. Pernah menjabat
sebagai Ketua Koperasi selama 9 tahun. Beliau sudah memperoleh gelas Magister Manajemen di bidang akuntansi namun tidak dicantumkan. Mau meluangkan waktu
untuk wawancara berkali-kali di tengah kesibukan mengurus pelayanan kesehatan pada saat bencana maupun menghadiri rapat-rapat. Berperawakan gemuk dan pendek
namun penuh dengan ide maupun gagasan. b.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Karo adalah
Bapak Kawal Maha, Apt., M.Kes. Meskipun Beliau berperawakan pendek, namun menurut Peneliti Beliau memiliki pemikiran yang up to date dan open minded.
Tidak sulit untuk bertemu dan melakukan wawancara dengan Beliau, meskipun saat itu Beliau sedang sibuk dan baru saja pulang dari kunjungan ke Posko Pengungsi.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Hasil Wawancara
Erupsi Gunung Sinabung sejak September 2013 mengakibatkan pengungsian yang cukup lama. Jumlah pengungsi mencapai puncaknya pada tanggal 21 Januari
2014 yaitu sebanyak 42 titik pengungsian dengan jumlah pengungsi sebanyak 28.715 jiwa 9.045 KK dengan jumlah kelompok rentan lansia sebanyak 1.620 jiwa, 204
jiwa ibu hamil dan 884 jiwa balita. Dalam penelitian ini jenis koordinasi yang diteliti meliputi koordinasi internal
dan eksternal. Sedangkan koordinasi ditinjau dari arahnya meliputi koordinasi vertikal, koordinasi horizontal, koordinasi diagonal dan koordinasi fungsional.
4.2.1 Koordinasi Vertikal
Yang ditanyakan adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada
di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Bagaimana mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Bentuk dari rantai
vertikal ini adalah rantai komando, rentang pengawasan, pendelegasian, dan sentralisasi-desentralisasi.
a. Rantai Komando
Rantai komando adalah garis yang tidak putus dari wewenang yang menjulur dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor kepada
siapa. Berikut pendapat informan tentang rantai komando.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Pendapat Informan tentang Rantai Komando No
Informan Pendapat
1. Kepala Dinas
Kesehatan Saya sebagai Kepala Dinas, membawahi empat kepala
bidang, ada juga sekretaris dan UPT Puskesmas dan Gudang Farmasi, mereka semua bertanggung jawab
langsung kepada saya. Dalam satgas, saya bertugas sebagai penanggungjawab. Untuk satgas dibentuk lima
koordinator dan Kepala Puskesmas sebagai koordinator wilayah. Kalau dengan kepala bidang dan koordinator itu
semua kan wakil saya yang bertanggungjawab dengan bidang tertentu. Semua staf tentu adalah tanggungjawab
saya, tapi kan setiap bidang ada kepala seksinya dan anggotanya yang juga bertanggung jawab dengan kepala
bidangnya. Komunikasinya langsung, sms atau pake telepon. Kalau penting ya pake dokumen.
Untuk bencana ini pun begitu, kalau dalam satgas sesuai fungsi masing-masingnya jadi mereka dwifungsi
melakukan tugas rutin ditambah tugas penanggulangan bencana. Tapi orangnya kan itu-itu juga, hanya ada
tambahan tugas untuk bencana ini.
2 Kepala bidang
pelayanan kesehatan
Kalau saya bertanggungjawablah dengan atasan saya yaitu Kepala Dinas. Apapun yang saya pikirkan untuk dibuat
sehubungan dengan bencana ini pasti saya beritahukan. Dan saya juga punya staf yang bertanggung jawab kepada
saya untuk melaksanakan tugas. Kalau komunikasi ya mana yang cepatnya langsung bisa, telpon juga bisa. Tapi
kalau berbentuk tugas, keputusan atau kepanitiaan atau satgas ini ya harusnya ada dokumennya.
Trus, anggota saya kan mengumpulkan laporan dan permintaan kebutuhan dari puskesmas. Karena di satgas
ini saya bagian logistik, perbekalan dan obat-obatan ditambah fungsi saya untuk pelayanan kesehatan. Jadi,
saya rekapitulasi, kemudian saya laporkan ke Kepala Dinas.
3 Kepala
Puskesmas Berastagi
Perintah tentunya ada dari Kepala Dinas, untuk kita laksanakan. Setiap hari kita laporkan kegiatan di
pengungsian, tapi melalui bagian pelaporan. Tidak langsung ke Kepala Dinas. Darimana semua laporan itu
saya dapat? Tentulah dari staf saya juga. Jadi memang berjenjang
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kepala Dinas Kesehatan, Beliau memiliki tanggung jawab untuk membawahi empat kepala bidang dan membawahi 18 Puskesmas dan 1 UPT Gudang
Farmasi. Semua bertanggung jawab langsung kepadanya. Selain menjadi Kepala Dinas Beliau juga bertugas sebagai ketua satgas bencana. Satgas bencana terdiri dari
koordinator bidang yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas. Sementara Kepala Puskesmas dihunjuk sebagai koordinator wilayah. Sistem
komando yang berlaku bersifat top to down karena Kepala Dinas berperan sebagai penanggungjawab utama. Khusus untuk Kepala Puskesmas, tidak harus melapor
kepada Kepala Dinas, namun dapat melalui Kepala Bidang sesuai dengan bidang yang ingin dilaporkan.
Hal senada diungkapkan oleh Ka.Bid.Yankes bahwa dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan penanggulangan bencana Beliau akan
memberikan laporan kepada Kepala Dinas. Komunikasi yang digunakan biasanya berbentuk lisan, namun hal tertentu harus menggunakan dokumen resmi berbentuk
dokumen. Seperti halnya satgas bencana yang dibentuk menggunakan SK Satgas yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan.
Tidak jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh Kepala Puskesmas Brastagi bahwa sebagai Kepala Puskesmas bertanggungjawab untuk memberikan laporan
setiap kegiatan kepada Kepala Dinas. Selain tugas rutin yang dilaksanakan, tugas sebagai Kepala Puskesmas bertambah dengan adanya kejadian bencana yaitu sebagai
koordinator pos kesehatan di wilayah kerjanya. Oleh karenanya, upaya
Universitas Sumatera Utara
penanggulangan bencana yang diperintahkan oleh Kepala Dinas melalui satgas menjadi tanggungjawabnya di wilayah kerjanya.
Dari wawancara dapat disimpulkan bahwa satgas yang dibentuk berfungsi ganda, yaitu bertugas secara struktural dan juga menjadi satgas. Semuanya memiliki
satu komando yaitu Kepala Dinas Kesehatan. Hal itu diketahui dari pernyataan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kepala Puskesmas yang menyatakan
Kepala Dinas Kesehatan yang menjadi Komando. Kepala Dinas memberikan arahan dan perintah untuk dilaksanakan oleh Koordinator satgas, dan Kepala Puskesmas.
Semua staf melapor kepada Kepala Bidang masing-masing dan staf puskesmas melapor kepada Kepala Puskesmasnya.
Bentuk komunikasi yang sering digunakan adalah komunikasi lisan tanpa melupakan komunikasi tulisan dalam bentuk dokumen atau Surat Keputusan jika
diharuskan. Menurut Kepala Dinas Kesehatan, Beliau menekankan pada diskusi dalam memberikan perintah jika terjadi perbedaan pendapat.
Berdasarkan SK Satgas yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan nomor 2.1.1330SKXI 2013 menetapkan Ka.Dinas Kesehatan sebagai
komando dibantu oleh koordinator bidang. Bidang-bidang yang ada dalam satgas yaitu ketenagaan dan pos kesehatan, logistik, ambulans dan mobil operasional,
sanitasi posko pengungsi, laporan data dan informasi. Kepala puskesmas berperan sebagai koordinator wilayah masing-masing.
Pelaksanaan koordinasi ini sudah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 066 Tahun 2006 yaitu Kepala Dinas Kesehatan sebagai
Universitas Sumatera Utara
penanggung jawab pelayanan kesehatan penanggulangan bencana serta penanganan pengungsi KabupatenKota adalah Kepala Dinas KabupatenKota. Pelaksanaan tugas
penanggulangan krisis akibat bencana di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dikoordinir oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Dinas. Hal itu dilaksanakan
oleh Kepala Dinas dengan membentuk satgas bencana dengan membentuk beberapa koordinator bidang dan koordinator wilayah.
b. Rentang Pengawasan
Rentang kendali atau pengawasan adalah jumlah bawahan yang dapat di arahkan secara efisien dan efektif oleh seorang manajer. Dalam Satgas, Kepala Dinas
Kesehatan berperan sebagai Manajer sehingga berhak dalam melakukan pengawasan. Berikut pendapat informan tentang rentang pengawasan:
Tabel 4.9. Pendapat Informan tentang Rentang Pengawasan No
Informan Pendapat
1. Kepala Dinas
kesehatan Saya tidak bisa mengawasi mereka semua, terbataslah
paling kalau rapat kita evaluasi. Yang paling bisa ya, dengan kepala bidang saja, nanti anggota kepala bidang
yang melapor ke Kepala bidangnya. Kalau Puskesmas memang langsung kepada saya, tapi untuk laporan
mereka datang ke bidang masing-masing yang dituju. Seluruh lokasi pos pengungsian sudah kita datangi
untuk memastikan adanya posko kesehatan. Memang ada saja yang tidak terawasi, misalnya bantuan dalam bentuk
obat-obatan atau pengobatan massal. Harusnya kan kita turut mengawasinya, tapi posko pengungsi banyak, dan
bantuan tidak satu pintu. Kita tidak bisa periksa kelayakan itu semua.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Lanjutan No
Informan Pendapat
2. Ka.Puskesmas
Brastagi Kalau Kepala Dinas mengawasi kegiatan kami melalui
rapat-rapat yang kita adakan di Dinas Kesehatan. Jadi, yang mengemban tugas melakukan pengawasan kepada
staf puskesmas adalah saya sebagai Kepala Puskesmas. Sebenarnya pengawasan itukan untuk memastikan tidak
ada kendala yang dihadapi oleh kami-kami ini di lapangan kan. Jujur saja, apa yang diawasi ya? Kita ini
mandiri, usahakan segalanya sendiri, membuat posko sendiri. Sebenarnya kita dilepas begitu saja, yang penting
dikasih obat, trus buat posko kesehatan. Apa-apa yang terjadi di sini menjadi tanggungjawab kita. Nanti kita
laporkan kurang alat ini, atau obat itu, jawabannya iya, tapi tidak tahu kapan realisasinya.
Kalau untuk instansi lain yang hendak melakukan kegiatan di pengungsi yang berhubungan dengan
kesehatan, tidak semua bisa diawasi oleh Dinkes, di situlah peran kita. Tapi biasanya mereka tidak mau kita
ikut serta, saya juga tidak tahu kenapa, kitapun gak bisa tegas karena dipikir kita menghalangi bantuan nanti.
3. Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan
Kalau saya melaporkan ke Kepala Dinas, semua kegiatan ini atas sepengetahuan Beliau. Contohnya ini, saya kan
membuat surat berisi permintaan dana pengganti transportasi minyak mobil operational dan ambulan.
Saya mengawasi anggota sayalah baik yang di satgas dan di struktural. Saya yang pantau kegiatan mereka. Saya
juga turut mengawasi kegiatan di lapangan, tapi yang ada hubungan dengan sayalah yang bisa saya intervensi,
misalnya obat dan vaksin.
4. Kepala
Puskesmas Brastagi
Gak semualah mampu diawasi. Seharusnya kan kalau Dinkes benar-benar melakukan pengawasan dengan baik,
pasti dia tau apa-apa yang kurang tapi ini kan kurang. Trus di sini banyak LSM atau instansi lain, kadang-
kadang mereka tiba-tiba buat kegiatan yang kita nggak tau, padahal seharusnya yang menyangkut kesehatan
dilapor dulu sama kita, Ini melapor ke Koordinator Pengungsi aja, udah bisa bikin kegiatan. Cuma saya
minta staf saya biar memantau itu kegiatan di sana.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kepala Dinas Kesehatan pengawasan secara menyeluruh tidak dapat dilakukan, pengawasan dapat dilakukan oleh anggota bidang kemudian dilaporkan
kepada kepala bidang dan kepala bidang melaporkan kepada Kepala Dinas. Setiap Puskesmas melapor langsung kepada Kepala Dinas. Hanya saja bantuan tertentu
seperti obat-obatan dan posko kesehatan yang diberikan oleh lembaga lain tidak dapat diawasi secara langsung oleh dinas. Oleh karena itu evaluasi dilakukan pada saat
rapat. Hal yang sama juga disampaikan oleh kepala Puskesmas Brastagi dimana
Kepala Dinas mengawasi melalui rapat-rapat yang diadakan Dinas Kesehatan. Pengawasan di posko pengungsian dilakukan oleh Kepala Puskesmas untuk
memastikan tidak ada kendala yang dihadapi di lapangan. Pengawasan terhadap lembaga atau pihak lain yang mengadakan kegiatan atau memberikan bantuan kepada
pengungsi juga dilakukan Kepala Puskesmas dikarenakan dinas kesehatan tidak dapat mengawasi secara langsung.
Kepala Bidang Kesehatan melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan, semua kegiatan yang dilakukan atas persetujuan Kepala Dinas. Kepala Bidang melakukan
pengwasan langsung sesuai bidang yang ditangani yaitu obat-obatan dan vaksin. Kepala Dinas tetap melakukan pengawasan dan sekaligus memberikan
kepercayaan kepada anggotanya untuk melaksanakan kegiatan. Pengawasan yang dilakukan biasanya dalam bentuk laporan dan rapat. Kepala Dinas tidak mungkin
dapat melakukan pengawasan kepada seluruh anggotanya. Oleh karenanya peran
Universitas Sumatera Utara
Kepala Bidang dan Koordinator satgas serta Kepala Puskesmas diperlukan dalam pengawasan.
Pengawasan diperlukan untuk memastikan tugas penanggulangan bencana di bidang kesehatan benar-benar dilakukan sampai tingkat bawah. Untuk itu Kepala
Dinas dan Kepala Bidang yang sekaligus koordinator satgas juga turun ke lokasi pengungsian untuk memastikan pelaksanaan kegiatan telah dilakukan dengan sebaik
mungkin. Demikian juga Kepala Puskesmas mengawasi stafnya untuk memastikan bahwa posko pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian di wilayah kerjanya benar-
benar berjalan dan bermanfaat. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas kesehatan tidak dilakukan setiap harinya, hanya jika ada laporan akan kekurangan obat atau
makanan tambahan, kebutuhan masker dan lainnya, baru Dinas kesehatan turun kelapangan, untuk melihat mana kebutuhan yang kurang.
Namun, tidak semua pengawasan dapat dilakukan dengan baik, karena pendapat berbeda ditunjukkan oleh Kepala Puskesmas Brastagi. Menurutnya,
seharusnya dengan pengawasan dapat memastikan bahwa kebutuhan pos pelayanan kesehatan di pos pengungsian terpenuhi. Namun, menurutnya banyak hal yang
menjadi kebutuhan di posko harus dipenuhinya secara mandiri. Selain itu sulit mengawasi sampai ke tingkat bawah khususnya mengawasi bantuan obat-obatan dan
makanan yang seharusnya diperiksa terlebih dahulu di Dinas Kesehatan. Kesulitan ini dipicu oleh tidak satu pintunya bantuan karena donator dapat memberikan bantuan
langsung ke lokasi pengungsian. Dinas kesehatan juga tidak melakukan pengawasan terhadap lembaga-lembaga lain yang ikut memberikan pelayanan kesehatan di pos
pengungsian.
Universitas Sumatera Utara
Cara yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan untuk mengawasi kegiatan yang menyangkut kesehatan dengan LSM maupun institusi lain yang terlibat adalah
dengan memberdayakan Puskesmas melalui pos kesehatan yang didirikan di lokasi pengunngsian. Di setiap pos kesehatan pasti ada tenaga kesehatan yang berjaga untuk
mengatasi masalah kesehatan yang diderita oleh pengungsi. Dengan keberadaaan mrekalah Dinas Kesehatan dapat mengetahui apa saja kegiatan kesehatan yang
dilakukan di lokasi pengungsian yang berhubungan dengan kesehatan seperti pengobatan massal maupun makanan untuk pengungsi.
c. Pendelegasian
Pendelegasian adalah hak-hak inheren dalam suatu posisi manajerial untuk memberikan perintah dan mengharapkan dipatuhinya perintah itu. Kepala Dinas
Kesehatan memberikan perintah berupa tugas yang berkaitan dengan penanggulangan bencana tersebut. Berikut pendapat informan tentang pendelegasian:
Tabel 4.10. Pendapat Informan tentang Pendelegasian No
Informan Pendapat
1. Kepala
Dinas Kesehatan
Banyak hal yang saya delegasikan kepada bawahan saya, mengingat tugas saya juga cukup banyak seperti halnya
menghadiri rapat-rapat koordinasi. Tidak semua rapat-rapat bisa kita hadiri. Contohnya rapat di kantor Bupati, ada juga
rapat di Kantor Media Center yang rutin kita jalankan, harus ada bagi tugasnya. Dan semua itu terkait dengan fungsi dan
tugasnya di Satgas. Kalau di bagian ketenagaan, ya mengatur ketenagaan, yang logistik mengurusi obat-obat dan kebutuhan
pelayanan kesehatan. Kalau di media center tidak harus saya, boleh sekretaris, atau staf yang lain. Tapi kalau sifat rapat
koordinasi, tentu saya harus bertanggung jawab. Puskesmas bertanggung jawab untuk keadaan pengungsi di wilayah
kerjanya karena sudah diberi tanggung jawab kepada Kepala Puskesmas sebagai koordinatornya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Lanjutan No
Informan Pendapat
2 Kepala
Bidang Pelayanan
Kesehatan Ya pastilah kita pernah didelegasikan, contohnya mengikuti
rapat di Pemda dan media center, membuat permintaan, permintaan tersebut atas nama Kadis, tetapi kita yang
membuat. Atau kalau ada keluhan anggota di lapangan, kita yang turun, kita laporkan dan kalau ada masalah kita
selesaikan. Kadang-kadang kita diminta mendampingi tamu dari provinsi dan Kemenkes, saya dampingi, atau saya pun
bisa mendelegasikan tugas pendampingan itu kepada bawahan saya. Pada pos pengungsian diberikan tanggung jawab kepada
Kepala Puskesmas yang di wilayahnya terdapat pengungsian.
3 Kepala
Puskesmas Berastagi
Kepada saya diberikan mandat untuk menjadi koordinator pada wilayah kerja saya. Jadi masalah kesehatan pengungsi
menjadi tanggungjawab saya yang akan saya pertanggungjawaban kepada Kepala Dinas. Bila ada
pertemuan atau kegiatan yang melibatkan kesehatan di wilayah kerja saya, seperti pengobatan massal, itu menjadi
tanggungjawab kami dalam mendampingi dan mengawasi. Kami juga yang menjalin koordinasi dengan koordinator
pengungsi, donator yang membutuhkan kita, dan instansi lain. Contohnya, ada LSM Amerika bernama American Care yang
ingin memberikan bantuan obat-obatan, maka mereka berurusan dengan Saya, nanti saya melaporkan dengan Dinas
Kesehatan.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan pendelegasian wewenang dilakukan mengingat banyak tugas yang harus dilaksanakan. Contohnya menghadiri rapat di
Kantor Bupati, Kantor Media Center yang rutin dijalankan, tentunya harus ada pembagian tugas yang sesuai dengan fungsi dan tugasnya di Satgas. Misalnya bagian
ketenagaan mengatur ketenagaan, bagian logistik mengurusi obat-obat dan kebutuhan pelayanan kesehatan. Pada rapat yang bersifat koordinasi, yang bertanggung jawab
adalah Kepala Dinas. Kepala Puskesmas bertanggung jawab untuk keadaan pengungsi di wilayah kerjanya karena sudah diberi tanggung jawab koordinator.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Bidang mengungkapkan hal yang sama dimana ada pendelegasian wewenang. Seperti mengikuti rapat di Pemda dan media center, membuat permintaan
atas nama Kepala Dinas, menangani kendala yang dihadapi anggota di lapangan serta mendampingi tamu dari provinsi dan kementerian kesehatan. Pada pos pengungsian
diberikan tanggung jawab kepada Kepala Puskesmas yang di wilayahnya terdapat pengungsian
Pendelegasian wewenang juga sampai kepada Kepala Puskesmas Brastagi sesuai dengan yang dikatakan Kepala Dinas dan Kepala Bidang Dinas Kesehatan
dimana menurut Kepala Puskesmas Brastagi, beliau diberikan mandat untuk menjadi koordinator pada wilayah kerjanya dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Dinas. Koordinasi juga dilakukan dengan koordinator pengungsian dan instansi lain yang ingin memberikan bantuan, kemudian dipertanggungjawabkan kepada Dinas
Kesehatan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa informan menyetujui adanya
pendelegasian wewenang yang diberikan terkait upaya penanggulangan bencana. Hal itu juga ditegaskan oleh pendapat dari Kepala Puskesmas Brastagi yang menyatakan
bahwa mereka ditugaskan sebagai koordinator pos kesehatan di lokasi pengungsian yang ada di wilayah kerja masing-masing. Pendapat Kepala Puskesmas tersebut juga
didukung oleh pendapat Kepala Puskesmas Kecamatan Tiganderket dan Kecamatan Payung. Mereka bertanggung jawab terhadap kebutuhan pengungsi. Contohnya
Kepala Puskesmas Tiganderket, berinisiatif menghubungi dan meminta bantuan rekan sejawatnya untuk memenuhi kebutuhan obat yang kurang pada awal bencana.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Puskesmas sering berhubungan dengan pihak koordinator pengungsi, donatur, instansi lain yang berhubungan dengan kesehatan di lokasi pengungsian dan
melakukan rujukan ke rumah sakit daerah maupun swasta. Pada dasarnya mereka dapat menyelesaikan tugas yang diemban.
Kepala Puskesmas juga dapat bekerjasama dengan instansi lain terkait bencana dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan. Sebagai contoh, Kepala Puskesmas
Brastagi menjalin kerjasama untuk memenuhi pelayanan kesehatan pengungsi bekerjasama dengan LSM swasta American Care.
d. Sentralisasi dan Desentralisasi Sentralisasi merujuk kepada pembatasan tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan yang berada pada puncak hirarki organisasi. Sentralisasi tidak memberikan izin kepada staf atau bawahan untuk membuat keputusan utama. Desentralisasi
merujuk kepada perluasan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan kepada setiap level organisasi.
Tabel 4.11. Pendapat Informan tentang Sentralisasi dan Desentralisasi No
Informan Pendapat
1 Kepala Dinas Kesehatan
Kalau rapat itu dengan instansi lain kan biasanya sudah ada acuannya, mau
membicarakan apa. Sudah ada gambaran. Saya tidak mau segala keputusan berasal dari Saya,
itu tidak memberdayakan staf. Tetapi jika penting sekali bisa dibicarakan bersama.
Kepala Puskesmas tidaklah harus selalu menghubungi saya. Anggota saya, seperti
Kepala Bidang, kalau sudah saya utus, bisa saja turut mengambil keputusan yang sifatnya
cepat. Sekarang ada telepon, dapat langsung berkomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Lanjutan No
Informan Pendapat
2 Kepala Puskesmas
Tiganderket Kalau di Puskesmas, tentu saya yang
mengambil keputusan, dan kebetulan staf saya, mau mendukung saya. Belum bisa secara
kapasitas baik keilmuan disini dapat mengambil keputusan penting terkait bencana,
seperti yang anda bilang dalam penilaian cepat itu. Tetapi tugas rutin seperti imunisasi,
penimbangan dan posyandu, gizi, mereka laksanakan sesuai tupoksinya masing-masing.
Kalau saya, berhubungan dengan pihak luar seperti Dinas Kesehatan atau orang-orang yang
ingin melakukan kegiatan bersama dengan kita di posko.
3 Kepala Puskesmas
Brastagi Susah kalau apa-apa harus menunggu
keputusan dari Dinas Kesehatan. Lama Kalau Saya bilang hubungan kita dengan Dinas
terkait dengan urusan-urusan bencana ini masih angka lima lah, kita harus inisiatif dan
kreatif juga. Yang penting intinya jangan ada pengungsi yang terlantar.
Menurut Kepala Dinas jika rapat dengan instansi lain sudah ada acuan dan sudah ada gambaran jika mau ambil keputusan. Oleh karena itu keputusan dalam
rapat dapat diambil oleh anggota yang telah diberikan wewenang dari Kepala Dinas sehingga semua staf dinas dapat diberdayakan. Tetapi jika bersifat penting keputusan
dapat diambil secara bersama. Semua dapat dilakukan dengan baik dan cepat karena dimudahkan oleh media komunikasi seperti telepon.
Hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan Kepala Puskesmas Tigan Nderket dimana Kepala Puskesmas mengambil keputusan tentu dengan dukungan
staf puskesmas. Karena secara kapasitas belum ada yang bisa mengambil keputusan
Universitas Sumatera Utara
terkait bencana. Semua staf melakukan tugasnya sesuai dengan tupoksinya masing- masing dan Kepala Puskesmas juga melayani instansi atau lembaga lain yang ingin
memberikan bantuan di posko pengungsian. Secara tegas Kepala Puskesmas Brastagi mengatakan bahwa mereka harus
memiliki inisiatif dan kreatif dalam mengambil keputusan. Karena Jika harus menunggu keputusan dari Dinas Kesehatan akan memakan waktu yang lama.
Menurut beliau jika diberikan penilaian komunikasi dalam mengambil keputusan diberi nilai 5 lima. Yang terpenting bagi Puskesmas Brastagi adalah tidak ada
pengungsi yang terlantar. Menurut pendapat informan desentralisasi dan sentralisasi muncul pada waktu
dan situasi tertentu. Sentralisasi muncul ketika ada kegiatan yang terkait dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dan instansi lain yang setingkat dengan
Kepala Dinas, maka Kepala Dinas berhak mengambil keputusan dan dimintai pendapat untuk mengambil keputusan jika bawahannya diberi wewenang dalam
mengikuti rapat. Desentralisasi muncul untuk kegiatan yang berhubungan dengan pos
kesehatan di tingkat pengungsian, maka Kepala Dinas menyerahkan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan kepada Kepala Puskesmas. Oleh karenanya tidak
semua keputusan yang diambil terkait bencana harus berpusat pada Kepala Dinas Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Koordinasi Horizontal
Hal-hal yang ditanyakan mengenai koordinasi horizontal adalah bagaimana hubungan koordinasi antar bidang yang setingkat dalam satgas penanggulangan
bencana. Jenis koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated.
a. Interdisciplinary
Koordinasi interdisciplinary dilakukan dalam satu satgas namun berbeda bidang. Berikut pendapat informan:
Tabel 4.12. Pendapat Informan tentang Koordinasi Horizontal Jenis Interdisciplinary
No Informan
Pendapat
1.
2. Ka. Bid. Yankes
Kord. Logistik Ka.bid Kesehatan
Keluarga Koord.Ketenagaan
Ya, komunikasi kita baik dan lancar. Kalau ada perlu bicara langsung saja, tetapi kalau laporan harus
dalam bentuk kertas. Kalau saya, tidak membutuhkan data dari bidang lain untuk laporan saya, tapi kita
wajib membuat laporan, nanti laporannya itu kita berikan ke bagian koordinator laporan. Selain itu,
kita juga sering ke lapangan bersama-sama. Contohnya, kita mau mengunjungi kegiatan
posyandu di pengungsian. Kalau logistiknya sudah diambil terlebih dahulu oleh Kepala Puskesmas,
kemudian Bagian Kesga yang juga Koordinator ketenagaan membawa PMT yang mau dibagikan ke
Ibu hamil, Balita, dan Ibu menyusui. Kita selalu berkomunikasi jika ke lapangan, kalau
ada kegiatan yang bisa dilakukan bersama. Paling kalau ada kekurangan tenaga ya memang dilaporkan
kepada saya. Tapi saya juga harus berhubungan dengan koordinator laporan.
Menurut Ka. Bid. Yankes Kord. Logistik Komunikasi yang terjalin dalam hal ini berjalan lancar. Semua dapat dibicarakan secara langsung dan dilaporkan
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk kertas. Oleh karena itu harus menjalin komunikasi dengan koordinator laporan. Kegiatan ke lapangan juga dilakukan bersama-sama. Seperti mengunjungi
kegiatan posyandu di pengungsian. Dimana Kepala Puskesmas mengambil logistik dan bagian Kesga yang merupakan koordinator lapangan membawa PMT yang akan
dibagikan kepada Ibu hamil dan Ibu menyusui. Hal yang sama juga disampaikan Ka.bid Kesehatan Keluarga Koord.
Ketenagaan dimana antar bidang menjalin komunikasi, terlebih ketika ke lapangan untuk melakukan kegiatan bersama dan melapor kepada koordinator laporan.
Menurut informan koordinasi yang dilakukan antar bidang dilakukan dengan melaksanakan kegiatan bersama-sama meskipun dengan sasaran dan tujuan berbeda.
Semua kegiatan yang dilakukan akan dilaporkan ke bagian pelaporan yang khusus menghimpun laporan setiap bidang. Jadi, tidak semua bidang yang memiliki
keterkaitan kecuali dengan koordinator bidang pelaporan dan data yang bertugas untuk menghimpun semua laporan dari bidang-bidang.
Pada saat tertentu ada hubungan dengan bidang lain hanya saja tidak dalam bentuk satgas. Seperti yang dicontohkan oleh Ka.Bid Yankes yang mengatakan kalau
mereka akan melakukan imunisasi di posyandu yang ada di pengungsian, dapat dilakukan bersama-sama dengan koordinator ketenagaan. Namun peran koordinator
ketenagaan tidak menjalani fungsi ketenagaan, melainkan fungsi bidang Kesga secara struktural yang berfungsi untuk menyediakan PMT pada Ibu dan Balita. Oleh karena
koordinasi interdisciplinary terjadi tidak hanya dalam bentuk satgas saja namun dari tupoksi yang secara struktural melekat pada masing-masing koordinator.
Universitas Sumatera Utara
b. Interrelated
Dalam penanggulangan bencana banyak instansi dan lembaga lain yang bekerjasama. Dalam hal ini, yang ditanyakan adalah bagaimana hubungan satgas
Dinas Kesehatan dengan instansi lain yang sama-sama bekerja dalam penanggulangan bencana namun berbeda instansinya.
Tabel 4.13. Pendapat Informan tentang Koordinasi Horizontal Jenis Interrelated Memiliki Tugas yang Sama Namun Beda Instansi
No Informan
Pendapat
1 Ka. Dinas Kesehatan
Ketua Satgas Kita terhubung dengan banyak instansi, seperti
dengan Komando tanggap darurat. Di media center atau rapat-rapat koordinasi kita selalu berhubungan
dengan baik dengan SKPD yang lain. Bentuk koordinasinya adalah rapat koordinasi di media center
dan rapat dengan SKPD lain di Pemda. Sejauh ini tidak ada masalah. Kalau kegiatan ya masing-masing
disesuaikan dengan tupoksi. Kalau ada yang perlu dengan kita contohnya ambulans untuk merujuk,
biasanya menghubungi media center, nanti media center menghubungi kita. Lalu saya menghubungi
anggota saya yang bagian transportasi. Tapi ambulans sudah stand by di sana. Kalau TRC kita tidak ada tim
khususnya yang ada di sini bagian penanggulangan bencana saja.
2 Ka. Bid Yankes
Koord. Logistik Saya tidak pernah berhubungan dengan SKPD lain,
mungkin yang lain ada, tapi saya belum ada. Tapi ada korban awan panas, ada dari kita yang ke sana juga
membawa ambulans dan evakuasi korban. Kita lakukan sama-sama dengan Basarnas dan relawan
lain. Atau paling kalau pengungsi minta masker atau relawan juga minta, mereka hubungi media center,
nanti media center minta ke kita. TRC memang tidak ada. Tapi kita sama-sama turun melihat keadaan
pengungsi dan mempelajari kebutuhannya.
3 Ka.Bid. Kesga
Koord.Ketenagaan Sampai saat ini, belum ada.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Ketua Satgas, Dinas kesehatan terhubung dengan banyak instansi seperti dengan komando tanggap darurat. Dalam
melaksanakan rapat di media center dan rapat dengan SKPD dinas kesehatan menjalin koordinasi dengan bidang lain. Semua fungsi dijalankan sesuai dengan
tupoksi masing-masing. Misalnya dalam pengadaan ambulans semua dapat dilakukan dengan menjalin koordinasi dengan bidang lain. Hanya saja TRC belum ada, yang
ada hanya bagian penanggulangan bencana. Berbeda dengan Ka. Bid Yankes, Beliau tidak pernah berhubungan dengan
SKPD yang lain. Semua permintaan dilakukan melalui dinas kesehatan dan jika ada kegiatan yang harus dilakukan bersama-sama maka dilakukan bersama seperti
kejadian korban awan panas penanganan dilakukan bersama dengan Basarnas dan relawan. Tetapi Beliau juga mengiyakan bahwa Tim Reaksi Cepat TRC tidak ada.
Ka.Bid. Kesga Koord. Ketenagaan juga mengungkapkan hal yang sama dengan Ka. Bid Yankes bahwa sampai saat ini belum ada koordinasi horizontal jenis
Interrelated. Berdasarkan wawancara di atas terlihat bahwa keterlibatan Dinas Kesehatan
dengan instansi lain tidak terlalu baik karena minimnya kegiatan bersama yang dilakukan untuk pengungsi. Bentuk koordinasi yang dilakukan hanya terbatas pada
rapat-rapat rutin bersama. Koordinasi yang terjalin biasanya melalui media center seperti halnya kebutuhan ambulan untuk evakuasi, membawa pasien yang dirujuk
atau kebutuhan akan masker.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya selain dalam proses evakuasi dan ambulans, Dinas Kesehatan seharusnya bekerjasama dengan instansi lain dalam pemenuhan kebutuhan dasar
korban seperti air bersih dan lain-lain. Melalui triangulasi dengan Camat Tiganderket, diketahui bahwa Dinas Kesehatan tidak ada melakukan peninjauan dan pemeriksaan
air bersih yang dikonsumsi oleh pengungsi. Selama ini pengungsi hanya tinggal menerima air yang dibawa oleh Dinas Damkar Pemadam Kebakaran dan
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM saja. c.
Departemenlisasi Matriks Dalam koordinasi tipe departemenlisasi matriks dilakukan pengelompokan
suatu struktur yang menciptakan lini rangkap dari wewenang atau menggabungkan lini tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam koordinasi bencana bidang kesehatan,
departemenlisasi matriks dilakukan pada saat pembentukan satgas bencana. Berikut pendapat informan:
Tabel 4.14. Pendapat Informan tentang Koordinasi Horizontal tentang Departemenlisasi Matriks Pembentukan Satgas
No Informan
Pendapat
1. Ka. Dinas
Kesehatan Tahun lalu sebenarnya sudah pernah kita membentuk satgas.
Sekarang ini karena ada bencana lagi dan erupsi ini ditetapkan sebagai masa tanggap darurat maka dibentuklah Komando
Tanggap Darurat. Dinas Kesehatan sebagai koordinator bidang kesehatan. Dengan demikian mempermudah dan
meningkatkan pelayanan kesehatan pada penanggulangan bencana saya bentuklah Satgas dengan SK nomor 2.1.1330
SKXI2013. Susunannya memang orang-orang yang ada di Dinas
Kesehatan, tapi tidak semua. Kepala bidang sekaligus koordinator di satgas. Jadi, semua dwifungsi. Ketika dia
melakukan tugas nya sebagai satgas, maka sekaligus juga dia melaksanakan tugas rutinnya, karena itu semua terkait.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Lanjutan No
Informan Pendapat
Mereka akan bertanggung jawab kepada saya sebagai Kepala Dinas sekaligus Penanggung jawab Satgas ini. Di antara
mereka tentu harus ada koordinasi juga, karena saling terkait dan objeknya sama yaitu pengungsi.
Tidak ada kita utus satu orang untuk bisa menghubungkan kita dengan instansi lain. Ada media center, kita juga sudah
membuat posko di Media Center. Setiap laporan seperti yang sakit, meninggal, atau dirujuk, semua dilaporkan ke bagian
pelaporan kemudian di bawa ke Media Center dan dipublikasikan melalui internet. Begitu setiap hari.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan tahun sebelumnya satgas sudah pernah dibentuk, berhubung erupsi yang terjadi merupakan masa tanggap darurat maka
dibentuk Komando Tanggap Darurat, dimana Dinas Kesehatan sebagai Koordinator Bidang Kesehatan. Kemudian Kepala Dinas Kesehatan membentuk Satgas dengan
SK Nomor 2.1.1330SKXI2013. Susunannya terdiri atas staf pegawai Dinas Kesehatan, namun tidak semua. Kepala Bidang menjadi coordinator satgas. Dan
mereka menjalankan dwifungsi tugas disamping sebagai satgas mereka juga sebagai pegawai dinas kesehatan dan secara keseluruhan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas Kesehatan. Dan antar coordinator satgas juga saling menjalin koordinasi. Dinas kesehatan tidak mengutus staf pegawai untuk menjalin hubungan
dengan instansi lain karena sudah ada posko di media center yang menjembatani setiap koordinasi.
Pembentukan satgas bencana dilakukan agar dapat mempermudah kegiatan pengkoordinasian sesama staf di Dinas Kesehatan untuk penanggulangan bencana
erupsi Gunung Sinabung. Selain itu, pembentukan satgas dapat memperjelas tugas
Universitas Sumatera Utara
dan fungsi staf di Dinas Kesehatan khususnya untuk penanggulangan bencana. Sayangnya, dalam dokumen SK tanggap darurat tidak diuraikan job description
masing-masing bagian padahal tugas dari anggota satgas juga dwifungsi yaitu melaksanakan tugas penanggulangan bencana sekaligus bertanggungjawab dengan
tugas rutin sehari-hari. Dalam satgas tidak dibentuk seksi yang khusus untuk menghubungkan staf
dan bagian dalam internal satgas maupun eksternal di luar Dinas Kesehatan dengan SKPD atau instansi lain. Namun, yang berperan dalam kegiatan tersebut adalah
koordinator pelaporan yang berfungsi untuk menerima laporan dari setiap koordinator bidang dan koordinator wilayah Kepala Puskesmas dan menampilkannya di Posko
kesehatan dan media center.
4.2.3 Koordinasi Diagonal
Koordinasi diagonal adalah jenis koordinasi yang sangat penting dalam penanggulangan bencana karena melibatkan banyak pihak yang berperan dalam
penanggulangan bencana bidang kesehatan. Koordinasi ini menjelaskan bagaimana hubungan Dinas Kesehatan dengan instansi atau SKPD lain yang terlibat. Bagaimana
melakukan kerjasama dan melaksanakan kegiatan bersama. Berikut pendapat informan:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Pendapat Informan tentang Koordinasi Diagonal No
Informan Pendapat
1. Ka. Dinas Kesehatan
Penanggung jawab Satgas Hubungan kita dengan SKPD atau instansi
lain dalam penanggulangan bencana erupsi Sinabung ini menurut saya baik. Kita selalu
berkoordinasi dalam rapat rutin setiap hari pukul 14.00. Pada saat itu dibicarakan apa
yang dibutuhkan khususnya dari kita dengan kesehatan. Hanya saja jarang ada kegiatan
yang dilakukan bersama, paling kalau ada yang perlu dengan kita, misalnya merujuk,
bawa pasien, minta masker, biasanya datang ke sini, atau dilaporkan ke media center, nanti
media center menghubungi kita. Komunikasi lebih cepat sekarang karena kita masing-
masing Kepala Dinas diberi HT jadi bisa kita dengar apa saja yang terjadi di luar sana.
Kalau dengan RSUD Kabanjahe kita kan satu tim tanggap darurat, meskipun berbeda
dengan Rumah Sakit tapi kita sama. Kalau dengan Dinas Provinsi saya selalu
berkoordinasi, saya tanya itu, situasi saya begini, apa sebaiknya saya lakukan. Apalagi
waktu di awal ya, kebutuhan masker meningkat, dana tidak ada, obat mulai
menipis, saya konsultasikan itu. Saya juga tidak mau bertindak asal sesuai dengan
keinginan saya. Sejauh ini Provinsi cukup membantulah. Demikian juga dengan
Kementerian ya, banyak membantu, PPKK sudah turun, membantu imunisasi bersama
Provinsi, kemarin turun untuk kesehatan jiwa, ada lagi turun untuk memeriksa sarana dan
prasarana kesehatan. Kita selalu membina hubungan baik. Pada kasus awan panas itu,
anggota saya dari Dinkes pun turut ke sana, membantu membawa korban dan membawa
ambulan. Ikut merujuk juga. Kita gabung dengan relawan, Basarnas, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Lanjutan No
Informan Pendapat
2 Ka.bid.Yankes
Koord. Logistik Menurut saya, rapat rutin yang kita ikuti
setiap hari dan rapat-rapat yang diprakarsai oleh Pemda itu kan untuk membantu
membina hubungan dengan SKPD yang berbeda. Sejauh ini, tidak ada masalah
karena apapun kebutuhan dari bidang kesehatan.
3 Ka.Bid.Kesga
Koord.Ketenagaan Kalau kaitannya dengan instansi lain itu
sudah menjadi kewenangan Kepala Dinas, kita mengikuti arahan saja. Mengenai
koordinasi, tidak mungkin kita jamin semua baik, pasti ada saja hambatannya. Tapi
sejauh ini saya tidak ada mendengar yang kurang enak.
Kepala Dinas Kesehatan menyampaikan bahwa terjalin hubungan yang baik
dengan SKPD dan instansi lain. Rapat rutin dilakukan setiap hari pada pukul 14.00 untuk membicarakan apa yang diperlukan khususnya dari Dinas Kesehatan. Kegiatan
yang dilakukan bersama jarang dilakukan. Kegiatan dilakukan melalui komunikasi untuk dilaporkan untuk memenuhi kebutuhan di pengungsian karena masing-masing
kepala SKPD diberikan Handy Talky HT sehingga memudahkan dalam menyampaikan informasi. Pihak kementerian dan provinsi juga turut membantu.
Sehingga membina hubungan yang baik antar instansi. Senada dengan Kepala Dinas, Ka.bid. Yankes Koord. Logistik juga
menyatakan terbina hubungan yang baik dengan SKPD yang lain melalui rapat-rapat yang ada sehingga menurut beliau tidak ada masalah.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi hal yang sedikit berbeda disampaikan oleh Ka.Bid.Kesga Koord. Ketenagaan dimana hubungan dengan instansi lain merupakan wewenang dari
Kepala Dinas, dan kendala pasti ada tetapi tidak menjadi masalah. Semua informan memiliki pendapat yang sama tentang hubungan mereka
dengan instansi dan SKPD lain yang berjalan dengan baik. Berdasarkan telaah dokumen dalam Perka penanggulangan bencana nomor 4 tahun 2008, dijelaskan
keterkaitan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD terkait dalam tim yaitu : 1. Kodim 0205 yaitu institusi yang memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan dalam bidang operasi di lapangan. 2. Polres yaitu institusi yang mengendalikan situasi keamanan sejak kesiapsiagaan
hingga tanggap darurat selesai. 3. Dinas Sosial, yaitu institusi Pemerintah yang menangani bidang kesejahteraan
dalam membantu masyarakat yang dilanda bencana. 4. Dinas Kesehatan: melakukan upaya penanganan krisis kesehatan yang meliputi
pelayanan kesehatan di pos kesehatan, puskesmas, pustu, RS rujukan dan lain- lain.
5. Dinas Pekerjaan Umum PU yaitu institusi yang menyediakan sarana dan perhubungan guna membantu upaya penanganan bencana dan kedaruratan.
6. Kesbang Linmas sebagai lembaga terkait 7. Dinas Komunikasi PDE Pusat Data Elektronik adalah memberikan informasi
situasi keadaan bencana.
Universitas Sumatera Utara
8. Search and Rescue SAR, adalah lembaga yang bertugas dalam hal melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap orang yang mengalami
musibah atau diperkirakan hilang dalam suatu bencana. 9. Palang Merah Indonesia PMI, adalah lembaga yang bertugas untuk membantu
masyarakat dalam meringankan penderitaan masyarakat yang dilanda bencana. 10. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG, adalah institusi
Pemerintah yang memberikan informasi tentang perkembangan cuaca, gempa bumi dan aktivitas gunung berapi.
Dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung, elemen-elemen di atas memang turut berperan.
4.2.4 Koordinasi Fungsional
Tim fungsional silang adalah membentuk beberapa tim yang saling memiliki keterkaitan antara satu tim fungsional dan tim fungsional lainnya dengan cara bekerja
sama. Tabel 4.16. Pendapat Informan tentang Koordinasi Fungsional
No Informan
Pendapat
1. Ka.Dinas Kesehatan
ICS yang memimpin komando tanggap darurat, dia sudah ditunjuk oleh Bupati melalui SK Tanggap
darurat, jadi kita harus hormati. Meskipun kita sipil dan dia dari militer, tidak ada bedanya, sama saja
tetap mampu memimpin kita, kitapun harus sama- sama untuk penanggulangan bencana ini. BPBD Karo
belum ada pada waktu itu, jadi kita koordinasi langsung dengan pemda dan komando tanggap
daruratnya. Dapat dilihat dengan adanya rapat rutin yang kita ikuti. Sekarang BPBD Karo sudah ada,
sepertinya semakin baik dan saya yakin ke depan juga baik.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Dinas kesehatan menyampaikan bahwa Pemimpin Komando tanggap darurat adalah ICS yang ditunjuk oleh Bupati melalui Surat Keterangan SK
Tanggap darurat. Dikarenakan pada saat itu BPBD Karo belum terbentuk. Siapapun yang memimpin sama saja.
Dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung dibentuk Tim Komando tanggap darurat penanggulangan bencana dengan Keputusan Bupati Karo
Nomor: 361032Bakesbang2013 tentang penetapan status tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung dan pembentukan Tim Tanggap Darurat erupsi Gunung Sinabung
tahun 2013. Dinas Kesehatan maupun SKPD dan instansi lain yang berkaitan lebih banyak berurusan dengan Komando tanggap darurat dikarenakan pada awalnya
BPBD Karo belum terbentuk. Namun, dengan SK Nomor 1 tahun 2014 ditetapkanlah pembentukan BPBD Karo pada Januari 2014.
4.2.5 Faktor yang Mempercepat dan Menghambat Koordinasi
Suatu koordinasi selalu dihadapkan pada hal-hal yang dapat mempercepat dan menghambat pelaksanaan koordinasi. Berikut pendapat informan mengenai hal
tersebut.
Tabel 4.17. Pendapat Informan tentang Hal yang Menghambat dan Mempercepat Proses Koordinasi
No Informan
Pendapat
1. Ka.Dinas Kesehatan
Rasa persaudaraanlah yang mempercepat semua kerja kita ini. Itu semua masyarakat Karo, ya kita juganya
itu. Dan lagi staf saya, mendukung kegiatan kita, padahal pada awalnya kita tidak punya dana dan biaya
operasional, tapi semua mau. Itu karena moralitas, namanya juga bencana. Memang, karena ini bencana
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17. Lanjutan No
Informan Pendapat
lama sekali ya, belum tahu bagaimana ke depannya, ada rasa jenuh. Kadang saya merasa anggota saya
kurang menangkap maksud saya, tetapi saya usahakan selalu memberikan argumen. Banyak orang yang
dihadapi, banyak tamu dari mana-mana, semua harus kita hadapi. Tapi kalau semua staf mendukung pasti
lebih baik. Sebelumnya sudah pernah terjadi seperti ini, jadi sudah berpengalaman.
2 Ka. Bid Yankes
Koord. Logistik Yang membantu kita adalah rasa persaudaraan, jadi
apapun yang terjadi kita usahakan untuk memberi yang terbaik. Di awal-awal memang sulit, meraba-
raba, sekarang sudah mulai terbiasa, banyak pihak yang membantu, Dinas Provinsi memberikan
masukan, Kementerian juga membantu, jadi lebih baiklah.
3 Ka. Rumah Sakit
Umum Kabanjahe Kitakan bersaudara, kita juga ada aron yang artinya
gotong royong, itulah yang membantu kita. Tidak ada kita pikirkan dana, pokoknya kalau perlu rujuk, kita
siap menerima.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan, salah satu hal yang dapat mempercepat penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung adalah rasa persaudaraan atau gotong
royong aron yang tinggi pada masyarakat, karena setiap kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan mendapat dukungan dari masyarakat Karo. Menurut Kepala Dinas
Kesehatan, bencana yang berlangsung cukup lama semakin mengeratkan persaudaraan di tempat pengungsian walaupun kadang apa yang diinginkannya tidak
sesuai dengan yang dilakukan staf Dinas Kesehatan. Namun, Kepala Dinas Kesehatan tetap berusaha untuk memberikan argumen atau alasan yang dapat diterima semua
pihak. Banyak permasalahan yang harus dihadapi Kepala Dinas Kesehatan, tetapi dengan dukungan staf semua dapat berjalan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Bidang Yankes dan Kepala Rumah Sakit tentang rasa persaudaraan yang membantu dan budaya “Aron” yang
artinya gotong royong. Rasa persaudaraan menjadi faktor utama yang membantu pelaksanaan
penanggulangan bencana. Aron atau gotong royong merupakan salah satu faktor yang mendukung dan mempercepat pelaksanaan koordinasi. Mereka merasa bahwa
masyarakat yang mengungsi adalah saudara sendiri karena merupakan saudara semarga atau senina. Untuk itu mereka melakukan segala upaya untuk membantu
masyarakat yang ada di pengungsian. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah kurangnya komunikasi
antara Dinas Kesehatan dengan instansi lain seperti PMI, Basarnas, dan lain-lain. Ini tampak dari hasil wawancara, bahwa setiap keperluan yang berhubungan dengan
kesehatan instansi lain tidak langsung berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan tetapi berkoordinasi melalui media center, yang kemudian media center yang
menyampaikan segala keperluan yang berhubungan dengan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Pendapat ICS, Basarnas, PMI, dan Camat tentang Koordinasi dengan Dinas Kesehatan
No Informan
Pendapat
ICS Dandim 0205
AsepSukarna Secara umum menurut saya, dan menurut yang saya
dengar dari tim saya, Dinas Kesehatan sudah memberikan pelayanan yang terbaik. Kita tidak ada masalah dalam
pelayanan atau ada pengungsi yang tidak ditangani. Meskipun saya dari kalangan militer, tidak ada rasa
enggan atau kurang kooperatif. Setiap masalah selalu punya jalan keluarnya. Itulah fungsi dari rapat rutin yang
tiap hari kita laksanakan.
2 PMI A.
Silalahi Ya, sebenarnya koordinasi antar semua instansi secara
umum berjalan baik. Tapi pada awalnya Dinkes tidak ada poskonya, baru waktu SBY mau datang, poskonya ada,
dan datanya bisa kita lihat. Khusus untuk Dinkes ya itu tadi, kita tidak bisa membuat kerja sama tentang konseling
reproduksi. Sebenarnya kerja sama kita hanya sebatas rapat rutin setiap hari. Dan yang berhubungan dengan
kesehatan biasanya kita komunikasikan lewat media center, apalagi posko kesehatan tidak ada pada awalnya.
Memang kalau pelayanan kesehatan selalu ada, kita akui itu, tetapi kurang pemantauan, contohnya penemuan
imunisasi campak, kurang tanggap, bahkan ada yang sudah mulai sembuh. Itu dibuktikan dengan hasil
penemuan dokter spesialis anak dari PMI. Kita dan Dinas Kesehatan harusnya bentuk suatu tim, yaitu untuk
memeriksa sanitasi di pengungsian, mengatur dan mengevaluasi kelayakan tempat pengungsi. Itu kan ada
MOU nya, tapi gak dijalankan, padahal sudah kita komunikasikan ke ICS, tapi kurang mendapat tanggapan.
3 Basarnas
Banyak instansi yang berperan saat ini, berbeda dengan dulu yang lebih koordinatif. Memang bencana sekarang
lebih besar dan lebih lama. Menurut saya, banyak lembaga bekerja masing-masing. Memang untuk Dinkes, kita
banyak bekerja sama apalagi waktu kejadian korban awan panas kemarin. Yang dapat masuk ke lokasi adalah kita,
terus kita masukkan ke ambulan dari siapa saja yang ada, termasuk Dinkes. Korban yang hidup kita bawa ke RS
Evarina dan yang meninggal ke Rumah Sakit Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Lanjutan No
Informan Pendapat
Soal alasan saya tidak tahu, yang penting kami diarahkan begitu. Kemudian, kalau ada yang sakit meminta dirujuk
kita bawa dengan ambulan kita, diantar ke rumah sakit. Memang paling banyak ke Evarina karena mungkin
fasilitasnya lebih lengkap.
4 Camat
Tiganderket Pak Baron
Secara fisik memang keadaan pengungsi khususnya masyarakat saya, penduduk kecamatan tiganderket yang
mengungsi, kelihatannya memang baik, kalaupun ada yang sakit itu biasanya karena ada penyakit bawaannya.
Kalau perawat dan bidan, mereka selalu ada 24 jam, dokterpun ada, ambulans ada. Tapi perlu diperhatikan
kelompok rentan karena sangat rawan dengan ISPA dan penyakit perut seperti diare. Lihatlah tempat mereka
mengungsi, di Jambur misalnya, itukan tempat pesta, dijadikan tempat untuk tidur, harusnya kan sudah ada alat
hisap dan buang udara. Jarak tempat masak dengan tempat tinggal kan harusnya ada aturan jaraknya, kamar mandi
dekat dengan pengungsi dan tempat masak. Yang paling penting lagi, tempat pembuangan limbah sembarangan
dan dekat dengan aktivitas pengungsi. Perlu dilakukan penyuluhan sebenarnya untuk menjaga perilaku yang
sehat. Tapi tidak ada, penyuluhannya. Mestinya gizinya diperhatikan biar tetap sehat, hanya tidak nampak. Paling
tidak, ada yang mengingatkan pengungsi, atau mengusulkan ke BNPB, atau bagaimanalah, saya juga
sudah sampaikan sebenarnya.”
5 Sekretaris
BPBD Karo mantan
Koordinator Media center
Koordinasi kita dalam bentuk laporan dan data-data. Memang dulu susah memintanya dari Dinas Kesehatan
apalagi belum ada poskonya. Tapi, sejak Desember kemarin sudah ada kita buat di website media center
tentang data kesehatan. Kadang memang terlambat, tapi kalau kita menelepon biasanya sudah datang.
Menurut Dandim 0205, Asep Sukarna selaku ICS, koordinasi dengan Dinas Kesehatan secara umum Dinas Kesehatan sudah memberikan pelayanan yang baik.
Tidak ada masalah yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan atau ada pengungsi
Universitas Sumatera Utara
yang tidak ditangani. Hal ini dapat terjadi karena rapat rutin yang dilakukan setiap hari sehingga tidak ada rasa enggan dan tidak kooperatif.
Hal yang sama juga disampaikan Bapak A. Silalahi dari PMI, secara umum koordinasi berjalan dengan baik. Meskipun pada awalnya Dinas Kesehatan tidak
memiliki posko, kemudian Presiden SBY datang sehingga ada posko dan dapat diakses data. Koordinasi dapat dikatakan hanya sebatas rapat rutin saja. Kerjasama
dalam membuat konseling reproduksi tidak dapat berjalan walaupun sudah dikomunikasikan dengan ICS. Tetapi dalam pelayanan kesehatan, dinas kesehatan
selalu ada. Basarnas menyatakan bahwa koordinasi terjalin lebih baik lagi dengan
instansi yang lain. Dengan Dinas Kesehatan juga terjalin terutama pada saat menangani korban awan panas.
Menurut Camat Tigan Nderket pelaksanaan pelayanan dari Dinas Kesehatan terlihat baik, hanya kurang dalam memperhatikan kondisi pengungsi seperti jarak
antara tempat masak dengan kamar mandi dan tempat tidur serta pembuangan limbah sampah, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan.
Sekretaris BPBD Karo mantan Koordinator Media center mengatakan bahwa pada awalnya sulit dalam meminta data dari Dinas Kesehatan dikarenakan
belum ada posko. Namun sekarang sudah berjalan lancar dimana pihak dinas kesehatan selalu standby apabila dipanggil.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum di lapangan Dinas Kesehatan telah melakukan pelayanan yang maksimal untuk penanggulangan bencana. Koordinasi internal juga kurang berjalan.
Pada awal masa tanggap darurat sepertinya terjadi kurang koordinasi dengan instansi lain. Hal itu juga didukung pernyataan dari Dinas Kesehatan yang mengakui bahwa
ada kesulitan di awal-awal masa tanggap darurat. Dalam beberapa hal terlihat ada perbedaan pendapat pada informan, khususnya PMI. Menurut PMI seharusnya ada
tim bersama yang dibentuk antara Dinas Kesehatan dan PMI dalam penanggulangan bencana karena PMI dan Kementerian Kesehatan sudah memiliki Memorandum of
Understanding MoU tentang bencana. Menurut Bapak Silalahi tim tersebut menangani tentang kesehatan reproduksi dan pemantauan sanitasi, gizi dan perilaku
pengungsi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014
Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin
terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak bencana. Kata terpadu dalam penanggulangan bencana penting karena masalah yang ditimbulkan terkait dengan
berbagai sektor yang multi kompleks. Demikian juga halnya dengan penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung, Ada banyak instansi, SKPD dan LSM yang turut
serta dalam penanggulangan bencana sesuai dengan bidangnya masing-masing. Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo pada April 2014.
Dalam penelitian ini juga dilakukan triangulasi sumber dengan ICS, BPBD, PMI, dan Basarnas. Tugas dan fungsi Dinas Kesehatan diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan KMK nomor 145 tahun 2007 tentang pedoman kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan dimana Dinas Kesehatan bertanggung
jawab di tingkat Kabupaten. Kebutuhan akan tenaga kesehatan dan koordinasinya dengan instansi lain diatur dalam KMK Nomor 66 Tahun 2006. Depkes RI 2002
mengatur tentang koordinasi yang dilakukan secara terintegrasi dengan sektor terkait pada tahap pra bencana, pasca bencana, dan pada tanggap darurat. Fungsi yang
84
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan adalah dominan fungsi komando karena penelitian dilakukan pada masa tanggap darurat bencana.
5.2 Koordinasi Vertikal
Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada
di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi
vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur Hasibuan, 2011.
Sistem komunikasi vertikal terjadi dan berlangsung dari atas maupun dari bawah. Komunikasi dari atas terjadi saat manajer mengadakan komunikasi dengan
para bawahannya dari jenjang yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah. Sebaliknya, komunikasi dari bawah terjadi manakala bawahan mengadakan kontak
lisan maupun tertulis dengan manajer ataupun juga dapat terjadi antara manajer pertama dengan manajer menengah dan seterusnya Herlambang, 2013.
Koordinasi vertikal dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung dilakukan dalam lingkup Satuan tugas Bencana dan Dinas Kesehatan. Bentuk dari
rantai vertikal ini adalah rantai komando, rentang pengawasan, pendelegasian, dan sentralisasi-desentralisasi.
Universitas Sumatera Utara
5.2.1 Rantai Komando
Dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung, koordinasi dalam bentuk rantai komando sangat dibutuhkan. Pada saat bencana berlangsung keputusan
yang cepat dan efektif lebih dibutuhkan dari pada adu pendapat. Kepala Dinas Kesehatan memiliki wewenang untuk memberikan keputusan yang harus dipatuhi
oleh anggota satgas. Kegiatan rantai komando dapat terlihat dengan dibentuknya SK satgas di
Dinas Kesehatan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Dalam penelitian ini yang menjadi puncak komando adalah Kepala Dinas sesuai dengan SK Satgas
yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan nomor 2.1.1330SKXI 2013 menetapkan Ka.Dinas Kesehatan sebagai komando dibantu oleh koordinator bidang.
Jabatan sebagai Kepala Dinas Kesehatan juga menjadikan Beliau sebagai pemberi perintah dan arahan dimana bawahan akan memberikan laporan kegiatan kepadanya.
Hal ini sudah sesuai dengan KMK nomor 145 tahun 2007 tentang pedoman penanggulangan bencana yang diberikan tanggung jawab kepada Kepala Dinas
Kesehatan dalam skala bencana di tingkat Kabupaten. Selain itu, pelaksanaan koordinasi dengan membentuk komando di Dinas Kesehatan sudah sesuai dengan
yang tertuang dalam KMK nomor 066 Tahun 2006 yaitu Penanggung jawab pelayanan kesehatan penanggulangan bencana serta penanganan pengungsi
KabupatenKota adalah Kepala Dinas KabupatenKota dan pelaksanaan tugas penanggulangan krisis akibat bencana di lingkungan Dinas Kesehatan
KabupatenKota dikoordinir oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Dinas.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Komando ini sangat dibutuhkan ketika Kepala Dinas Kesehatan harus memberikan keputusan yang mendesak untuk dilaksanakan oleh stafnya. Misalnya
dalam pembagian tugas seperti yang diberikan dalam bentuk Satgas, Kepala Dinas Kesehatan berhak memerintahkan staf yang menurutnya mampu mengemban tugas
khusus di Satgas. Selain itu fungsi komando ditunjukkan ketika terjadi awan panas tanggal 2 April 2014 yang menewaskan 17 orang. Hal ini menuntut Kepala Dinas
untuk segera mengirimkan tenaga kesehatan dan mobil ambulans menuju lokasi kejadian.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan tidak ada masalah yang signifikan yang ia rasakan dalam kaitan keputusan atau perintah yang dibuat. Beliau merasa bersyukur
karena staf dan koordinator bidang saling mendukung dan berusaha menjalankan tugas dan fungsi yang diemban sebagai Satgas Kesehatan. Namun, Beliau juga tidak
memungkiri bahwa perbedaan pendapat juga argumentasi pernah dialami karena perbedaan pendapat dan pandangan, tapi tidak sampai mengganggu kegiatan
penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana terutama pada saat tanggap darurat harus ada satu kesatuan perintah unity of command dari seseorang kepada
orang lain yang bertanggung jawab kepadanya, sehingga dilaksanakan jelas dan tidak membingungkan Rowland, 2004
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Imran 2012 yang mengatakan bahwa dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Merapi, faktor kepemimpinan sangat
berperan karena keputusan yang diambil bersifat tegas, cepat dan tanggap sehingga dapat mengurangi timbulnya korban.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Rentang Pengawasan
Pengawasan dilakukan untuk dapat mengarahkan anggota secara efektif dan efisien. Kepala Dinas melakukan pengawasan melalui laporan pertanggungjawaban
kegiatan dari tim satgas dan anggotanya. Tim satgas juga melaporkan perkembangan dan tindakan yang dilaksanakan satgas dalam penanggulangan bencana di lapangan.
Rentang pengawasan ini dibutuhkan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan sudah benar-benar efektif dan efisien Handoko, 2003.
Sejauh ini pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan Satgas bencana di Dinas Kesehatan sudah berjalan. Tidak ada pengungsi yang tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian. Hal ini juga didukung oleh pendapat ICS Komando Tanggap Darurat Bapak Asep Sukarna yang menyatakan
bahwa sejauh ini tidak ada ditemukan masalah terkait dengan pelayanan kesehatan karena dalam setiap pos pengungsi selalu ada pos kesehatan.
Namun rentang pengawasan yang dilakukan Kepala Dinas Kesehatan maupun Kepala Bidang pada level di bawahnya seperti puskesmas masih belum maksimal.
Pengawasan tidak setiap hari dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan. Pihak Dinas kesehatan turun ke lapangan jika ada laporan tentang kekurangan obat atau makanan
tambahan atau yang lainnya. Seperti halnya diungkapkan Kepala Puskesmas Brastagi yang mengatakan bahwa seharusnya dengan pengawasan, dapat diketahui kebutuhan
yang harus dipenuhi di lapangan. Pada kenyataannya, membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan respon dari Dinas Kesehatan. Puskesmas lebih banyak
melakukan inisiatif sendiri dalam mengatasi masalah yang ada di pengungsian.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya saja Kepala Puskesmas Tiganderket untuk mengatasi kekurangan obat Beliau meminta bantuan ke teman-teman sejawatnya, karena jika menunggu proses
dari Dinas Kesehatan membutuhkan waktu yang lama. Lemahnya pengawasan juga terlihat dari bantuan yang masuk tidak melalui
proses pemeriksaan terlebih dahulu karena bantuan dapat langsung diberikan kepada pengungsi. Tentu hal ini akan berbahaya bila ada bantuan yang tidak layak. Masalah
yang lain adalah bantuan susu dan makanan untuk bayi dan balita yang cukup banyak. Padahal tidak semua Ibu menyusui membutuhkan susu formula dan PMT di
pengungsian karena program pemerintah mengenai ASI Eksklusif Depkes, 2008. Beban pengawasan di tingkat Pos Pengungsian lebih banyak dilakukan oleh
Puskesmas dari pada Dinas Kesehatan karena jumlah pengungsi yang cukup banyak. Oleh karena itu peran Puskesmas sebenarnya sangat penting dalam menilai apakah
sumbangan dan kegiatan yang menyangkut kesehatan tidak membahayakan. Namun kebanyakan ijin pelaksanaan kegiatan diberikan oleh Koordinator Pengungsi dan
Puskesmas tidak ingin terlalu ikut campur dengan hal ini dikarenakan Koordinator Pengungsi adalah orang yang paling didengarkan oleh pengungsi. Hal itu bisa terjadi
karena pengungsi merasa sangat dibantu oleh coordinator untuk menyediakan makanan dan tempat bagi pengungsi.
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka Puskesmas selalu menyediakan tenaga kesehatan di lokasi pos kesehatan dan turut serta berperan
dalam kegiatan yang dilakukan oleh LSM maupun donatur. Bentuk pengawasan
Universitas Sumatera Utara
seperti ini dirasa lebih baik dari pada harus meminta donatur maupun LSM meminta izin ke Dinas Kesehatan karena lokasi pengungsian yang cukup banyak.
5.2.3 Pendelegasian Wewenang
Menurut Herlambang 2013, pendelegasian wewenang adalah proses dimana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang yang melaporkan
kepadanya. Ada 4 kegiatan yang terjadi ketika delegasi dilakukan : 1.
Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahannya.
2. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan tugas. 3.
Penerimaan delegasi baik secara implisit atau eksplisit, menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.
4. Pendelegasian penerimaan pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang
dicapai. Pendelegasian wewenang mendorong tercapainya keputusan yang lebih baik
dalam berbagai hal. Adanya pendelegasian wewenang kepada bawahan, misalnya dalam hal dimana bawahan mengetahui keadaannya, maka akan mendorong hasil
yang lebih baik. Karena dilimpahkan kepada orang yang mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan.
Dalam setiap kejadian bencana biasanya menimbulkan banyak korban. Untuk itu dibutuhkan keputusan yang cepat untuk mengatasi situasi bencana yang sangat
dinamis Imran, 2012. Bencana erupsi Gunung Sinabung memang tidak
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan banyak korban jiwa namun jumlah pengungsi yang sangat banyak yaitu 28.715 jiwa 9.045 KK dengan jumlah sebanyak 1.620 jiwa kelompok rentan lansia,
204 jiwa ibu hamil dan 884 jiwa balita dengan titik pengungsian mencapai 42 titik. Untuk menyelesaikan masalah kesehatan akibat bencana dibutuhkan
ketegasan dari seorang pemimpin. Namun mengingat banyaknya jumlah pengungsi dan titik pengungsian, tidak mungkin dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
seorang diri saja, namun harus didukung oleh Kepala Bidang dan Kepala Puskesmas. Dinas Kesehatan dalam satgas penanggulangan bencana telah membagi tugas dalam
bentuk bidang untuk mempertajam pembagian tugas. Tim satgas tersebut dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan yaitu Dr.Jansen
Peranginangin, MM dengan Nomor: 2.11330SKIX2013 tentang Satuan Tugas Tim Kesehatan Tanggap Darurat Penanganan Bencana Gunung Sinabung Kabupaten Karo
Tahun 2013 dan Beliau menjadi penanggung jawab, Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2PL sebagai Ketua Tim Sekretariat,
Kepala Bidang Penyuluhan dan PSM sebagai Sekretaris dan Koordinator bidang terdiri dari: ketenagaan, logistik, ambulans dan mobil operasional, sanitasi, laporan
data dan informasi. Kepala Puskesmas menjadi Koordinator di wilayah kerjanya masing-masing. Namun sayangnya dalam satgas tersebut tidak ada Standar
Operasional Prosedur SOP tertulis dan sebahagian Kepala Puskesmas tidak mengetahui menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kesehatan di pengungsian
karena adanya SK Tim Satuan Tugas tersebut. Mereka hanya berada di wilayah kerjanya.
Dengan adanya koordinator dalam satgas, sekaligus menjadi salah satu bentuk pendelegasian wewenang yang dimiliki oleh Kepala Dinas Kesehatan untuk
dilaksanakan oleh Kepala Bidang dan Kepala Puskesmas untuk dilaksanakan pada
Universitas Sumatera Utara
bagian masing-masing. Hal itu juga ditegaskan oleh pendapat dari Kepala Puskesmas Brastagi, Payung, dan Tiganderket yang menyatakan bahwa mereka ditugaskan
sebagai koordinator pos kesehatan di lokasi pengungsian yang ada di wilayah kerja masing-masing. Mereka bertanggung jawab terhadap kebutuhan pengungsi.
Kepala Puskesmas sering berhubungan dengan pihak koordinator pengungsi, donator, instansi lain yang berhubungan dengan kesehatan di lokasi pengungsian dan
melakukan rujukan ke rumah sakit daerah maupun swasta. Pada dasarnya mereka dapat menyelesaikan tugas yang diemban. Pendelegasian wewenang oleh Kepala
Dinas Kesehatan terhadap Puskesmas sesuai dengan KMK Nomor 066 Tahun 2006 yaitu menghubungi Puskesmas di sekitar bencana untuk mengirimkan dokter,
perawat, dan peralatan, dan peralatan yang dibutuhkan termasuk ambulans ke lokasi bencana.
Kepala Puskesmas juga dapat bekerjasama dengan instansi lain terkait bencana dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan. Sebagai contoh, Kepala Puskesmas
Brastagi menjalin kerjasama untuk memenuhi pelayanan kesehatan pengungsi bekerjasama dengan LSM swasta American Care. Kepala Puskesmas Tiganderket,
berinisiatif menghubungi dan meminta bantuan rekan sejawatnya untuk memenuhi kebutuhan obat yang kurang pada awal bencana.
Koordinasi dalam bentuk pendelegasian wewenang sangat membantu mempercepat penyelenggaraan usaha penanggulangan bencana yang dilakukan
apalagi jika semua tim satgas memiliki keterpaduan tujuan yaitu memenuhi pelayanan kesehatan di pengungsian. Menurut Rowland, 2004 koordinasi
Universitas Sumatera Utara
merupakan proses pengintegrasian penggabungan yang padu dari semua tujuan dan kegiatan anggota satuan-satuan yang letaknya boleh terpisah berjauhan di lingkup
organisasi masing-masing, supaya dapat menghasilkan suatu hasil optimal yang disetujui bersama Rowland, 2004.
5.2.4 Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi adalah jika sebagian besar wewenang kekuasaan masih tetap dipegang oleh manajer puncak atau hanya sebagian kecil wewenang yang
didelegasikan ke seluruh struktur organisasi, sedangkan desentralisasi adalah jika sebagian kecil wewenangkekuasaan dipegang oleh manajer puncak, atau sebagian
besar wewenang manajer puncak didelegasikannya kepada seluruh struktur organisasi Hasibuan, 2011.
Sentralisasi dan desentralisasi dilakukan pada situasi tertentu. Dalam hal penanggulangan bencana di tingkat SKPD dan instansi yang setingkat dengan Dinas
Kesehatan atau yang lebih tinggi, kegiatan sentralisasi lebih dominan. Namun untuk kegiatan koordinasi di wilayah kecamatan dan pos pengungsian desentralisasi lebih
dominan. Menurut Kepala Dinas Kesehatan dibutuhkan tanggungjawab yang besar
dalam hal koordinasi dengan instansi yang setingkat dan rapat-rapat dengan Pemda maupun di Media Center. Oleh karena itu peran Kepala Dinas lebih dibutuhkan. Jika
kegiatan harus dilimpahkan maka harus dengan sepengetahuan Kepala Dinas Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Fakta di lapangan menunjukkan pelaksanaan sentralisasi dan desentralisasi tidak berjalan dengan baik. Berdasarkan KMK nomor 066 Tahun 2006, Kepala
Puskesmas seharusnya bertanggungjawab untuk melakukan pertolongan pada korban bencana, melaporkan semua kegiatan kepada Dinas Kesehatan, melakukan Rapid
Health Assessment, serta memberikan tanggungjawab kepada Dinas Kesehatan setelahnya. Sementara menurut Kepala Puskesmas Brastagi, ada kekurangan dalam
hal sentralisasi dalam satgas bencana. Dia hanya dapat memberikan angka 5 lima untuk hal ini. Menurut Beliau urusan yang harus dipenuhi dengan Dinas Kesehatan,
dia tidak dapat mengandalkannya dan menunggu dari mereka. Oleh karenanya, Beliau harus lebih kreatif dan berinisiatif agar tidak memakan waktu yang lama untuk
menunggu arahan dan perintah dalam memberikan pelayanan kesehatan di pengungsian.
5.3 Koordinasi Horizontal 5.3.1
Interdisciplinary
Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit
yang satu dengan unit yang lain secara internal maupun eksternal pada unit-unit yang sama tugasnya Hasibuan, 2011.
Koordinasi antar bidang dalam satgas berjalan dengan baik. Hal itu terlihat dengan diadakannya kegiatan bersama-sama yang melibatkan antar bidang. Sebagai
contoh ketika bagian pelayanan kesehatan melakukan kunjungan ke pengungsian
Universitas Sumatera Utara
dalam rangka imunisasi, pada kesempatan yang sama juga bagian ketenagaan dan kesga membagikan PMT dan MP ASI kepada pengungsi. Kegiatan bersama ini hanya
bisa terjadi jika ada komunikasi yang baik antar bidang. Seperti yang tertuang dalam KMK nomor 066 Tahun 2006 bahwa secara internal setiap koordinator bidang dalam
satgas harus saling berkoordinasi untuk menyiapkan dan mengirimkan tenaga, obat dan perbekalan ke lokasi bencana. Selain itu, penanggulangan gizi darurat
berhubungan dengan pelaksanaan surveilans seperti surveilans gizi, dan kegiatan imunisasi.
Koordinasi dalam bidang kesehatan lingkungan, sanitasi dan promosi kesehatan dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke pos pengungsian selain itu
masing-masing koordinator memberikan bahan penyuluhan kepada Puskesmas. Setiap kali diadakan kunjungan dilakukan bersama-sama dengan koordinator lain
sehingga kegiatan yang dilakukan baik berupa penyuluhan, pembagian sumbangan, pemantauan dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan bersama-sama. Hal ini berguna
untuk mengefektifkan waktu sehingga seluruh posko pengungsi dapat dikunjungi. Depkes RI 2002 menyatakan koordinasi adalah upaya menyatupadukan
berbagai sumberdaya dan kegiatan organisasi menjadi suatu kekuatan sinergis, agar dapat melakukan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat kedaruratan
dan bencana secara menyeluruh dan terpadu sehingga dapat tercapai sasaran yang direncanakan secara efektif dan efisien secara harmonis.
5.3.2 Interrelated
Universitas Sumatera Utara
Interrelated adalah koordinasi antar badan instansi; unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantung atau
mempunyai kaitan secara intern atau ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi seperti ini memang dilakukan dengan hati-hati dan perlahan-perlahan karena berkaitan
dengan organisasi lain yang memiliki keterkaitan kerja namun sederajat sehingga tidak dapat saling memerintah Hasibuan, 2011.
Penelitian ini menunjukkan bahwa koordinasi lintas sektor satuan tugas penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung tahun 2014 kurang berjalan dengan
baik. Penyebabnya adalah tidak adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD sehingga menyebabkan penanggulangan bencana di lapangan belum sesuai
dengan Standard Operating Procedure SOP menurut UU Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007.
SOP suatu perangkat instruksi atau langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu Depkes RI, 2004. SOP pada dasarnya adalah
pedoman yang berisi prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah, atau tindakan
dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam suatu organisasi telah berjalan secara efektif, konsisten, standard dan sistematis
Tambunan, 2008. Selain itu Dinas Kesehatan juga tidak melakukan koordinasi dalam hal
penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat dengan membentuk Tim Reaksi Cepat TRC bersama instansi lain. SK Mendagri nomor 131 tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
mengamanatkan adanya TRC, yang anggotanya terdiri atas unsur-unsur Satuan HansipLinmas, TNIPolri, Kesehatan, Kimpraswil, Sosial dan unsur lain yang
diperlukan, dengan tugas melakukan pendataan dan membuat perkiraan kebutuhan darurat secara cepat apabila terjadi bencana di wilayahnya. Namun hal ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya karena berdasarkan fakta di lapangan, Dinas Kesehatan tidak melakukan koordinasi dengan instansi lain yang terkait dalam
penanganan pengungsi, misalnya untuk penyediaan air bersih, sarana MCK, kelayakan tempat tinggal bagi pengungsian, dapur dan lain-lain. Dinas Kesehatan
menganggap masalah tersebut adalah tanggung jawab dari masing-masing instansi yang di berada dalam Tim Satuan Tugas yang dikeluarkan oleh Bupati Karo. Padahal
dalam KMK Nomor : 145 Tahun 2007 Dinas Kesehatan bertanggung jawab terhadap standar pelayanan minimal di pengungsian pada saat bencana, walaupun
dalam pelaksanaannya instansi lain yang melakukan tugas tersebut. Koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Karo berjalan dengan baik. Hubungan kerjasama ditandai dengan kemudahan dalam memberikan rujukan apabila pihak Puskesmas ingin merujuk
pasien. Kemudahan dalam melakukan rujukan tidak hanya diberikan bagi Dinas tapi juga kepada pihak PMI dan Basarnas. Pihak TNI juga menyatakan tidak pernah
mengalami kendala apabila harus melakukan rujukan dan membutuhkan bantuan dari tenaga kesehatan dalam penanggulangan bencana.
Namun agak berbeda dengan yang diutarakan dari PMI. Penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung tahun 2014 melibatkan banyak sektor. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Bapak A. Silalahi dari PMI dan Basarnas, banyaknya instansi yang terkait kali ini kurang terkoordinir karena masih banyak yang bekerja dengan sendiri-sendiri sesuai
dengan bagian masing-masing. Belum terlihat keterpaduan di dalamnya. Hal yang sama juga pernah terjadi pada waktu penanggulangan bencana Erupsi Gunung
Sinabung tahun 2010. Menurut Silalahi 2012 menunjukkan bahwa koordinasi lintas sektor satuan tugas penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung tahun 2010 kurang
berjalan dengan baik, tidak adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD sehingga menyebabkan penanggulangan bencana di lapangan belum sesuai dengan
SOP yaitu: pada pra bencana tidak dilakukan pertemuan-pertemuan secara regular yang berhubungan dengan kesiapsiagaan bencana di Kabupaten Karo. Pertemuan
terjadi saat tanggap darurat, bencana sudah terjadi sehingga fenomena di lapangan menunjukkan setiap sektor bekerja secara sporadis dan sendiri-sendiri tanpa adanya
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Silalahi juga menjelaskan secara struktur kelembagaan pembentukan BPBD
merupakan suatu hal yang sangat mendesak karena untuk mengantisipasi kejadian bencana ke depan agar penanggulangan bencana di pemerintahan Kabupaten Karo
lebih baik lagi. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Karo untuk merealisasikan draft rencana kontijensi penanggulangan bencana Gunung Sinabung dalam bentuk
peraturan daerah serta pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo.
Peran penanggulangan bencana lebih banyak dilakukan oleh Tim Komando Tanggap Darurat. Menurut Silalahi 2012 dalam penelitian terdahulu mengenai
Universitas Sumatera Utara
erupsi Gunung Sinabung tahun 2010, telah mengemukakan bahwa secara struktur dan kelembagaan pembentukan BPBD merupakan sesuatu hal yang mendesak karena
untuk mengantisipasi kejadian bencana ke depan agar penanggulangan bencana di Kabupaten Karo lebih baik lagi. Terbukti dengan dibentuknya BPBD Karo pada
Januari 2014, dalam pandangan Kepala Dinas Kesehatan, keadaan sudah menjadi lebih baik dan lebih mudah dikoordinasikan. Hal itu ditunjukkan pada saat rapat
koordinasi, Dinas Kesehatan dapat memberikan usulan kegiatan untuk penanggulangan bencana bersama dengan BPBD, namun dalam banyak hal BPBD
yang baru terbentuk masih dalam dampingan BNPB sehingga masih belum mampu menjadi komando dalam penanggulangan bencana. Selain itu, SOP juga belum
terbentuk karena masih dalam proses sehingga dalam pandangan peneliti BPBD yang terbentuk masih belum menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan koordinasi antar
instansi yang ada di Kabupaten Karo.
5.3.3 Depatermenlisasi Matriks
Menurut Winardi 1999, departemenlisasi matriks adalah mengelompokkan suatu struktur yang menciptakan lini rangkap dari wewenang, menggabungkan
departemenlisasi fungsional dan produk. Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh manajer produk atau manajer proyek, perlu diciptakan bila suatu
produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
Depatemenlisasi matriks diwujudkan dengan pembentukan satgas bencana yang dilakukan menurut KMK Nomor 145 tahun 2007. Pembentukan satgas bencana
Universitas Sumatera Utara
dilakukan agar dapat mempermudah kegiatan pengkoordinasian sesama staf di Dinas Kesehatan untuk penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung. Selain itu,
pembentukan satgas dapat memperjelas tugas dan fungsi staf di Dinas Kesehatan khususnya untuk penanggulangan bencana. Sayangnya, dalam dokumen SK tanggap
darurat tidak diuraikan job description masing-masing bagian padahal tugas dari anggota satgas juga dwifungsi yaitu melaksanakan tugas penanggulangan bencana
sekaligus bertanggungjawab dengan tugas rutin sehari-hari.
5.4 Koordinasi Diagonal
Menurut Sugandha 1991, koordinasi diagonal yaitu koordinasi antara pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan tingkatan hirarkinya. Koordinasi diagonal
menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan satuan tugas penanggulangan bencana bidang kesehatan dengan instansi, SKPD, lembaga lain dan Komando Tanggap
Darurat. Pada koordinasi ini terjadi kelemahan yaitu kurangnya komunikasi antar instansi sehingga cenderung mengerjakan tugas masing-masing. Padahal dalam UU
penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007 sudah mengamanatkan pentingnya koordinasi dalam penanggulangan bencana.
Kurang efektifnya koordinasi dengan sektor lain terlihat dari pendapat PMI yang menyatakan bahwa seharusnya ada dibentuk Tim kesehatan dan PMI yang
mengurusi kelayakan tempat pengungsian dan kesehatan reproduksi. Selain itu pendapat Kepala Dinas Kesehatan dan Basarnas juga menegaskan bahwa pihak-pihak
Universitas Sumatera Utara
terkait lebih dominan untuk menyelesaikan pekerjaan yang terkait dengan instansinya sendiri. Padahal komunikasi dalam suatu koordinasi mutlak diperlukan.
Dari hasil pengamatan di lapangan, tampak Dinas Kesehatan tidak ikut terlibat dalam memberikan masukan untuk kebutuhan standar pelayanan minimal di
pengungsian seperti berapa jumlah kebutuhan air bersih, MCK, tempat tinggal, dapur dan lain-lain yang diperlukan oleh pengungsi di masing-masing pos pengungsian.
KMK 066 Tahun 2006 menegaskan bahwa Dinas Kesehatan seharusnya berkoordinasi dengan Satlak PB sekarang BPBD RSU, POLRI, TNI dalam hal
rujukan pasien. Handayaningrat 2002 menyatakan bahwa koordinasi dan komunikasi adalah
sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan, karena komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar
ditentukan oleh adanya komunikasi.
5.5 Koordinasi Fungsional