Komunikasi Landasan Teori Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

b. Pembagian Kerja

Menurut Handoko 2003 kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya. Derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, hal sesuai dengan kondisi pada saat terjadi bencana alam yang sulit diperkirakan. Pembagian kerja adalah perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Jadi pembagian kerja pekerjaan menyebabkan kenaikan efektifitas secara dramatis, karena tidak seorangpun secara fisik mampu melaksanakan keseluruhan aktifitas dalam tugas–tugas yang paling rumit dan tidak seorangpun juga memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas. Oleh karena itu perlu diadakan pemilahan bagian– bagian tugas dan membagi baginya kepada sejumlah orang. Pembagian pekerjaan yang dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi ahli pada fungsi pekerjaan tertentu.

c. Komunikasi

Handayaningrat 2002 menyatakan bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan, karena komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi. Komunikasi merupakan salah Universitas Sumatera Utara satu dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Dalam organisasi komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi partisipasi anggota akan semakin tinggi dan pimpinan memberitahukan tugas kepada karyawan harus dengan komunikasi. Dengan demikian komunikasi merupakan hubungan antara komunikator dengan komunikan dimana keduanya mempunyai peranan dalam menciptakan komunikasi. Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa komunikasi itu mengandung arti komunikasi yang bertujuan merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai dengan pengertian dari ilmu komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas, dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Maka komunikasi tersebut merupakan suatu hal perubahan suatu sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.

2.3 Erupsi Gunung Api

Indonesia merupakan negara dengan 129 gunung api aktif, pengamatan gunung api merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan dalam upaya pengurangan risiko bencana erupsi gunung api. Pemerintah kita melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG sudah membangun pos pengamatan di beberapa gunung api aktif yang ada di seluruh Indonesia. Petugas di pos pengamatan bertugas untuk mengamati aktifitas gunung api secara visual Universitas Sumatera Utara dan berdasarkan data pengukuran seismisitas, thermal, deformasi, densitas batuan, gas PVMBG, 2007

2.3.1 Klasifikasi Gunung Api Di Indonesia

Berdasarkan tipenya, gunung api dapat dibedakan menjadi PVMBG, 2007: 1. Tipe A : gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang- kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. 2. Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara. 3. Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatarafumarola pada tingkah lemah.

2.3.2 Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunung Berapi menurut PVMBG

Menurut PVMBG ada prosedur tetap yang harus dilaksanakan dalam mengantisipasi kegiatan gunung api, sebagai berikut: 1. Aktif Normal Level I Keadaan aman, penduduk melakukan kegiatan dengan tenang. Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Tindakan yang dilakukan adalah pengamatan rutin, survey dan penyelidikan. Universitas Sumatera Utara 2. Waspada Level II Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya. Terdapat kenaikan level aktivitas di atas normal dan sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. Tindakan yang dilakukan adalah penyuluhan sosialisasi, penilaian resiko, pengecekan sarana dan pelaksanaan piket terbatas. 3. Siaga Level III Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visualpemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. Tindakan yang dilakukan adalah sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian dan piket penuh. 4. Awas Level IV Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abuasap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama. Menandakan gunung api yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana. Tindakan yang dilakukan adalah merekomendasikan wilayah yang terancam untuk dikosongkan. Koordinasi dilakukan harian, dengan piket penuh. Universitas Sumatera Utara

2.4 Landasan Teori

Untuk penanggulangan bencana pada skala kabupaten seperti erupsi Gunung Sinabung, yang menjadi penanggungjawab bidang kesehatan adalah Dinas Kesehatan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Karo akan membentuk satgas satuan tugas dimana Kepala Dinas yang menjadi Koordinatornya sekaligus ketua satgas. Untuk membantu Ketua Satgas dibentuk koordinator bidang Satgas yang akan membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam penanggulangan bencana dan berkoordinasi dengan instansisektor lain yang terlibat dengan bencana erupsi Gunung Sinabung. Selain itu, Satgas ini akan berintegrasi juga dengan Rumah sakit dalam hal pelaksanaan rujukan dan penggunaan ambulans yang dikoordinatori oleh bidang pelayanan medis. Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi. Koordinasi mengimplikasikan bahwa elemen-elemen sebuah organisasi saling berhubungan dan mereka menunjukkan keterkaitan sedemikian rupa, sehingga semua orang melaksanakan tindakan- tindakan tepat, pada waktu tepat dalam rangka upaya mencapai tujuan-tujuan. Terdapat beberapa jenis koordinasi dalam suatu organisasi yang ditinjau dari lingkupnya meliputi koordinasi internal dan eksternal. Sedangkan koordinasi ditinjau dari arahnya meliputi koordinasi horizontal, koordinasi vertikal, koordinasi diagonal dan koordinasi fungsional. Universitas Sumatera Utara Koordinasi vertikal Vertical Coordination adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Elemen yang mempengaruhinya adalah Rantai Komando chain of command, Rentang Pengawasan span of control, Pendelegasian delegation, Sentralisasi- Desentralisasi centralization-decentralization. Koordinasi horizontal Horizontal Coordination adalah mengkoor- dinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi aparat yang setingkat. Sedangkan dalam koordinasi horizontal menurut Winardi 1999. Elemen yang dinilai dalam pelaksanaan koordinasi ini adalah: departemenlisasi matriks, interrelated, dan interdisciplinary. Koordinasi diagonal yaitu koordinasi antara pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan tingkatan hirarkinya dan koordinasi fungsional yaitu koordinasi antar pejabat, antar unit atau antar organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi atau karena koordinatornya mempunyai fungsi tertentu. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Manajemen Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Masa Tanggap Darurat di Lokasi Pengungsian Korban Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

20 249 138

Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

2 89 205

Penerapan Standar Minimal Pelayanan Imunisasi Campak pada Pengungsi dalam Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2013

0 0 17

Penerapan Standar Minimal Pelayanan Imunisasi Campak pada Pengungsi dalam Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2013

0 0 2

Penerapan Standar Minimal Pelayanan Imunisasi Campak pada Pengungsi dalam Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2013

0 0 10

Penerapan Standar Minimal Pelayanan Imunisasi Campak pada Pengungsi dalam Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2013

0 1 18

MANAJEMEN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA MASA TANGGAP DARURAT DI LOKASI PENGUNGSIAN KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG TAHUN 2014 TESIS

0 0 16

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PERENCANAAN PENDISTRIBUSIAN OBAT PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARO MASA TANGGAP DARURAT BENCANA ERUPSI GUNUNG SINABUNG TAHUN 2014 TESIS

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

0 0 9

Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

0 0 16