5.2.2 Rentang Pengawasan
Pengawasan dilakukan untuk dapat mengarahkan anggota secara efektif dan efisien. Kepala Dinas melakukan pengawasan melalui laporan pertanggungjawaban
kegiatan dari tim satgas dan anggotanya. Tim satgas juga melaporkan perkembangan dan tindakan yang dilaksanakan satgas dalam penanggulangan bencana di lapangan.
Rentang pengawasan ini dibutuhkan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan sudah benar-benar efektif dan efisien Handoko, 2003.
Sejauh ini pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan Satgas bencana di Dinas Kesehatan sudah berjalan. Tidak ada pengungsi yang tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian. Hal ini juga didukung oleh pendapat ICS Komando Tanggap Darurat Bapak Asep Sukarna yang menyatakan
bahwa sejauh ini tidak ada ditemukan masalah terkait dengan pelayanan kesehatan karena dalam setiap pos pengungsi selalu ada pos kesehatan.
Namun rentang pengawasan yang dilakukan Kepala Dinas Kesehatan maupun Kepala Bidang pada level di bawahnya seperti puskesmas masih belum maksimal.
Pengawasan tidak setiap hari dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan. Pihak Dinas kesehatan turun ke lapangan jika ada laporan tentang kekurangan obat atau makanan
tambahan atau yang lainnya. Seperti halnya diungkapkan Kepala Puskesmas Brastagi yang mengatakan bahwa seharusnya dengan pengawasan, dapat diketahui kebutuhan
yang harus dipenuhi di lapangan. Pada kenyataannya, membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan respon dari Dinas Kesehatan. Puskesmas lebih banyak
melakukan inisiatif sendiri dalam mengatasi masalah yang ada di pengungsian.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya saja Kepala Puskesmas Tiganderket untuk mengatasi kekurangan obat Beliau meminta bantuan ke teman-teman sejawatnya, karena jika menunggu proses
dari Dinas Kesehatan membutuhkan waktu yang lama. Lemahnya pengawasan juga terlihat dari bantuan yang masuk tidak melalui
proses pemeriksaan terlebih dahulu karena bantuan dapat langsung diberikan kepada pengungsi. Tentu hal ini akan berbahaya bila ada bantuan yang tidak layak. Masalah
yang lain adalah bantuan susu dan makanan untuk bayi dan balita yang cukup banyak. Padahal tidak semua Ibu menyusui membutuhkan susu formula dan PMT di
pengungsian karena program pemerintah mengenai ASI Eksklusif Depkes, 2008. Beban pengawasan di tingkat Pos Pengungsian lebih banyak dilakukan oleh
Puskesmas dari pada Dinas Kesehatan karena jumlah pengungsi yang cukup banyak. Oleh karena itu peran Puskesmas sebenarnya sangat penting dalam menilai apakah
sumbangan dan kegiatan yang menyangkut kesehatan tidak membahayakan. Namun kebanyakan ijin pelaksanaan kegiatan diberikan oleh Koordinator Pengungsi dan
Puskesmas tidak ingin terlalu ikut campur dengan hal ini dikarenakan Koordinator Pengungsi adalah orang yang paling didengarkan oleh pengungsi. Hal itu bisa terjadi
karena pengungsi merasa sangat dibantu oleh coordinator untuk menyediakan makanan dan tempat bagi pengungsi.
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka Puskesmas selalu menyediakan tenaga kesehatan di lokasi pos kesehatan dan turut serta berperan
dalam kegiatan yang dilakukan oleh LSM maupun donatur. Bentuk pengawasan
Universitas Sumatera Utara
seperti ini dirasa lebih baik dari pada harus meminta donatur maupun LSM meminta izin ke Dinas Kesehatan karena lokasi pengungsian yang cukup banyak.
5.2.3 Pendelegasian Wewenang