dan pembuangan bahan organik. Jika terjadi bahan organik tinggi pada saat pemeliharaan, maka dapat diupayakan dengan penambahan oksigen melalui aerasi
kincir air.
c. Redoks Potensial
Hasil analisis kualitas tanah untuk parameter redoks potensial di tambak
masing-masing lokasi menunjukkan katagori yang bervariasi. Lokasi Tanggul Tlare TGR-1 dan TGR-2 masing-masing mempunyai nilai redoks potensial -222 mV dan
–225 mV. Sehingga kedua lokasi tersebut masuk katagori S3 dengan faktor pembatas cukup serius.
Di lokasi Bulak Baru BLB-1 dan BLB-2 masing-masing mempunyai nilai redoks potensial -240 mV dan –258 mV. Sehingga masing-masing lokasi ini
termasuk katagori S3 dan N1, maka merupakan faktor pembatas yang cukup serius dan serius.
Sedangkan di lokasi Surodadi SRD-1, SRD-2 dan SRD-3 masing-masing mempunyai nilai redoks potensial -88 mV, -184 mV dan –269 mV. Sehingga lokasi
tersebut masuk katagori S1, S2, dan N1. Nilai redoks potensial di masing-masing lokasi, yaitu SRD-1 tidak ada faktor pembatas, SRD-2 merupakan faktor pembatas
kurang serius dan SRD-3 faktor pembatas cukup serius. Sebaran nilai redoks potensial pada lahan tambak di wilayah pesisir Kecamatan Kedung dapat dilihat
Gambar 51.
Gambar 51. Peta sebaran redoks potensial di tambak wilayah pesisir Kec. Kedung
Kondisi tanah dasar perairan yang mempunyai redoks potensial tersebut berarti berada dalam keadaan anaerobik, sehingga akan menggangu aktivitas ikan dalam
tambak. Menurut Boyd and Tucker 1998, nilai parameter redoks potensial berkisar -100 – -250 mV, sedangkan pH dan bahan organik masih normal.
Dalam mengelola tingginya nilai negatif redoks potensial tanah dan bahan
organik tinggi pada air, maka dapat dilakukan resirkulasi air dan penggunaan
probiotik secara periodik, sehingga akan mampu menekan pengaruh negatif yaitu menekan laju kandungan bahan organik air dan laju penurunan nilai redoks potensial.
Probiotik mampu mendergadasi bahan organik dan menekan laju kelimpahan vibrio atau bakteri.
d. Fe pada Tanah
Hasil analisis kualitas tanah untuk parameter Fe tanah di tambak masing-masing lokasi menunjukkan katagori yang bervariasi. Lokasi Tanggul Tlare TGR-1 dan
TGR-2 masing-masing mempunyai kandungan Fe 0,6 ppm dan 0,048 ppm. Sehingga masing-masing lokasi ini termasuk katagori S3 dan S2 dan merupakan
faktor pembatas cukup serius. Di lokasi Bulak Baru BLB-1 dan BLB-2 masing-masing mempunyai
kandungan Fe 0,55 ppm dan 0,61 ppm. Sehingga kedua lokasi ini termasuk katagori S3 yang merupakan faktor pembatas cukup serius.
Sedangkan di lokasi Surodadi SRD-1, SRD-2 dan SRD-3 masing-masing mempunyai kandungan Fe 0,64 ppm, 0,59 ppm dan 0,57 ppm. Sehingga lokasi
tersebut masuk katagori S2, S3, dan S3 yang merupakan faktor pembatas kurang serius dan cukup serius. Sebaran kandungan Fe tanah pada lahan tambak di wilayah
pesisir Kecamatan Kedung dapat dilihat Gambar 52. Dalam kondisi alami ini, logam berat juga dibutuhkan oleh organisme untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya Tingginya Fe pada tanah akan menyebabkan zat racun bagi organisme yang larut dalam air. Selain itu zat tersebut
akan terakumulasi pada sedimen serta biota. Sehingga kadar Fe pada tanah yang larut dalam air laut akan menimbulkan dampak pencemaran Boyd dan Tucker, 1998.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan proses reklamasi melalui pencucian, penjemuran, pengapuran tanah. Sehingga akan mengurangi kandungan Fe
pada tanah tambak.
Gambar 52. Peta sebaran kandungan Fe di tambak wilayah Kec. Kedung
4.2.5.2. Faktor Pembatas Kualitas Air a.
Suhu
Hasil analisis kualitas air dengan parameter suhu di lokasi sumber Tanggul Tlare TGR mempunyai suhu air 30 °C . Sehingga lokasi tersebut masuk katagori
S1 dan tidak merupakan faktor pembatas . Di lokasi Bulak Baru BLB-1 dan BLB-2 masing-masing mempunyai suhu air
28,6 °C dan 27,8 °C. Sehingga kedua lokasi tersebut masuk katagori S1 dan tidak merupakan faktor pembatas.
Sedangkan di lokasi Surodadi SRD yang mempunyai suhu air 27,8 °C. Sehingga lokasi tersebut masuk katagori S1 dan tidak merupakan faktor pembatas.
Sebaran suhu air pada sumber air di wilayah pesisir Kecamatan Kedung dapat dilihat Gambar 53.
Gambar 53. Peta sebaran suhu di sumber air wilayah Kec. Kedung
Suhu air sangat berpengaruh langsung terhadap kehidupan ikan melalui laju metabolismenya dan juga berpengaruh terhadap daya larut gas-gas termasuk O2 serta
berbagai reaksi kimia lainnya dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin besar konsumsi akan O2. Menurut Mintardjo et al. 1985 semakin tinggi suhu semakin
kecil kelarutan oksigen dalam air, sedangkan kebutuhan oksigen bagi ikan semakin
besar yang tingkat metabolisme semakin tinggi. Kenaikkan suhu tersebut bahkan akan mengurangi daya larut oksigen dalam air dan mempercepat reaksi kimia sebesar
2 kali Utaminingsih, 1999. Sedangkan suhu yang optimal untuk budidaya ikan kerapu di tambak adalah berkisar 28 – 30
°
C Supratno dan Kasnadi, 2003. Upaya untuk mengatasi suhu tinggi adalah dengan penggantian air yang lebih
sering atau penggantian air secara sirkulasi dan penggunaan kincir air. Selain dapat juga dilakukan pendalaman caren pada saat persiapan tanah dasar tambak sebagai
antisipasi agar air lebih dalam, sehingga tidak terjadi stratifikasi suhu.
b. Salinitas