Analisis Hierarki Proses AHP Analisis SWOT

44 dan N2. Untuk menentukan klas kesesuaian lahan tambak, dilakukan formulasi dimodifikasi dengan nilai skor total kualitas tanah dan air. Proses selanjutnya adalah penggabungan peta-peta tematik untuk mendapatkan wilayah ideal berpotensi bagi penerapan atau pengembangan budidaya ikan kerapu di tambak. Di dalam proses SIG peta tematik setiap parameter kualitas tanah dan air di skor, dibobot dan dikatagorikan berdasarkan kesesuaian lahan, kemudian dilanjutkan dengan proses klasifikasi klas kesesuaian berdasarkan sistem skor. Tahap selanjutnya adalah overlaypenggabungan semua parameter kualitas tanah dan air . Hasil dari proses penggabungan tersebut kemudian di overlay kembali dengan parameter kualitas air perairan dengan metode matching untuk mendapatkan lokasi budidaya ikan kerapu. Dari hasil analisis SIG ini dihasilkan peta tematik kesesuaian lahan tambak untuk budidaya ikan kerapu di tambak.

3.8.2. Analisis Hierarki Proses AHP

Analisis AHP dilakukan dengan perbandingan berpasangan pairwise comparions untuk mendapatkan tingkat kepentingan importance atau kriteria relatif teradap kriteria lain dan dapat diinyatakan dengan jelas. Proses perbandingan berpasangan ini dilakukan untuk setiap leveltingkat. Perbandingan berpasangan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari para pengambil keputusan dengan 45 menilai tingkat kepentingan suatu elemen terhadap yang lain. Pembobotan berdasarkan skala proses AHP Saaty, 1993.

3.8.3. Analisis SWOT

Untuk menentukan strategi yang terbaik dalam perencanaan pembangunan menurut Rangkuti 2000 dilakukan pembobotan nilai terhadap tiap unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi kawasan. Bobotnilai yang diberikan berkisar antara 1 – 5. Nilai 1 berarti tidak penting, 2 berarti sedikit penting, 3 berarti cukup penting, 4 berarti penting dan 5 berarti sangat penting. Selain itu juga ditentukan nilai rating untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 sampai 1. Untuk peluang tertinggi nilai 4, dan peluang terkecil nilai 1. Sedangkan rating ancaman sangat besar diberi nilai 1 dan rating ancamannya sedikitkecil diberi nilai 4. Kemudian ditentukan skor pembobotan masing-masing faktor yang merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Alternatif strategi pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari penggunaan unsur-unsur kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang yang ada SO, penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang ST, pengurangan kelemahan kawasan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada WO dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang WT. Setelah unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh beberapa alternatif strategi SO,ST,WO,WT. Kemudian bobotnilai dari alternatif-alternatif strategi tersebut dijumlahkan untuk 46 menghasilkan rating. Strategi dengan jumlah bobot atau rangking tertinggi merupakan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan. Matching Gambar 3. Diagram Alir Penelitian WawancaraKuisioner Evaluasi dan Analisis Kesesuaian Lahan Bentuk Lahan Peta Satuan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Jepara Jenis Penggunaan Lahan Peta RB I Peta Landsat TM Unit Eksisting Tambak Unit Tambak Potensial Sampel Tanah dan Air Klas Kesesuaian Lahan Sampel Unit Lahan Tambak Data Primer Analisis Laboratorium Kriteria Kesesuaian Lahan Tambak Ikan Kerapu Analisis AHP Analisis SWOT Rekomendasi Kebijakan dan Strategi Lahan Tambak Aktual Lahan Tambak Idle Tambak Revitalisasi Penerapan Budidaya Ikan Kerapu di Tambak Data Sekunder Analisis SIG overlay

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jepara

Kondisi topografi dan morfologi Kabupaten Jepara beragam berupa dataran pantai, dataran rendah dan dataran tinggi, dengan ketinggian bervariasi antara 0-1.391 meter di atas permukaan air laut. Wilayah pesisir terdiri dari daerah dataran pantai yang tersebar di sepanjang pantai utara meliputi Kecamatan Kedung, Jepara, Tahunan, Kembang, Mlonggo, Bangsri dan Keling. Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Jepara sangat potensial terbentang mulai dari pesisir utara sampai pesisir selatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara 2004, bahwa luas areal lahan pesisir di Kabupaten Jepara adalah 22.360,492 Ha. Sedangkan luas tambak di wilayah pesisir Kabupaten Jepara 1.282,542 Ha. Menurut Kantor Pertanahan dalam BAPPEDA Jepara 2004, luas tambak mencapai 3.237,882 Ha. Penelitian dilakukan di tambak yang masih eksisting baik tambak aktual maupun tambak idle nganggur yang tersebar di 5 wilayah kecamatan pesisir. Pengamatan lapangan dan pengambilan sampel tanah tambak dan sumber air. Jumlah titik pengamatan baik tanah tambak maupun sumber air seluruhnya adalah 29 titik Tabel 3, sedangkan analisa kesesuaian lahan mengacu pada 18 titik pengamatan di tambak Tabel 4. 47