Hierarki Kelima Kriteria Skala Banding Berpasangan

4.5.1.5. Hierarki Kelima

Hierarki kelima atau terakhir adalah alternatif kebijakan yang seharusnya dilakukan dalam penerapanpengembangan budidaya ikan kerapu di tambak pesisir Jepara. Dari hasil matriks banding elemen berpasangan diperoleh urutan prioritas pertama adalah melakukan koordinasi antar instansi terkait dalam pengembangan budidaya ikan kerapu di tambak dengan bobot 0,346. Untuk prioritas kedua adalah Mengadakan pelatihan dan diseminasipercontohan budidaya ikan kerapu di tambak dengan bobot 0,244. Sedangkan untuk prioritas ketiga adalah Memberikan pinjaman modal bergulirpinjaman kredit lunak dan lain-lain dengan bobot 0,170. Prioritas keempat adalah mengembangkan distribusi dari hasil budidaya ikan kerapu di tambak dengan bobot 0,111. Sebagai prioritas kelima Mengembangkan kegiatan budidaya ikan kerapu sistem multispesies dengan bobot 0,091 dan untuk prioritas keenam adalah Mengembangkan budidaya ikan kerapu berwawasan lingkungan di tambak dengan bobot 0,038. Hasil matriks perbandingan berpasangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Alternatif kebijakan yang harus dilakukan dalam penerapanpengembangan budidaya ikan kerapu di tambak pesisir Jepara dengan prioritas utama yaitu melakukan koordinasi antar instansi terkait dalam pengembangan budidaya ikan kerapu di tambak. Hal ini sangat tepat mengingat pentingnya kerjasama atau dukungan dari instansi terkaitstakeholder, sehingga tidak terjadi konflik kepentinganantar sektor yang akan menghambat kegiatan budidaya ikan kerapu di tambak. Sebagai prioritas kedua dalam kebijakan ini adalah mengadakan pelatihan dan diseminasipercontohan budidaya ikan kerapu di tambak. Hal ini sangat penting dalam mempercepat proses informasi untuk petambakmasyarakat tentang budidaya ikan kerapu di tambak. Sedangkan untuk prioritas kebijakan berikutnya atau ke tiga adalah mengembangkan distribusi dari hasil budidaya ikan kerapu di tambak. Distribusi hasil dari budidaya sangat penting sekali, sehingga perlu pengembangan perluasan agar tidak akan terjadi monopoli yang merugikan produsen. Dengan adanya perluasan ini akan membuat harga bersaing, sehingga para produsen akan berpacu meningkatkan produksinya permintaan dan harga yang baik. Prioritas kebijakan berikutnya atau ke empat adalah mengembangkan kegiatan budidaya ikan kerapu sistem multispesies, hal ini penting agar dapat diterapkan walaupun secara kondisional, sehingga tambak tetap lebih produktif. Sedangkan kebijakan prioritas ke lima yaitu mengembangkan budidaya ikan kerapu berwawasan lingkungan di tambak, karena selama ini kegiatan budidaya secara umum atau sebagian besar masih kurang memperhatikan aspek dampak dan menjaga lingkungan yang dapat merugikan petambakpembudidaya sendiri. Sebagai prioritas kebijakan ke enam atau terakhir adalah memberikan pinjaman modal bergulirpinjaman kredit lunak dan lain-lain. Selama ini petambak sudah banyak mengalami kerugian akibat kegagalan udang oleh penyakit, sehingga dana untuk operasional tidak ada atau kurang. Dengan kebijakan tersebut akan banyak membantu membangkitkan semangat berbudidaya tambak dengan alternatif komoditas ikan kerapu. Tabel 11. Matriks Banding Kelima Alternatif Kebijakan MKAI MPDC MDHB MBMS MBWL MMBK Jumlah Rerata Bobot Prioritas MKAI 1 2 4 5 7 3 22,000 3,667 0,346 1 MPDC 0,50 1 3 4 5 2 15,500 2,583 0,244 2 MDHB 0,25 0,333 1 2 3 0,5 7,083 1,181 0,111 4 MBMS 0,20 0,25 2 1 2 0,333 5,783 0,964 0,091 5 MBWL 0,143 0,2 0,333 0,5 1 0,25 2,426 0,404 0,038 6 MMBK 0,333 0,5 2 3 4 1 10,833 1,806 0,170 3 2,426 4,283 12,333 15,5 22 7,083 63,625 10,604 1,000 Sumber : Hasil Penelitian Keterangan : MKAI : Melakukan koordinasi antar instansi terkait dalam pengembangan budidaya ikan kerapu di tambak MPDC : Mengadakan pelatihan dan diseminasipercontohan budidaya ikan kerapu di tambak MDHB : Mengembangkan distribusi dari hasil budidaya ikan kerapu di tambak MBMS : Mengembangkan kegiatan budidaya ikan kerapu sistem multispesies MBWL : Mengembangkan budidaya ikan kerapu berwawasan lingkungan di tambak MMBK : Memberikan pinjaman modal bergulirpinjaman kredit lunak dan lain-lain

4.6. Analisis SWOT