24
suatu proses pengkayaan zat hara diperairan terutama oleh fosfat dan nitrat yang mengakibatkan habisnya gas oksigen terlarut. Zat-zat pengikat oksigen
kebanyakan adalah zat organik. Zat kimia banyak dimanfaatkan sebagai hara atau sumber energi oleh mikroorganisme. Dalam proses metabolisme mikroba tersebut,
zat kimia organik atau hara diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana, dan pada akhirnya menjadi elemen organik atau hara anorganik dan gas. Reaksi
biokomia ini dapat terjadi karena adanya oksigen terlarut. Oleh karena itu zat kimia organik tadi disebut sebagai zat –zat yang menimbulkan kebutuhan akan
oksigen BOD. Nilai BOD adalah dalam jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri
mikroorganisme untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut dalam air Boyd, 1981. Bahwa tinggi nilainya BOD menunjukkan indikasi kurang
mampunya perairan untuk memenuhi keperluan oksigen bagi organisme perairan secara cukup. Batas toleransi BOD 5 hari untuk budidaya ikan kerapu di tambak
adalah kurang dari 3 ppm Supratno dan Kasnadi , 2003 .
2.7. Plankton
Dalam budidaya ikan kerapu di tambak plankton tidak berperan secara langsung. Namun secara tidak langsung keberdaan plankton dapat membantu
sebagai stabilisator pada media tambak, yaitu kecerahan air. Kecerahan yang normal akan membantu ikan kerapu secara tidak langsung terkena cahaya
matahari, sehingga akan lebih nyaman. Standarisasi Nasional Indonesia 2002 maupun Supratno dan Kasnadi 2003, bahwa kepadatan plankton yang ideal di
25
tambak kerapu adalah sekitar 10.000 – 12.000 selml. Jenis plankton yang diharapkan di tambak seperti jenis fitoplankton yaitu Chlorella sp, Skeletonema
sp, Dunalaella sp dan lain-lain 50 – 70 . Beberapa jenis diatom 20 – 30 . Untuk jenis Cyanobacteria 10 – 20 . Sedangkan yang paling dihindari atau
tidak diharapkan adalah beberapa jenis Dinoflagellata.
2.8. Pemanfaatan lahan Tambak Untuk Budidaya Ikan Kerapu
Pemanfaatan lahan tambak untuk budidaya ikan kerapu agar sesuai maka perlu penentuan lokasi yang tepat guna keberhasilan. Kesalahan dalam pemilihan
atau penentuan suatu lokasi dapat berdampak sangat fatal, sehingga banyak kerugian. Beberapa hal yang perlu diperahatikan diantaranya :
2.8.1. Aspek Ekologis a.
Iklim
Menurut Poernomo 1992, bahwa data curah hujan sangat dibutuhkan terutama untuk menentukan jumlah curah hujan, bulan basah, maupun bulan
kering di daerah tersebut karena sangat berkaitan dengan persediaan sumber air tawar, air laut, penurunan salinitas perairan, tingginya permukaan air, atau musim
tanam. Kawasan atau daerah yang baik untuk budidaya tambak adalah curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun.
Secara umum Wilayah Kabupaten Jepara beriklim tropis dengan suhu rata- rata 27,88 °C, suhu minimum adalah 21,78 °C dan suhu maksimum 32,66 °C.
Sedangkan untuk Suhu rata-ratra di Kabupaten Jepara setiap bulan berkisar antara
26
21,55– 32,71 °C. Tipe iklim di Kabupaten Jepara meliputi tipe C dan D tipe iklim
berdasarkan Scmidt dan Ferguson. Bedasarkan sumber data dari BAPPEDA Jepara 2002, banyaknya curah
hujan di Kabupaten Jepara yaitu : Kecamatan Keling 3.044 mmtahun tinggi, Kecamatan Mlonggo 2.312 mmtahun sedang, Kecamatan Jepara 2.298
mmtahun sedang, Kecamatan Tahunan 2.349 mmtahun sedang dan Kecamatan Kedung 2.554 mmtahun Tinggi.
b. Sumber Air
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi ikan, sebab seluruh hidupnya berada dalam air. Namun demikian, tidak semua air dapat digunakan untuk memelihara
ikan. Sumber air yang digunakan untuk mengairi tambak ikan kerapu harus memenuhi syarat, baik kualitas maupun kuantitasnya, dan tersedia sepanjang
tahun. Lahan tambak sebaiknya dibangun di dekat muara sungai atau di dekat
jaringan irigasi atau di dekat sumber air tawar lainnya yang mampu mensuplai air sepanjang tahun, terutama di musim kemarau. Lahan pertambakan sebaiknya juga
dekat dengan sumber air asin laut. Sehingga tambak akan mempunyai sumber air yang dapat menjamin pasok air payau yang diperlukan sepanjang tahun
Poernomo, 1992 Ada beberapa parameter kualitas air perlu diperhatikan agar sesuai dengan
kebutuhan budidaya ikan kerapu di tambak, yaitu : bersih, memenuhi derajad
27
kemasaman, memenuhi produktivitas primer kesuburan air, tingkat sedimentasi rendah, kelarutan oksigen tinggi, suhu, salinitas, kondisi pasang surut sumber air.
Kualitas air di dalam tambak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kimia, fisika dan biologi. Pada prinsipnya jika suatu perairan dapat dihuni
dengan baik oleh ikan kerapu, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air di perairan tersebut cukup memenuhi syarat untuk mengairi tambak ikan kerapu Supratno
dan Kasnadi, 2003.
c. Pasang Surut