4.2.5.3. Input Teknologi Budidaya Ikan Kerapu a.
Lokasi Tambak Tanggul Tlare TGR
Lokasi tambak di Tanggul Tlare dengan klas kesesuaian lahan S2, memiliki faktor pembatas tekstur debu, TSS tinggi dan BO tinggi. Penerapan teknologi
budidaya ikan kerapu di tambak yang tepat adalah dengan jenis kerapu macan dan kerapu lumpur.
Tanggul Tlare merupakan daerah dengan kualitas air kurang baik, terutama pada saat musim kemarau yang banyak mengandung sedimen tersuspensi. Pada saat
musim hujan kondisi kualiitas air cenderung rebih rendah hinga mencapai 5 ppt bahkan mendekati 0 ppt. Sedangkan pada musim kemarau salinitas bisa mencapai 45
ppt. Pada kondisi tersebut ikan kerapu masih mampu hidup bertahan walaupun pertumbuhan cenderung lambat. Hal ini terlihat saat pengamatan peneliti di lapangan
pada lambak ikan kerapu tikus dan kerapu macan di tambak.
b. Lokasi Tambak Bulak Baru BLB
Lokasi tambak di Bulak Baru dengan klas kesesuaian lahan S2 yang memiliki faktor pembatas redoks potensial negatif tinggi. Penerapan budidaya ikan kerapu di
tambak input teknologi yang tepat adalah budidaya semi intensif dengan sistem modular atau dengan sistem multi spesis campuran. Jenis ikan kerapu yang cocok
adalah macan dan lumpur. Daerah ini pada saat musim hujan kondisi salinitas cenderung lebih rendah
hingga mencapai 5 ppt bahkan mendekati 0 ppt. Sedangkan pada musim kemarau
salinitas bisa mencapai 45 ppt. Pada kondisi ini kerapu masih mampu hidup bertahan, namun pertumbuhannya cenderung lambat. Hal ini sesuai dari hasil pengamatan di
lapangan.
c. Lokasi Tambak Surodadi SRD
Lokasi tambak di Surodadi dengan klas kesesuaian lahan S2 yang memiliki
faktor pembatas tekstur debu, redoks potensial negatif tinggi. Penerapan budidaya
ikan kerapu di tambak dengan input teknologi yang sesuai adalah budidaya sisitem semi intensif, dengan sistem modular. Dapat juga diterapkan sistem multispesies
campuran dan jenis ikan kerapu yang sesuai adalah macan dan kerapu lumpur. Khusus didaerah ini lebih utama diterapkan adalah sistem pendederan, daerah ini
pada saat musim hujan kondisi salinitasnya cenderung lebih rendah hingga mencapai 5 ppt bahkan mendekati 0 ppt. Sedangkan pada musim kemarau salinitas bisa
mencapai 45 ppt. Pada kondisi ini kerapu masih mampu hidup bertahan, namun pertumbuhan cenderung lambat, sehingga perlu dilakukan strategi pemeliharaan yang
disesuaikan dengan musim.
4.3. Jenis Plankton
Dari hasil analisis sampel plankton di perairan wilayah pesisir Kabupaten Jepara yaitu perairan di Kecamatan Keling Clering dan Ujung Watu, Kecamatan Mlonggo
Pailus dan Blebak, Kecamatan Jepara Bandengan dan BBPBAPBulu dan Kecamatan Kedung Semat dan Bulak Baru telah diidentifikasi dengan jenis
plankton : Detritus, Pleurosigma, Naviluca, Skeletonema, Chaetpceros, Nitzchia, Thalassonema, Hemiaulus, Guinardia, Ditylum, Coscinodiscus, Rhizosolenia,
Amphipora, Bacteriastrum, Synedra, Spirogyra, Surirella, Titinnopsis, Acartia, Prorocentrum, Perinidium, Dictyocha, Noctiluca, Asterionella, Eucampia,
Flagillaria, Biddulphia, Ceratium, Dinophysis. Sedangkan untuk klass terdiri dari
Bacillariaceae, Crustacea, Dinoflagellata, Ciliata, dan Cyanophyceae. Dari beberapa jenis plankton secara umum masih ini akan sangat berpengaruh
terhadap daya dukung lahan tambak di Kabupaten Jepara. Kondisi plankton ini merupakan indikator penting bagi tingkat produktivitas perairan, yaitu perairan
dengan produktivitas tinggi dan ekosistem yang stabil selalu dicirikan oleh keanekaragaman plakton yang tinggi. Namun ada beberapa jenis plankton dari klas
Dinoflagellata yang cukup berbahaya bagi ikan walaupun tidak dominan.
Keberadaan plankton dalam air media pemeliharaan ikan kerapu dalam tambak khusussnya fitoplankton tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ikan
kerapu. Namun hal ini sangat menguntungkan untuk mengurangi kecerahan dan intensitas sinar matahari dan air tidak terlalau cerah, sehingga lebih nyaman bagain
iokan kerapu. Untuk mempertahankan kodisi plankton yang satabil, maka dapat dilakukan
pemupukan baik awal atau susulan pupuk anorganik. Jenis plankton yang umum pada air media tambak selama pemeliharaan ikan kerapu, yaitu plankton yang
menguntungkan. Plankton yang diharapkan pada tambak diantaranmya adalah
Chlorella sp, Skeletonema sp, Dunalaella sp dan beberapa jenis diatom serta dari
jenis Cyanobacteria. Untuk standar keberadaan plankton yang diiharapkan pada tambak sepert jenis fitoplankton yaitu Chlorella sp, Skeletonema sp, Dunalaella sp
dan lain-lain 50 – 70 . Beberapa jenis diatom 20 – 30 . Untuk jenis Cyanobacteria
10 – 20 . Sedangkan yang paling dihindari atau tidakdiharapkan adalah beberapa jenis Dinoflagellata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
semua jenis fitoplankton pada umunya relatif baik, tetapi untuk jenis plankton dari keluarga Dinoflagellata tidak dikehendaki keberadaannya di tambak ikan kerapu.
Jika kandungan plankton yang terlalu tinggi kepadatannya dapat menimbulkan kepekatankekeruhan yang sangat tinggi pula, sehingga akan membahayakan. Upaya
mengatasinya seperti dengan membuat petakan pengendapantandon yang berfungsi untuk mengendapkan plankton pekat tersebut, kemudian air bagian lapisan atas yang
telah jernih dialirkan ke dalam tambak. Juga dapat dilakukan dengan cara penggantian air.
4.4. Penentuan Lokasi Potensi Penerapan Budidaya Ikan Kerapu